TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian, Budi Darmadi, mengatakan Italia mensyaratkan volume tertentu untuk memproduksi alat konverter (converter kit) bahan bakar minyak (BBM)menjadi gas.
"Dia baru bisa investasi jika ada permintaan 50 ribu unit per tahun," kata Budi saat ditemui di kantor Kementerian Perindustrian, Selasa, 4 Februari 2014.
Nilai tersebut, kata Budi, tidak sesuai dengan kondisi permintaan dalam negeri. "Sekarang proyek kita rata-rata 30 ribu unit per tahun," katanya. Budi menambahkan, saat ini yang berminat berinvestasi dalam pengadaaan alat konverter dari BBM ke gas adalah Aisan. Perusahaan asal Jepang ini sudah mengekspor produknya ke berbagai negara sejak dua bulan lalu.
Salah satu negera tujuan ekspornya adalah Thailand. Negeri Gajah Putih ini mempunyai sekitar 500 stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG).
Budi mengatakan Aisan mengekspor alat konverter karena kebutuhan dalam negeri belum mampu menyerap seluruh produknya. Saat ditanya jumlah kapasitas produksi dan nilai investasi Aisan, Budi mengaku lupa. "Pabrik alat konverter Aisan ini lokasinya di antara Jakarta dan Karawang," katanya.
Sebelumnya, 12 investor asal Korea Selatan dan tiga perusahaan Italia berminat untuk bekerja sama dengan tiga badan usaha milik negara (BUMN) dalam memproduksi alat konverter BBM menjadi gas. Mereka menjajaki kerja sama dengan tiga BUMN yang telah ditunjuk pemerintah untuk memproduksi alat konverter, yakni PT Dirgantara Indonesia (DI),PT Pindad (Pindad) dan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA).
Tiga perusahaan Italia membidik perusahaan milik negara untuk menjadi mitra pendirian assembling plan guna memproduksi alat konverter. Dalam skema pendirian assembling plan, sejumlah perusahaan Italia itu akan mengimpor bahan setengah jadi, seperti tabung dan pipa, untuk dirakit di Indonesia.