Surplus Maret Belum Menutup Defisit Triwulan I  

Rabu, 1 Mei 2013 11:49 WIB

Aktivitas bongkar muat di Pelabuhan peti kemas Pelabuhan Tanjung Priok terlihat dari ketinggian, Jakarta, Kamis (21/2). Mengacu pada perolehan ekspor sepanjang 2012 yang mencapai US$ 190,04 miliar, Kementerian Perdagangan (Kemendag) memperkirakan laju ekspor nasional pada tahun 2013 akan menembus US$ 200 miliar. TEMPO/Eko Siswono Toyudho

TEMPO.CO, Jakarta - Neraca perdagangan pada Maret 2013 tercatat mengalami surplus sebesar US$ 304,9 juta. Namun, jumlah itu tak cukup menutup defisit yang terjadi dua bulan sebelumnya. Sehingga, secara kumulatif, neraca perdagangan Januari-Maret 2013 masih minus US$ 67,5 juta.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Maret sebesar US$ 15 miliar atau turun 13,03 persen dibanding tahun lalu. Sementara secara kumulatif Januari-Maret 2013, nilai ekspor Indonesia tercatat senilai US$ 45,39 miliar atau turun 6,44% dibanding tahun lalu.

Sementara itu, nilai impor bulan Maret tercatat sebesar US$ 14,70 miliar atau juga turun 9,97 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Secara kumulatif Januari-Maret, impor turun sebesar US$ 45,46 miliar atau 0,62 persen dibanding tahun lalu. Impor nonmigas secara kumulatif mencapai sebesar US$ 34,15 miliar atau turun 3,06 persen dibanding tahun lalu.

Nilai ekspor nonminyak dan gas bumi (migas) pada kurun Januari-Maret 2013 senilai US$ 37,27 miliar atau turun 3,27 persen dibanding 2012. Share terbesar ekspor adalah bahan bakar mineral, yakni sebesar US$ 6,49 miliar dan lemak dan minyak hewan/nabati US$ 4,66 miliar.

"Penurunan itu akibat harga komoditas yang hampir semuanya turun pada Maret. Volumenya masih tinggi. Jadi, sebenarnya kemampuan produksi kita masih tinggi," kata Kepala BPS Suryamin dalam keterangan persnya, Rabu, 1 Mei 2013.

Berdasarkan pangsa pasar, tujuan ekspor terbesar adalah ke Cina, yakni sebesar US$ 5,10 miliar. Di posisi berikutnya adalah Jepang dengan nilai US$ 4,11 miliar dan Amerika Serikat yang sebesar US$ 3,75 miliar. Tiga negara ini saja memiliki porsi 34,78 persen dari keseluruhan ekspor.

Sementara itu, untuk barang impor yang paling banyak berasal dari Cina, yakni senilai US$ 6,52 miliar, Jepang US$ 4,65 miliar, dan Thailand US$ 2,76 miliar. "Thailand kembali masuk ini kemungkinan karena mobil," ujar Suryamin.

PINGIT ARIA

Berita terkait

Penyebab Rupiah Melemah, Ini Analisis Direktur Laba Forexindo Berjangka

11 jam lalu

Penyebab Rupiah Melemah, Ini Analisis Direktur Laba Forexindo Berjangka

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memberikan analisis soal nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS belakangan ini.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat ke Level Rp 15.923 per Dolar AS

16 jam lalu

Rupiah Menguat ke Level Rp 15.923 per Dolar AS

Kurs rupiah hari ini ditutup menguat 104 poin ke level Rp 15.923 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi Pertama Kembali Menguat, Ditutup di 7,245,1

19 jam lalu

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi Pertama Kembali Menguat, Ditutup di 7,245,1

Analis PT Samuel Sekuritas Indonesia menyebutkan Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG melanjutkan pergerakan positifnya

Baca Selengkapnya

Kementerian Perdagangan Antisipasi Fenomena Alih Mitra Dagang di Pasar Global

22 jam lalu

Kementerian Perdagangan Antisipasi Fenomena Alih Mitra Dagang di Pasar Global

Kementerian Perdagangan mengungkapkan saat ini fenomena alih mitra dagang sejumlah negara telah mempengaruhi ekonomi global.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat Setelah Rilis Indeks Harga Produsen Amerika Serikat Membaik

1 hari lalu

Rupiah Menguat Setelah Rilis Indeks Harga Produsen Amerika Serikat Membaik

Rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Rabu ditutup menguat setelah rilis data inflasi Indeks Harga Produsen (PPI) Amerika Serikat menguat.

Baca Selengkapnya

BPS Catat Nilai Ekspor Nikel Naik 45,85 Persen pada April 2024

1 hari lalu

BPS Catat Nilai Ekspor Nikel Naik 45,85 Persen pada April 2024

BPS menyebut nilai ekspor komoditas nikel dan barang daripadanya mengalami kenaikan sebesar US$ 210,6 juta atau 45,85 persen pada April 2024.

Baca Selengkapnya

Terkini: Jokowi Sebut Bantuan Beras Patut Disyukuri, Besaran Iuran BPJS Kesehatan Terbaru Setelah Diganti KRIS

1 hari lalu

Terkini: Jokowi Sebut Bantuan Beras Patut Disyukuri, Besaran Iuran BPJS Kesehatan Terbaru Setelah Diganti KRIS

Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebut bantuan beras merupakan langkah konkret untuk meringankan beban masyarakat.

Baca Selengkapnya

RI-China Bahas Kerja Sama Riset di Bidang Pengolahan Nikel

1 hari lalu

RI-China Bahas Kerja Sama Riset di Bidang Pengolahan Nikel

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI Airlangga Hartarto dan Duta Besar China untuk Indonesia Lu Kang bertemu untuk membahas penguatan kerja sama

Baca Selengkapnya

Harga Emas Antam Naik ke Angka Rp 1,33 Juta per Gram

1 hari lalu

Harga Emas Antam Naik ke Angka Rp 1,33 Juta per Gram

Harga emas Antam pada Rabu pagi, naik sebesar Rp 8.000 per gram, sehingga menjadi Rp 1.332.000 (Rp 1,33 juta) per gram.

Baca Selengkapnya

IHSG Berpotensi Mendatar, Pasar Wait and See Data Inflasi AS

1 hari lalu

IHSG Berpotensi Mendatar, Pasar Wait and See Data Inflasi AS

IHSG pada Rabu berpotensi bergerak mendatar seiring pelaku pasar sedang bersikap wait and see terhadap data inflasi Amerika Serikat (AS)

Baca Selengkapnya