Peringkat Utang Turun Peringatan bagi Pemerintah

Reporter

Jumat, 3 Mei 2013 19:39 WIB

Harry Azhar Azis. TEMPO/Imam Sukamto

TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom Bank Internasional Indonesia (BII), Juniman menyatakan turunnya peringkat utang Indonesia oleh lembaga pemeringkat utang internasional, Standard & Poor's (S&P) merupakan peringatan untuk pemerintah. Pemerintah harus bisa merespon dengan introspeksi dalam kebijakan Bahan Bakar Minyak.

Belum beraninya pemerintah memutus kebijakan BBM, menurut Juniman, akan membuat fiskal terhambat yang akhirnya mempengaruhi kredibilitas pembayaran utang. "Kalau fiskalnya sudah habis untuk subsidi, bagaimana membayar utang?" kata Juniman, Jumat, 3 Mei 2013. Apalagi, tahun lalu Bank Indonesia sudah memberi peringatan agar pemerintah melakukan "adjustmen" dengan memperbaiki kondisi makro.

Standard & Poor's ( S&P) merevisi prospek peringkat utang Indonesia dari positif menjadi stabil. Peringkat utang jangka panjang dan jangka pendek Indonesia masing-masing BB+ dan B. Peringkat utang tersebut dianggap mencerminkan rendahnya perekonomian, yang bisa dilihat dari pendapatan per kapita, pengembangan struktural den institusional, lemahnya kebijakan, serta peningkatan ketergantungan terhadap asing.

Produk domestik bruto atau "gross domestic product" (GDP) per kapita di Indonesiuna di perkirakan US$ 3.800 untuk tahun ini. Angka tersebut dianggap relatif rendah.

"Menurut kami, dengan pendapatan di level ini, Indonesia memiliki keterbatasan kemampuan dan kesejahteraan untuk mendorong fleksibilitas kebijakan," ujar analis S&P, Agost Benard melalui laman resmi lembaga pemeringkat utang nasional tersebut, Kamis, 2 Mei 2013. "Ruang gerak pemerintah pun menjadi terbatas untuk bermanuver," ujarnya. Menurut dia, ruang gerak pemerintah menjadi terbatas ketika harus mempertahankan kelayakan kredit melalui kebijakan yang tidak populer.

Lambatnya perkembangan infrastruktur, seiring dengan ketidakpastian hukum, hambatan birokratis, mengurangi potensi pertumbuhan Indonesia. Hal tersebut dianggap menghambat pengentasan kemiskinan dan pengembangan perekonomian. Perimbangan politis menyangkut pemilihan umum tahun depan pun ikut membentuk formula kebijakan. Lemahnya kebijakan bisa menimbulkan dampak negatif pada prospek pertumbuhan ekonomi.

Wakil ketua Komisi Keuangan dari fraksi partai Golongan Karya, Harry Azhar Azis juga melihat penurunan prospek peringkat utang Indonesia dinilainnya sebagai gejala yang memprihatinkan. "Pemerintah tidak mampu menjaga, mempertahankan "grade" itu," kata Harry.

Ia menganalogikan penurunan peringkat tersebut seperti pemerintah tidak berhasil mempertahankan status Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) sehingga turun menjadi Wajar Dengan Pengecualian (WDP) alias "disclaimer".

Ia mendesak pemerintah untuk memastikan kebijakan terkait harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. Ketidakpastian kebijakan BBM akan menyebabkan ketidakpastian untuk iklim investasi. "Karena investasi itu yang penting ada dua, kepastian dan keamanan," kata Harry.

MARIA YUNIAR

Berita terkait

Disebut Tukang Palak Berseragam, Berapa Pendapatan Pegawai Bea Cukai?

1 hari lalu

Disebut Tukang Palak Berseragam, Berapa Pendapatan Pegawai Bea Cukai?

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sedang menjadi sorotan publik karena sejumlah kasus dan disebut tukang palak. Berapa pendapatan pegawai Bea Cukai?

Baca Selengkapnya

Harga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi

6 hari lalu

Harga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi

Menteri Keuangan Sri Mulyani bisa melakukan penyesuaian anggaran subsidi mengikuti perkembangan lonjakan harga minyak dunia.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Raup Rp 5,925 Triliun dari Lelang SBSN Tambahan

7 hari lalu

Pemerintah Raup Rp 5,925 Triliun dari Lelang SBSN Tambahan

Pemerintah meraup Rp 5,925 triliun dari pelelangan tujuh seri SBSN tambahan.

Baca Selengkapnya

Kemenkeu Antisipasi Dampak Penguatan Dolar terhadap Neraca Perdagangan

8 hari lalu

Kemenkeu Antisipasi Dampak Penguatan Dolar terhadap Neraca Perdagangan

Kementerian Keuangan antisipasi dampak penguatan dolar terhadap neraca perdagangan Indonesia.

Baca Selengkapnya

Erick Thohir Minta BUMN Segera Antisipasi Dampak Penguatan Dolar

12 hari lalu

Erick Thohir Minta BUMN Segera Antisipasi Dampak Penguatan Dolar

Erick Thohir mengatakan BUMN perlu mengoptimalkan pembelian dolar, artinya adalah terukur dan sesuai dengan kebutuhan.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Erick Thohir Minta BUMN Beli Dolar Secara Optimal, Rupiah Loyo Jadi Rp 16.260 per USD

13 hari lalu

Terkini Bisnis: Erick Thohir Minta BUMN Beli Dolar Secara Optimal, Rupiah Loyo Jadi Rp 16.260 per USD

Erick Thohir mengarahkan agar BUMN membeli dolar secara optimal dan sesuai kebutuhan di tengah memanasnya geopolitik dan penguatan dolar.

Baca Selengkapnya

Utang Luar Negeri RI Tercatat Rp USD 407,3 Miliar, Banyak Pembiayaan Proyek Pemerintah

13 hari lalu

Utang Luar Negeri RI Tercatat Rp USD 407,3 Miliar, Banyak Pembiayaan Proyek Pemerintah

BI mencatat jumlah utang luar negeri Indonesia jumlahnya naik 1,4 persen secara tahunan.

Baca Selengkapnya

Estafet Keketuaan ASEAN 2024, Pemerintah RI Beri Hibah Rp 6,5 Miliar ke Laos

28 hari lalu

Estafet Keketuaan ASEAN 2024, Pemerintah RI Beri Hibah Rp 6,5 Miliar ke Laos

Pemerintah RI menyalurkan bantuan Rp 6,5 M kepada Laos untuk mendukung pemerintah negara tersebut sebagai Keketuaan ASEAN 2024.

Baca Selengkapnya

21 Tahun Museum Layang-Layang Indonesia Mengabadikan Layangan dari Masa ke Masa

39 hari lalu

21 Tahun Museum Layang-Layang Indonesia Mengabadikan Layangan dari Masa ke Masa

Museum Layang-Layang Indonesia memperingati 21 tahun eksistensinya mengabadikan kebudayaan layangan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Pembatasan Ketat Barang Bawaan Impor Banyak Dikeluhkan, Ini Reaksi Kemenkeu

48 hari lalu

Pembatasan Ketat Barang Bawaan Impor Banyak Dikeluhkan, Ini Reaksi Kemenkeu

Kemenkeu memastikan aspirasi masyarakat tentang bea cukai produk impor yang merupakan barang bawaan bakal dipertimbangkan oleh pemerintah.

Baca Selengkapnya