Bank Syariah Kurang Diminati di Indonesia  

Senin, 11 November 2013 12:48 WIB

Bank Bukopin Syariah. TEMPO/Aditia Noviansyah

TEMPO.CO, Pekalongan - Meski gencar dikampanyekan, pertumbuhan perbankan syariah masih jauh panggang dari api. "Pangsa pasar perbankan syariah relatif masih kecil, sekitar 5 persen," kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Tegal, Bandoe Windiarto, Senin, 11 November 2013.

Bandoe mengatakan, pertumbuhan perbankan syariah nasional masih kalah jauh dibandingkan dengan perbankan konvensional. Semestinya sistem syariah bisa lebih membumi di Indonesia, yang notabene sebagai negara yang mayoritas warganya beragama Islam.

"Meski bank syariah itu universal, bukan untuk umat Islam saja," ujar Bandoe. Jika bisa memahami bank syariah secara utuh, ia menambahkan, masyarakat bisa lebih mudah mengakses permodalan untuk pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Menurut Kepala Kantor Cabang Bank Syariah Mandiri Pekalongan, Ahmat Fathoni, perbankan syariah kalah pamor karena hal-hal teknis di dalamnya belum familiar di telinga masyarakat. "Produk pendanaan bank syariah sebenarnya seperti di bank konvensional," kata Fathoni. Hanya saja ada beberapa istilah di bank syariah yang masih asing di telinga masyarakat. Istilah asing itu seperti akad (perjanjian kredit), murabahah (perjanjian jual-beli antara bank dan nasabah), mudharabah (kerja sama permodalan), dan musyarakah (kerja sama bagi hasil).

Karena belum memahami sistem mudharabah, sebagian masyarakat beranggapan bank syariah menarik bunga tinggi. Padahal, Fathoni menerangkan, sistem itu telah diawali dengan perjanjian dengan kontribusi bank sebagai pemilik modal dan keahlian dari nasabah.

Seorang nasabah bank konvensional di Kota Tegal, Fandani, mengaku pernah kesulitan mencairkan pinjaman di bank syariah. "Hampir mirip dengan bank konvensional, proses administrasinya masih agak ribet," kata PNS di lingkungan Pemerintah Kota Tegal itu.

Menurut dia, bank syariah harusnya lebih terbuka dan bersedia turun ke lapangan untuk mencari nasabah. Lantaran belum familier dengan sistem syariah, masih banyak pedagang dan pengusaha kecil yang terjerat renternir. "Masyarakat kecil cari yang instan meski bunganya tinggi," ujarnya.

DINDA LEO LISTY

Berita Terpopuler:
Ini Curhat Suami Mantan Hakim Vica kepada Tempo
Ical Bersedia Tanggung Utang Hikmat
Negara Tetangga Terlibat Kecelakaan MI-17 TNI?
5 Langkah Amankan Jaringan Wi-Fi
Suami Hakim Vica Terancam Dipecat Jadi Pendeta

Berita terkait

Survei Bank Indonesia: Keyakinan Konsumen terhadap Kondisi Ekonomi Meningkat

2 hari lalu

Survei Bank Indonesia: Keyakinan Konsumen terhadap Kondisi Ekonomi Meningkat

Survei Konsumen Bank Indonesia atau BI pada April 2024 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi meningkat.

Baca Selengkapnya

Sejak Akhir 2023, OJK Blokir 5.000 Rekening yang Terlibat Judi Online

2 hari lalu

Sejak Akhir 2023, OJK Blokir 5.000 Rekening yang Terlibat Judi Online

OJK memblokir ribuan rekening yang berhubungan dengan judi online.

Baca Selengkapnya

Perkuat Transaksi Mata Uang Lokal, BI dan Bank Sentral UEA Jalin Kerja Sama

3 hari lalu

Perkuat Transaksi Mata Uang Lokal, BI dan Bank Sentral UEA Jalin Kerja Sama

Gubernur BI dan Gubernur Bank Sentral UEA menyepakati kerja sama penggunaan mata uang lokal untuk transaksi bilateral.

Baca Selengkapnya

Mengenal Fitch Ratings dan BBB yang Diraih Bank Mandiri untuk Peningkatan Peringkat

4 hari lalu

Mengenal Fitch Ratings dan BBB yang Diraih Bank Mandiri untuk Peningkatan Peringkat

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk mendapatkan kenaikan peringkat pada level BBB dari lembaga internasional, Fitch Ratings. Apa artinya?

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Deretan Masalah Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis hingga Lowongan Kerja BTN

6 hari lalu

Terpopuler: Deretan Masalah Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis hingga Lowongan Kerja BTN

Berita terpopuler ekonomi dan bisnis pada Kamis, 9 Mei 2024, dimulai dari deretan masalah dari Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis atau PPDS.

Baca Selengkapnya

Ramai di X Bayar Tunai Ditolak Kasir, BI Buka Suara

6 hari lalu

Ramai di X Bayar Tunai Ditolak Kasir, BI Buka Suara

Bank Indonesia mendorong aktivitas bayar tunai, namun BI mengimbau agar merchant tetap bisa menerima dan melayani pembayaran tunai

Baca Selengkapnya

Aliran Modal Asing Rp 19,77 T, Terpengaruh Kenaikan BI Rate dan SRBI

7 hari lalu

Aliran Modal Asing Rp 19,77 T, Terpengaruh Kenaikan BI Rate dan SRBI

Kenaikan suku bunga acuan atau BI rate menarik aliran modal asing masuk ke Indonesia.

Baca Selengkapnya

Bank Danamon Belum Berencana Naikkan Suku Bunga KPR

7 hari lalu

Bank Danamon Belum Berencana Naikkan Suku Bunga KPR

Bank Danamon Indonesia belum berencana menaikkan suku bunga KPR meski suku bunga acuan BI naik menjadi 6,25 persen

Baca Selengkapnya

Cadangan Devisa RI Akhir April 2024 Anjlok Menjadi USD 136,2 Miliar

7 hari lalu

Cadangan Devisa RI Akhir April 2024 Anjlok Menjadi USD 136,2 Miliar

Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

12 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya