TEMPO Interaktif, Denpasar:Gubernur Bank Indonesia Burhanuddin Abdullah optimis kelancaran pemilu dan terpilihnya presiden baru akan menghidupkan sektor riil perekonomian Indonesia. Karenanya, Rp 135 triliun kredit yang sampai bulan lalu belum ditarik, diyakininya akan segera mengalir ke sektor itu."Laporan bulan lalu, Rp 135 triliun belum ditarik. Sekarang risiko sudah berkurang, pemilu sudah berhasil dan ada presiden baru dengan komitmen baru. Saya kira kondisi ini sangat menjanjikan," katanya, Jumat (24/9), di Denpasar saat menghadiri serah terima jabatan Kepala BI cabang Denpasar.Jumlah itu adalah jumlah yang diajukan kalangan pengusaha kepada pihak bank dan sudah disetujui, namun tidak segera ditarik karena merasa risiko bisnis masih sangat tinggi. Burhanudin malah optimis, selain jumlah itu, juga akan ada pengajuan rencana bisnis baru yang disetujui oleh pihak bank. Menurut dia, rendahnya penarikan kredit sebelumnya, bukanlah karena bunga bank yang terlalu tinggi. "Bila dibanding inflasi sudah cukup pas," katanya. Dengan inflasi 7 persen dan suku bunga deposito 6-7 persen, menurutnya, mereka yang menanam uang dalam bentuk deposito sebenarnya rugi karena bunganya negatif. "Posisi itu sebenarnya mendorong pemilik uang untuk menanam di sektor produktif," katanya. Dengan suku bunga pinjaman sekitar 12-16 persen, tegas dia, bila secara riil dikurangi 7 persen, maka masih sekitar 6-10 persen. "Itu tidak telalu tinggi," tegasnya. Persoalannya risiko kegiatan di sektor riil belum diminimalisir. Suksesnya pemilu, menurutnya, juga akan mengundang investasi asing di Indonesia. Hal ini bukanlah karena pihak asing lebih mendukung pasangan Susilo Bambang Yudhoyonbo dan Yusuf Kalla. Tapi, tegas dia, karena pemilu yang aman dan kepastian politik di Indonesia.Mengenai kemampuan SBY melakukan pengelolaan ekonomi, Burhanuddin menolak memberikan penilaian. "SBY kita tunggu, pada waktunya nanti akan kita lihat. Saya pikir beliau pasti juga ingin membuat prestasi bagi bangsa ini," tegasnya. Rofiqi Hasan - Tempo