Bank Indonesia Nilai Ekonomi Indonesia Membaik

Kamis, 13 September 2012 20:29 WIB

Gubernur Bank Indonesia (BI) Darmin Nasution memaparkan hasil keputusan tingkat suku bunga (BI Rate), Jakarta, Kamis (12/4). ANTARA/Yudhi Mahatma

TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia menilai perekonomian Indonesia pada triwulan ketiga ini menunjukkan perbaikan. Defisit transaksi berjalan akibat jomplangnya nilai perdagangan ekspor dan impor pada triwulan lalu kini terpantau membaik. Meski begitu, Bank Sentral tetap mewaspadai tekanan atas transaksi berjalan akibat memburuknya prospek ekonomi global.

"Ke depan, Bank Indonesia terus mengevaluasi dampak dari kebijakan-kebijakan yang telah dilakukan sebelumnya dan apabila diperlukan akan mengambil langkah-langkah kebijakan lanjutan," ucap Juru Bicara Bank Indonesia, Difi A. Johansyah di Bank Indonesia, Kamis, 13 September 2012.

Seperti diketahui, defisit transaksi berjalan mencapai US$ 6,9 miliar atau 3,1 persen dari PDB pada triwulan II 2012. Ini naik dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatat defisit US$ 3,2 miliar atau 1,5 persen dari PDB. Pada Juni 2012, tercatat defisit perdagangan internasional mencapai level tertingginya selama lima tahun belakangan yakni US$ 1,33 miliar. Meski defisit transaksi berjalan melebar, namun defisit neraca pembayaran bisa ditekan oleh transaksi modal dan finansial yang disokong aliran investasi asing langsung (FDI), investasi portofolio dan penarikan utang luar negeri swasta. Adapun defisit transaksi berjalan pada triwulan III diperkirakan BI membaik, meski lembaga ini belum merilis data resminya.

Difi menjelaskan BI juga akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dalam mengelola permintaan domestik dan perbaikan neraca pembayaran agar tetap sejalan dengan upaya menjaga kestabilan ekonomi makro dan kesinambungan pertumbuhan ekonomi nasional.

Sejauh ini, Difi melanjutkan, Dewan Gubernur BI menilai kinerja perekonomian domestik masih tetap sejalan dengan kapasitas ekonomi. "Perekonomian dalam triwulan III 2012 masih tetap kuat didukung tingginya konsumsi dan investasi," ucapnya.

Adapun pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang cukup tinggi didukung oleh tingkat kepercayaan masyarakat terhadap prospek ekonomi dan terkendalinya inflasi. BI optimis tingkat inflasi terkendali sesuai dengan sasaran inflasi tahun 2012 dan 2013, yaitu 4,5 persen - 1 persen.

Pada Agustus 2012, inflasi IHK 0,95 persen (month to month) sehingga secara tahunan tercatat sebesar 4,58 persen (year on year). Optimisme BI pada target inflasi ini tercermin dari keputusan Dewan Gubernur mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75 persen.

Investasi pada triwulan III juga tercatat tetap kuat, didorong oleh tingginya kepercayaan dunia usaha terhadap prospek ekonomi Indonesia, dan didukung pembiayaan investasi baik yang bersumber dari perbankan maupun investasi langsung.

BI juga memperkirakan ekspor akan sedikit membaik sejalan dengan membaiknya prospek beberapa negara mitra dagang utama. Meski begitu, kinerja ekspor masih dibayangi risiko pelemahan perekonomian global. "Ke depan, kondisi neraca pembayaran diharapkan semakin baik dengan ekspektasi bahwa kondisi perekonomian global dan harga komoditas ekspor akan membaik serta didukung oleh respon kebijakan yang efektif," ujar Difi.

Adapun cadangan devisa tercatat mengalami kenaikan pada Agustus 2012 yaitu mencapai 109 miliar dolar AS atau setara dengan 5,9 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah.

Terkait nilai tukar rupiah, BI memperkirakan tekanan yang terjadi pada Agustus 2012 masih akan berlanjut namun dengan intensitas yang menurun. Rupiah secara point-to-point melemah sebesar 0,94 persen (month to month) ke level Rp 9.535 per dolar AS atau secara rata-rata melemah 0,63 persen (month to month) menjadi Rp 9.493 per dolar AS.

"Tekanan terhadap nilai tukar Rupiah dipengaruhi oleh prospek pemulihan ekonomi global yang masih rentan dan pasar keuangan global yang masih dalam kondisi ketidakpastian," ucap Difi. Ia menambahkan, ekspor yang tertekan di tengah impor yang masih relatif kuat juga turut memengaruhi keseimbangan supply-demand valas di dalam negeri. "Bank Indonesia terus mencermati keseimbangan di pasar valuta asing untuk mengarahkan pergerakan nilai tukar Rupiah sejalan dengan fundamentalnya," ujarnya.

MARTHA THERTINA

Berita Terpopuler:
Tewas Gara-gara Perbesar Penis dengan Silikon

Alasan Indonesia Terpilih Tuan Rumah Miss World

Apa Beda iPhone 5 dengan Samsung Galaxy S III

KONI Minta PSSI Djohar Jangan Seperti Anak-anak

Cara Benar Pasang Kondom

Berita terkait

BI Laporkan Harga Properti Residensial Triwulan I Naik 1,89 Persen

5 jam lalu

BI Laporkan Harga Properti Residensial Triwulan I Naik 1,89 Persen

Survei BI mengindikasikan harga properti residensial di pasar primer triwulan I 2024 tetap naik, tecermin dari pertumbuhan Indeks Harga Properti Residensial triwulan I 2024 sebesar 1,89 persen

Baca Selengkapnya

6 Penyebab Rupiah Melemah, Ini Pemicu dari Faktor Domestik dan Global

9 jam lalu

6 Penyebab Rupiah Melemah, Ini Pemicu dari Faktor Domestik dan Global

Rupiah melemah dipengaruhi oleh berbagai faktor global dan domestik, apa saja?

Baca Selengkapnya

TKN Prabowo-Gibran Siapkan Strategi Kerek Rasio Pajak, Perlu Evaluasi Rencana Kenaikan PPN 12 Persen

2 hari lalu

TKN Prabowo-Gibran Siapkan Strategi Kerek Rasio Pajak, Perlu Evaluasi Rencana Kenaikan PPN 12 Persen

TKN Prabowo-Gibran tengah kaji kenaikan PPN menjadi 12 persen, apakah memberi manfaat atau kerugian netto terhadap perekonomian?

Baca Selengkapnya

Tingkat Perekonomian Indonesia Turun, Ada Dampak dari Perlambatan di Cina

2 hari lalu

Tingkat Perekonomian Indonesia Turun, Ada Dampak dari Perlambatan di Cina

Perlambatan perekonomian di Cina memberi dampak ke Indonesia. Sebab sasaran pasar terbesar untuk kegiatan ekspor komoditas alam berada di Cina

Baca Selengkapnya

Wamenkeu Suahasil Nazara Memperkirakan Suku Bunga the Fed Belum akan Turun Dalam Waktu Dekat, Rupiah Tertekan

2 hari lalu

Wamenkeu Suahasil Nazara Memperkirakan Suku Bunga the Fed Belum akan Turun Dalam Waktu Dekat, Rupiah Tertekan

Wamenkeu Suahasil Nazara memperkirakan suku bunga The Fed belum akan turun dalam waktu dekat, sehingga indeks dolar meningkat dan menekan nilai tukar rupiah.

Baca Selengkapnya

Survei Bank Indonesia: Keyakinan Konsumen terhadap Kondisi Ekonomi Meningkat

3 hari lalu

Survei Bank Indonesia: Keyakinan Konsumen terhadap Kondisi Ekonomi Meningkat

Survei Konsumen Bank Indonesia atau BI pada April 2024 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi meningkat.

Baca Selengkapnya

Perkuat Transaksi Mata Uang Lokal, BI dan Bank Sentral UEA Jalin Kerja Sama

4 hari lalu

Perkuat Transaksi Mata Uang Lokal, BI dan Bank Sentral UEA Jalin Kerja Sama

Gubernur BI dan Gubernur Bank Sentral UEA menyepakati kerja sama penggunaan mata uang lokal untuk transaksi bilateral.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Deretan Masalah Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis hingga Lowongan Kerja BTN

6 hari lalu

Terpopuler: Deretan Masalah Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis hingga Lowongan Kerja BTN

Berita terpopuler ekonomi dan bisnis pada Kamis, 9 Mei 2024, dimulai dari deretan masalah dari Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis atau PPDS.

Baca Selengkapnya

Ramai di X Bayar Tunai Ditolak Kasir, BI Buka Suara

7 hari lalu

Ramai di X Bayar Tunai Ditolak Kasir, BI Buka Suara

Bank Indonesia mendorong aktivitas bayar tunai, namun BI mengimbau agar merchant tetap bisa menerima dan melayani pembayaran tunai

Baca Selengkapnya

Aliran Modal Asing Rp 19,77 T, Terpengaruh Kenaikan BI Rate dan SRBI

7 hari lalu

Aliran Modal Asing Rp 19,77 T, Terpengaruh Kenaikan BI Rate dan SRBI

Kenaikan suku bunga acuan atau BI rate menarik aliran modal asing masuk ke Indonesia.

Baca Selengkapnya