TEMPO.CO, Jakarta - Paket stimulus moneter Amerika Serikat (AS) kembali dikurangi US$ 10 miliar menjadi US$ 65 miliar setelah bank sentral AS (The Fed) memutuskan hal itu pada Rabu siang waktu setempat, atau Kamis dinihari waktu Indonesia. The Fed beralasan kebijakan itu harus dijalankan lantaran perekonomian AS memang terus menunjukkan perbaikan yang signifikan.
Analis pasar uang, Lindawati Susanto, mengatakan langkah The Fed melanjutkan kebijakan pemangkasan stimulus (tapering off) sudah tepat. Berbagai data perekonomian yang membaik seperti angka pengangguran yang turun menjadi 6,7 persen pada Desember 2013 dan indeks kepercayaan konsumen yang naik ke level 80,7 memberi penegasan bahwa perekonomian Negeri Abang Sam telah pulih dari krisis finansial 2009. Dia menilai Amerika juga tak lagi membutuhkan stimulus moneter. (Baca juga : The Fed Pangkas Stimulus Jadi US$ 65 Miliar )
“Tapering off memang harus dilakukan, karena pemulihan ekonomi AS sudah cukup baik,” kata dia ketika dihubungi, 30 Januari 2014.
Menurut Lindawati, tren pertumbuhan ekonomi AS yang membaik sebenarnya menjadi sinyal positif bagi perekonomian global. Sebab, sebagai motor penggerak perekonomian global, setiap pertumbuhan ekonomi AS tentu akan berpengaruh positif pada negara mitra ekonominya. “Jika terus diberikan stimulus, perekonomian AS dan dunia justru menjadi tidak sehat. Masak pertumbuhan ekonomi ditopang stimulus,” ungkap Lindawati. (Baca juga : Investor Tunggu Sentimen Baru Eropa dan Amerika)
Meski begitu, Lindawati pun menyadari bahwa dalam jangka pendek, kebijakan melanjutkan tapering off ini akan membuat pergerakan mata uang global lebih bergejolak. Sebab, menurutnya, volatilitas tersebut merupakan bentuk penyesuaian yang lazim atas jumlah likuiditas yang baru.
Namun, dalam jangka panjang, Lindawati meyakini kebijakan tapering off justru sangat baik bagi pertumbuhan ekonomi dunia. “Tanpa stimulus moneter, pertumbuhan ekonomi global tentu lebih berarti,” imbuhnya.
MEGEL JEKSON (PDAT)
Terpopuler :
2015, Anggaran SKK Migas Masuk APBN
Lenovo Akuisisi Motorola dari Google US$ 2,91 M
The Fed Pangkas Stimulus Jadi US$ 65 Miliar
Pemilu, Hindari Investasi di Media Milik Capres
BPK Usut Beras Impor Vietnam
Berita terkait
Indonesia Tak Perlu Khawatir Resesi Ekonomi Global
11 Mei 2023
Anton menyarankan untuk memperkuat kekuatan domestik perekonomian Indonesia di antaranya dengan mengoptimalkan konsumsi rumah tangga sebagai motor penggerak utama perekonomian.
Baca SelengkapnyaJurus Jokowi Antisipasi Ancaman Resesi Global
5 September 2019
Pemerintah mengantisipasi perlambatan pertumbuhan ekonomi global yang dikhawatirkan memicu potensi resesi semakin besar.
Baca SelengkapnyaTrump Mau Potong Pajak Penghasilan Cegah Resesi Amerika Serikat
21 Agustus 2019
Presiden Donald Trump mengatakan mulai mempertimbangkan untuk memotong pajak penghasilan untuk menghindari resesi Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaDonald Trump Didemo, Obama Sedang Apa?
23 Januari 2017
Jajak pendapat terbaru menunjukkan hanya 40 persen orang Amerika yang menyetujui Donald Trump.
Baca SelengkapnyaThe Fed Pangkas Stimulus Jadi US$ 65 Miliar
30 Januari 2014
Dana stimulus US$ 65 miliar per bulan mulai berlaku pada Februari 2014.
Baca SelengkapnyaFed Kurangi Stimulus, IHSG Menghijau
19 Desember 2013
Setelah kepastian pencabutan stimulus moneter AS, IHSG di Bursa Efek Indonesia segera menghijau pada Kamis, 19 Desember 2013.
Baca SelengkapnyaHatta: Tapering Off Pasti Lemahkan Rupiah
19 Desember 2013
"Memang kalau tapering off itu biasanya dolar menguat, akibatnya mata uang-mata uang regional melemah, termasuk rupiah."
Baca SelengkapnyaJelang Pengumuman The Fed, Wall Street Loyo
18 Desember 2013
"Investor pada dasarnya duduk di tangan-tangan mereka."
Baca SelengkapnyaShutdown AS Berakhir, Bank Indonesia Senang
18 Oktober 2013
Jika dibiarkan berlarut diyakini dapat memberikan dampak kepada ekonomi dunia.
Baca SelengkapnyaShutdown Usai, Bursa Saham Amerika Bergairah
18 Oktober 2013
Indeks acuan Standard & Poor's 500 mencatatkan rekor tertinggi saat sesi penutupan kemarin sore.
Baca Selengkapnya