Industri Beton Pracetak Dinilai Lebih Efisien  

Reporter

Kamis, 24 Oktober 2013 18:46 WIB

Pekerja melakukan penggantian beton pembatas jalur Busway dibuat lebih tinggi di Jalan Kramat Raya, Jakarta, Senin (19/11). TEMPO/Dasril Roszandi

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Pembinaan Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum, Hediyanto W. Husaini mengatakan produk beton pracetak lebih efisien sebagai komponen bangunan infrastruktur. "Produk beton precast (pracetak) ini lebih efisien dibandingkan beton biasa yang harus mengecor di tempat," katanya.

Hediyanto menilai pembangunan infrastruktur yang menggunakan beton pracetak seperti jalan layang non-tol Antasari-Blok M lebih bagus, kualitasnya lebih terjaga dan tidak mengganggu kondisi lalu lintas. Jalan layang itu dibangun dengan teknologi beton oleh PT Waskita Karya dan Wijaya Karya yang merupakan produk asli dalam negeri.

Sampai 2010, beton pracetak mengisi sekitar 25 persen dari total pasar beton. Industri beton pracetak, kata Hediyanto, diharapkan bisa berkontribusi sekitar 50 persen di pasaran. Ia mengungkapkan industri konstruksi beton pracetak sekarang mampu berkompetisi di pasar internasional. Proyek-proyek itu sudah sukses di Aljazair, Kenya, Timor Leste, Arab Saudi, dan Myanmar.

Menurut Kepala Pusat Pembinaan Sumber Daya Investasi Kementerian Pekerjaan Umum Natsir, saat ini sebagian besar peralatan beton pracetak masih impor. "Sebanyak 60 persen kita impor peralatan precast,"ujarnya.


APRILIANI GITA FITRIA


Topik Terhangat
Sultan Mantu|Misteri Bunda Putri |Gatot Tersangka| Suap Akil Mochtar |Dinasti Banten

Berita Terpopuler

Miing Bagito: Jalan Banten Rusak oleh Lamborghini
Kantor Diubek-ubek KPK, Anak Buah Airin Bungkam
Miing: Airin Pernah Audisi Figuran Bagito Show
Inilah Kantor Wawan sebagai Wali Kota Malam
Bunda Putri Sering Mengaku Alumnus Minyak ITB 75

Berita terkait

Airlangga Nilai Bahan Baku Logam Belum Tergarap Optimal

24 Agustus 2016

Airlangga Nilai Bahan Baku Logam Belum Tergarap Optimal

Airlangga meyakini Indonesia memiliki deposit logam tanah jarang dalam jumlah cukup besar.

Baca Selengkapnya

Industri Logam Rumahan di Tegal Dilibas Produk Logam Cina  

8 Agustus 2016

Industri Logam Rumahan di Tegal Dilibas Produk Logam Cina  

Satu per satu pemilik industri logam rumahan berhenti berproduksi lantaran sepi order.

Baca Selengkapnya

Industri Logam di Tegal Terancam Gulung Tikar  

5 Agustus 2016

Industri Logam di Tegal Terancam Gulung Tikar  

Sepinya usaha logam di Tegal akibat imbas serbuan produksi logam dari Cina.

Baca Selengkapnya

Industri Logam Mulai Bergairah, Namun Pengusaha Kurang Modal

28 Mei 2010

Industri Logam Mulai Bergairah, Namun Pengusaha Kurang Modal

Penyebabnya adalah munculnya industri serupa di daerah lain, krisis moneter 1998 dan minimnya modal. Namun kini industri logam sudah mulai bergairah lagi.

Baca Selengkapnya

Berpotensi Rugikan Negara, DPR Tuntut Nasionalisasi Inalum

29 April 2010

Berpotensi Rugikan Negara, DPR Tuntut Nasionalisasi Inalum

Wakil Ketua Komisi Badan Usaha Milik Negara Dewan Perwakilan Rakyat Nurdin Tampubolon mendesak pemerintah tidak memperpanjang kontrak PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) karena dinilai merugikan negara,

Baca Selengkapnya

Tahun Ini Industri Manufaktur Stagnan

20 Desember 2007

Tahun Ini Industri Manufaktur Stagnan

Kalangan pengusaha menilai industri manufaktur berada dalam kondisi stagnan selama tahun ini.

Baca Selengkapnya

Pertumbuhan Industri Masih Lambat

28 Februari 2007

Pertumbuhan Industri Masih Lambat

Pemerintah mengungkapkan pertumbuhan sektor industri mengalami penurunan dalam tiga tahun terakhir. Penyebabnya adalah lemahnya daya saing dan ekonomi biaya tinggi.

Baca Selengkapnya

Industri Cor di Klaten Lumpuh, 5 Ribu Pekerja Menganggur

13 Desember 2005

Industri Cor di Klaten Lumpuh, 5 Ribu Pekerja Menganggur

Sebanyak 5 ribu pekerja industri cor logam di Ceper, Batur, Klaten terancam menganggur. Selain karena sulit mendapatkan kokkas (bahan bakar utama untuk pengecoran), juga tingginya tarif Daya Max Plus yang diberlakukan PLN.

Baca Selengkapnya