TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan harus ada terobosan untuk mendorong sektor usaha kecil menengah, seperti pertanian atau usaha lain yang berorientasi ekspor, untuk terus dikembangkan. Sedangkan bagi usaha yang sifatnya lebih banyak mengimpor barang, penyaluran kreditnya harus diperlambat.
“Jika pertumbuhan kredit diperkirakan mencapai 15-17 persen, maka segmen tertentu harus mendapat perhatian dan berkembang dengan sustainable,” ujar Agus dalam acara Gerakan Kewirausahaan Nasional di Istora Senayan, Jakarta, Rabu, 15 Januari 2014.
Ia menjelaskan, sektor UKM selama ini mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Pasalnya, berdasarkan pengalaman yang ada, sektor itu bisa menjadi penyelamat saat ekonomi negara mendapat tekanan. “Selain itu, sektor ini juga memberikan nilai tambah dan lapangan kerja dengan daya tahan yang tinggi.”
Dari catatan bank sentral, rasio kredit seret (non-performing loan, NPL) di sektor UKM masih dalam batas yang wajar, yaitu berada di bawah 5 persen. “Ada satu-dua provinsi yang menunjukkan kondisi di atas rata-rata, tapi secara umum dalam keadaan baik,” tuturnya. Dia mengatakan persyaratan untuk mengajukan kredit pun diperlonggar.
Sementara itu, Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk Budi Gunadi Sadikin menilai kredit Usaha Menengah Kecil dan Mikro masih tumbuh sehat. Menurut dia, meskipun ada imbauan dari Bank Indonesia agar menekan laju kredit, hingga saat ini penyaluran kredit untuk usaha mikro di Bank Mandiri mencapai 33 persen.
Budi mengatakan saat ini NPL sektor UKM di Bank Mandiri masih berada di angka 3 persen. “NPL di bawah 5 persen itu masih wajar,” katanya.