TEMPO Interaktif, Jakarta:Bank Indonesia memperkirakan kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat tahun depan tetap berada pada kisaran Rp 9.000/US$ meski pemerintah berencana merevisi APBN 2005. Bank sentral bahkan tetap menilai kisaran ini masih di bawah nilai seharusnya (under value) karena penguatan rupiah tersendat adanya permintaan yang besar dari dalam negeri.Gubernur Bank Indonesia Burhanuddin Abdullah mengatakan perkiraan ini sejalan dengan kecenderungan dolar yang terus melemah terhadap hampir seluruh mata uang. Ia mengatakan kebijakan dolar menguat (strong dollar policy) pemerintah Amerika tidak akan secara langsung mendongkrak nilai mata uang dolar. "Jadi mau tidak mau memang rupiah akan berkisar Rp 9.000," kata dia.Ia mengatakan nilai tukar itu juga menjadi materi pembahasan sidang G-20 di Jerman. Menurutnya kebanyakan negara membuat kebijakan fleksibel terhadap nilai tukar mata uangnya. Pada dasarnya, kata dia, fleksibilitas memberikan kesempatan kepada negara memilah indsutri yang kompetitif atau tidak. "Dengan fleksibiltas pasar menentukan kurs," ujarnya.Menguatnya rupiah, kata dia, sedikit terhambat dengan kebutuhan valas bagi impor minyak di beberapa perusahaan, seperti Pertamina. Sebagai gambaran, Pertamina membutuhkan dana sekitar US$ 800 juta setiap hari untuk membeli minyak. "Kalau permintaan itu tidak dikelola bisa mengganggu stabilitas," katanya.Dalam kaitannya dengan rencana pemerintah menaikkan harga minyak, Burhanuddin mengatakan kebijakan ini akan mempengaruhi tingkat inflasi di Indonesia. Namun, Ia tetap memperkirakan tingkat inflasi hingga akhir tahun sekitar 6,5 persen. "Inflasi akan naik saat harga minyak naik. Tapi bulan-bulan berikutnya tidak akan naik lagi," katanya.Deputi Gubernur BI, Aslim Tadjudin menambahkan nilai tukar rupiah tidak akan berfluktuasi sangat besar kalau kondisi makronya mendukung. Selain itu, kata dia, permintaan dolar dalam negeri juga tetap menjadi perhatian. Selama permintaan dalam negeri bisa dipenuhi, Aslim optimis rupiah tetap stabil.Mengenai kebijakan pemerintah Amerika, Aslim mengatakan tidak akan mempengaruhi rupiah. Menurutnya kondisi dolar saat ini memang mengharuskan melemah terhadap mata uang lainnya. Amerika sedang mengalami defisit perdagangan dan anggaran serta pertumbuhan ekonomi yang tidak diharapkan. "Mereka (AS) kan tidak bisa apa-apa. Kan tidak bisa hanya ngomong," kata dia. (yandi mr)
BI Laporkan Harga Properti Residensial Triwulan I Naik 1,89 Persen
10 jam lalu
BI Laporkan Harga Properti Residensial Triwulan I Naik 1,89 Persen
Survei BI mengindikasikan harga properti residensial di pasar primer triwulan I 2024 tetap naik, tecermin dari pertumbuhan Indeks Harga Properti Residensial triwulan I 2024 sebesar 1,89 persen
Nilai Tukar Rupiah Hari Ini Diperkirakan Menguat hingga Rp 15.990 Terhadap Dolar AS
3 hari lalu
Nilai Tukar Rupiah Hari Ini Diperkirakan Menguat hingga Rp 15.990 Terhadap Dolar AS
Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 15.990 sampai Rp 16.070