Pembatalan Pelepasan Aset Keputusan Exxon Pusat

Reporter

Editor

Agoeng Wijaya

Kamis, 3 Januari 2013 13:51 WIB

Exxon. AP/LM Otero

TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat energi dari Reforminer Institute, Pri Agung, menilai keputusan Satuan Kerja Sementara Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SK Migas), yang tidak memperpanjang masa jabatan Presiden Direktur ExxonMobil Indonesia, tidak akan mempengaruhi keputusan perusahaan asal Amerika itu untuk membatalkan penjualan asetnya di Indonesia.

"Pemerintah punya kewenangan tidak memperpanjang jabatan ExxonMobil karena memang ada aturannya. Tapi saya kira tidak akan mengubah kebijakan ExxonMobil di pusat, karena direktur di sini hanya menjalankan," kata Pri saat dihubungi Tempo, Kamis, 3 Januari 2013.

Seperti diberitakan, SK Migas (pengganti BP Migas) tak memperpanjang masa jabatan Presiden Direktur ExxonMobil Indonesia Richard J. Owen, yang berakhir awal tahun ini. Rencananya, pergantian akan dilakukan akhir Januari atau awal bulan depan.

"Tentu keputusan ini untuk meningkatkan kinerja Exxon. Proyek ini, terutama di Blok Cepu, kan proyek strategis. Jadi, kami berharap ada peningkatan kinerja, makanya presidennya diganti terus," kata Deputi Pengendalian Operasi SK Migas Gde Pradnjana ketika dihubungi Tempo, Rabu, 2 Januari 2013.

Namun, Kepala Divisi Humas, Sekuriti, dan Formalitas SK Migas, Hadi Prasetyo, mengatakan, pergantian ini juga terkait sikap Exxon yang berubah-ubah soal pelepasan aset di Blok B Arun. Setelah blok tersebut dilirik oleh perusahaan-perusahaan nasional, perusahaan migas asal Amerika Serikat ini membatalkan niat untuk melepas aset tersebut. "Exxon ingin mengoperasikan sendiri. Pemerintah jadi mempertanyakan bagaimana komitmen Exxon, kok, seperti ini?" kata Hadi.

Menurut Pri, pemerintah harus menjelaskan alasan kenapa tidak memperpanjang jabatan Presiden Direktur ExxonMobil untuk memastikan tidak ada motif lain di balik kebijakan tersebut. "Argumentasinya harus transparan. Kalau alasannya Exxon tidak bisa mencapai target, bukan Exxon saja yang seperti itu," ujarnya. "Kalau karena masalah tidak jadi menjual, kebijakannya bukan di Exxon Indonesia, tapi dari pusat."

Sebaliknya, Pri juga meminta agar ExxonMobil menjelaskan alasan mereka tidak jadi menjual aset seperti yang ditawarkan sebelumnya. Sebab, sudah banyak perusahaan nasional yang berminat membeli saham itu.

Menurut Pri, bagi perusahaan sekelas Exxon, saham di Blok B Arun, lapangan gas North Sumatera Offshore, dan di PT Arun NGL tak lagi berskala besar. "Tapi, untuk perusahaan nasional sekelas Pertamina, Medco, atau Mega Persada, itu memang cukup potensial," katanya.

ANGGA SUKMA WIJAYA

Terpopuler:

Kebijakan Fiskal Obama Dinilai Untungkan Indonesa

BPS : Masyarakat Indonesia Anti Korupsi

2013, Produk Impor Kian Banjiri Indonesia

3000 Produk Impor Tak Berlabel SNI

Yogyakarta Akan Operasikan Lembaga Penjamin kredit

Berita terkait

Kemenperin Tegaskan Perluasan Industri Penerima Harga Gas Khusus Tak Bebani Industri Migas

23 Februari 2024

Kemenperin Tegaskan Perluasan Industri Penerima Harga Gas Khusus Tak Bebani Industri Migas

Kemenperin menbantah Kementerian ESDM terkait perluasan harga gas khusus industri yang dinilai membebani industri migas.

Baca Selengkapnya

Penyalahgunaan BBM Selama 2022 1,4 Juta Liter, BPH Migas: Dominan Solar

3 Januari 2023

Penyalahgunaan BBM Selama 2022 1,4 Juta Liter, BPH Migas: Dominan Solar

BPH Migas bersama Polri mengungkap penyalahgunaan bahan bakar minyak atau BBM sebanyak 1,4 juta liter sepanjang tahun 2022.

Baca Selengkapnya

Airlangga Buka Peluang Revisi Regulasi untuk Mendorong Industri Migas

24 November 2022

Airlangga Buka Peluang Revisi Regulasi untuk Mendorong Industri Migas

Airlangga Hartarto meminta agar SKK Migas melakukan langkah-langkah agar situasi iklim investasi maupun insentif bisa lebih baik di industri migas.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Optimalkan Kebijakan Fiskal untuk Dorong Industri Hulu Migas

23 November 2022

Sri Mulyani Optimalkan Kebijakan Fiskal untuk Dorong Industri Hulu Migas

Sri Mulyani Indrawati menyatakan bakal mengoptimalkan kebijakan fiskal untuk mendukung pertumbuhan pertumbuhan industri migas.

Baca Selengkapnya

Kepala SKK Migas Sebut Industri Hulu Minyak dan Gas RI Butuh Investasi USD 179 Miliar

23 November 2022

Kepala SKK Migas Sebut Industri Hulu Minyak dan Gas RI Butuh Investasi USD 179 Miliar

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menjelaskan industri hulu minyak dan gas (migas) membutuhkan investasi yang cukup besar.

Baca Selengkapnya

Eks Menteri Pertambangan Soebroto Sebut Industri Hulu Migas Bukan Sunset Industri

28 Oktober 2022

Eks Menteri Pertambangan Soebroto Sebut Industri Hulu Migas Bukan Sunset Industri

Menteri Pertambangan dan Energi RI periode 1978-1988, Soebroto, mengatakan industri hulu minyak dan gas (migas) bukan sunset industri, tetapi menjadi sunrise industri

Baca Selengkapnya

Temuan Potensi Gas Melimpah di Blok Andaman, SKK Migas Ungkap Pengeboran Makin Intensif

21 Juli 2022

Temuan Potensi Gas Melimpah di Blok Andaman, SKK Migas Ungkap Pengeboran Makin Intensif

SKK Migas melaporkan kegiatan pengeboran di Blok Andaman I,II, dan III belakangan makin intensif.

Baca Selengkapnya

Arus Mudik, BPH Migas Prediksi Ketersediaan Bensin Bakal Naik 5 Persen

25 April 2022

Arus Mudik, BPH Migas Prediksi Ketersediaan Bensin Bakal Naik 5 Persen

BPH Migas menjelaskan beberapa proyeksi untuk sektor bahan bakar minyak (BBM) selama periode Idul Fitri.

Baca Selengkapnya

Krisis Energi, Kemenko Perekonomian: Kita Perlu Belajar Mumpung Ada Waktu

24 Oktober 2021

Krisis Energi, Kemenko Perekonomian: Kita Perlu Belajar Mumpung Ada Waktu

Raden Pardede mengatakan salah satu kontributor krisis energi saat ini akibat mulai ditinggalkannya industri fosil

Baca Selengkapnya

Joe Biden Menangguhkan Sementara Izin Pengeboran Minyak dan Gas

22 Januari 2021

Joe Biden Menangguhkan Sementara Izin Pengeboran Minyak dan Gas

Pemerintahan Joe Biden untuk sementara menangguhkan izin pengeboran minyak dan gas di daratan dan perairan federal untuk memerangi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya