TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Riset PT MNC Securities, Edwin Sebayang, mengatakan utang luar negeri swasta akan berada pada level yang mengkhawatirkan apabila perusahaan swasta yang memperoleh dana dari pasar modal belum mempersiapkan alat lindung nilai. Perusahaan tersebut, kata Edwin, perlu melakukan hedging agar terhindar dari potensi gagal bayar.
"Perusahaan tersebut meminjam dolar dan berpenghasilan dalam rupiah," kata Edwin saat dihubungi, Rabu, 28 Agustus 2013. Selain itu, Edwin menuturkan, langkah lain yang harus diantisipasi adalah pencegahan agar rasio utang terhadap ekuitas tidak mencapai dua kali lipat. Menurut dia, perbandingan antara utang dan ekuitas dalam pendanaan menunjukkan kemampuan modal sendiri dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya.
Sepanjang 2013, total pembayaran utang luar negeri pemerintah, bank sentral dan swasta direncanakan sebesar US$ 41,20 miliar, sedangkan sepanjang Juli-Desember sebesar US$ 27,86 miliar. Khusus untuk utang luar negeri swasta, total pembayaran utang luar negeri direncanakan US$ 32,12 miliar sepanjang tahun ini dan US$ 22,27 miliar sepanjang Juli-Desember.
Edwin mengatakan, masalah utang luar negeri swasta saat ini adalah pihak mana yang akan bertanggung-jawab secara makro jika potensi gagal bayar terjadi. Pasalnya, kata dia, Bank Indonesia dan pemerintah tidak berwenang membatasi jumlah utang luar negeri swasta.
Untuk itu, ujar Edwin, emiten-emiten yang mengimpor bahan baku bermata uang dolar Amerika Serikat seperti emiten farmasi perlu mewaspadai jumlah utang luar negerinya. Melihat kondisi nilai tukar rupiah di level kisaran Rp 11.000, ia mengatakan kemungkinan perusahaan swasta gagal membayar utang luar negerinya masih dapat dihindari selama rupiah tak menembus level Rp 12.000. "Selain itu juga seberapa lama rupiah menguat," ujar Edwin.
Sekretaris Komite Ekonomi Nasional (KEN) Aviliani memperhitungkan nominal rupiah untuk utang luar negeri naik 30 persen akibat depresiasi rupiah. "Dulu pinjam saat kurs Rp 8.500, sekarang jadi Rp 11 ribu, utang naik sekitar 30 persen," kata dia.
LINDA HAIRANI
Berita terkait
Erick Thohir Minta BUMN Segera Antisipasi Dampak Penguatan Dolar
12 hari lalu
Erick Thohir mengatakan BUMN perlu mengoptimalkan pembelian dolar, artinya adalah terukur dan sesuai dengan kebutuhan.
Baca SelengkapnyaTerkini Bisnis: Erick Thohir Minta BUMN Beli Dolar Secara Optimal, Rupiah Loyo Jadi Rp 16.260 per USD
13 hari lalu
Erick Thohir mengarahkan agar BUMN membeli dolar secara optimal dan sesuai kebutuhan di tengah memanasnya geopolitik dan penguatan dolar.
Baca SelengkapnyaUtang Luar Negeri RI Tercatat Rp USD 407,3 Miliar, Banyak Pembiayaan Proyek Pemerintah
14 hari lalu
BI mencatat jumlah utang luar negeri Indonesia jumlahnya naik 1,4 persen secara tahunan.
Baca SelengkapnyaBI Laporkan Cadangan Devisa Indonesia Turun Jadi US$ 144 Miliar
56 hari lalu
BI mencatat cadangan devisa Indonesia pada akhir Februari 2024 senilai US$ 144 miliar.
Baca SelengkapnyaTerpopuler: Makan Siang Gratis Bisa Berujung Utang Luar Negeri, Jadwal dan Cara Pendaftaran CPNS 2024
18 Februari 2024
Berita terpopuler: Program makan siang gratis bisa berujung pada utang luar negeri, jadwal dan cara mendaftar CPNS 2024
Baca SelengkapnyaEkonom Prediksi Program Makan Siang Gratis Berujung pada Utang Luar Negeri
17 Februari 2024
Ekonom memprediksi, jika program makan siang gratis akan berujung pada penambahan utang luar negeri. Ini alasannya.
Baca SelengkapnyaTerkini: Prabowo-Gibran Unggul Begini Kata Walhi, Bapanas Sebut Bantuan Pangan Beras Kembali Disalurkan
15 Februari 2024
Pasangan Capres dan Cawapres) nomor urut dua Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka (Prabowo-Gibran) unggul di hitung cepat.
Baca SelengkapnyaUtang Luar Negeri Naik jadi US$ 407,1 Miliar pada Akhir 2023, Begini Penjelasan Lengkap BI
15 Februari 2024
Bank Indonesia (BI) mengumumkan utang luar negeri (ULN) Indonesia pada kuartal keempat tahun 2023 naik menjadi US$ 407,1 miliar.
Baca SelengkapnyaCadangan Devisa Turun, Disedot Jatuh Tempo Bayar Utang Luar Negeri Pemerintah
9 Februari 2024
Cadangan devisa Indonesia menurun pada bulan pertama 2024 gara-gara pembayaran utang luar negeri. Masih dua kali lipat dari standar internasional.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia Catat Utang Luar Negeri RI Capai Rp 6.230 Triliun
16 Januari 2024
Bank Indonesia (BI) mencatat posisi utang luar negeri RI per November 2023 sebesar US$ 400,9 miliar atau Rp 6.230 triliun.
Baca Selengkapnya