Salah satu instalasi pengolahan gas dan kondensat dari lapangan migas South Mahakam yang dioperasikan Total E&P Indonesie di Senipah, Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur. ANTARA/Yudhi Mahatma
TEMPO.CO, Jakarta -Deputi Pengendalian Perencanaan Satuan Kerja Khusus Pengatur Kegiatan Hulu Migas (SKK Migas) Aussie B. Gautama mengatakan, ada pengalihan operasi dua blok milik Marathon Oil, yakni Blok Kumawa dan Blok Bone Bay. Kedua blok ini akan dialihkan pengoperasiannya pada Niko Resources.
"Alasannya dari kegiatan eksplorasi di laut dalam ini tidak ditemukan adanya cadangan minyak dan gas bumi," kata Aussie dalam keterangan tertulis pada Selasa, 11 Juni 2013.
Pengalihan kepada Niko Resources diputuskan karena kontraktor ini dinilai paling aktif melakukan kegiatan eksplorasi di laut dalam. "Hingga saat ini, Niko Resources mengoperasikan 18 blok eksplorasi dan 3 blok sebagai non-operator," ujar Aussie.
Bahkan, pada tahun 2013 dan 2014 mendatang, Niko Resources masih akan melanjutkan lima pemboran eksplorasi laut dalam di lima wilayah kerja eksplorasi. "Sehingga, Niko Resources menjadi harapan satu-satunya yang berpeluang menemukan cadangan migas di laut dalam," jelasnya.
Niko Resources merupakan operator blok eksplorasi yang sangat efisien pembiayaan operasionalnya. Dalam setahun, biaya operasional kegiatan eksplorasi Niko Resources hanya sebesar US$ 600 ribu per blok per tahun, sementara biaya pemboran sumur eksplorasi di laut dalam dengan kedalaman sumur lebih dari 20 ribu kaki menghabiskan biaya kurang dari US$90 juta per sumur.
Eks Menteri Pertambangan Soebroto Sebut Industri Hulu Migas Bukan Sunset Industri
28 Oktober 2022
Eks Menteri Pertambangan Soebroto Sebut Industri Hulu Migas Bukan Sunset Industri
Menteri Pertambangan dan Energi RI periode 1978-1988, Soebroto, mengatakan industri hulu minyak dan gas (migas) bukan sunset industri, tetapi menjadi sunrise industri