Pasar Bebas Biang Keladi Krisis Pangan

Reporter

Editor

Jumat, 6 Mei 2011 19:39 WIB

TEMPO/Fahmi Ali
TEMPO Interaktif, Jakarta - Serikat Petani Indonesia mengkhawatirkan bakal terjadi peningkatan angka kelaparan di seluruh dunia sejak berlakunya perundingan yang menggunakan pandangan neoliberal.

"Rencana para kepala negara yang akan menghapus krisis pangan hingga 50 persen akan sulit terealisasi," kata Ketua SPI Henry Saragih dalam diskusi krisis pangan, di Hotel Grand Cemara, Jakarta, Jumat, 6 Mei 2011.

Menurut dia, kedaulatan pangan harus menjadi otoritas penuh pemerintah demi kesejahteraan rakyatnya, bukan dibiarkan dalam satu mekanisme dan membiarkan sumber penghasil pangan diprivatisasi.

Di bawah rezim Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), masalah pangan sudah masuk ke mekanisme pasar. Pada 1995-2000 yang diperdagangkan hanya 10 persen, dan dari 2000 sampai sekarang yang diperdagangkan mencapai 30 persen.

Meski pemerintah mengklaim produksi makanan dan pertanian mengalami peningkatan, namun faktanya hasil komoditas pertanian kini tak lagi dikuasai petani, melainkan dikuasai perusahaan besar terutama, asing.

"Karena itu banyak perusahaan yang investasinya beralih ke sektor pertanian seperti kelapa sawit untuk mengasilkan produk-produk perdagangan dunia," kata Henry, menambahkan.

Hal senada dilontarkan pendiri Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Doni Mantra. Menurut dia, peranan negara dalam mengatur ketahanan pangan telah tergerus haknya oleh mekanisme pasar yang bebas dan kuat, sehingga krisis pangan terus melanda.

"Pasar menjadi tirani karena sudah merajalela dalam basis kehidupan manusia. Berbagai kebutuhan manusia digantikan oleh sistem pasar. Segala sesuatu dimodifikasikan menjadi barang yang dapat diperjualbelikan," ujar Doni.

Doni menjelaskan, sekitar 60 persen penerima bantuan beras miskin adalah petani yang notabene produsen pangan. "Bagaimana ini bisa terjadi jika bukan karena tatanan yang tergantikan tirani pasar," tuturnya.

Senior Research Associate Focus on the Global South India Afsar H. Jafri mengatakan kondisi pangan di India tak jauh beda dengan Indonesia. Sejumlah kebijaka di India yang pro liberalisasi pasar menyebabkan krisis pangan di negara itu.

India yang sebelumnya swasembada minyak nabati, saat ini malah menjadi importir minyak sawit dari Indonesia dan Malaysia yang mencapai 50 persen dari total kebutuhan negara itu. "Padahal sebelumnya India penghasil minyak nabati," ujar Afsar.

Tak hanya itu, di saat negara mengklaim angka kelaparan menurun, 77 persen penduduk India hidup dengan penghasilan US$ 0,5. "Pada saat yang sama, pemerintah India mendorong FTA (perdagangan bebas) dengan peritel asing seperti Carrefour," kata Afsar.

ROSALINA

Berita terkait

Faisal Basri Tanggapi Airlangga Hartarto soal Produksi Beras Anjlok 5,88 Juta Ton karena El Nino: Bluffing Luar Biasa

19 hari lalu

Faisal Basri Tanggapi Airlangga Hartarto soal Produksi Beras Anjlok 5,88 Juta Ton karena El Nino: Bluffing Luar Biasa

Faisal Basri mengkritik statment Airlangga Hartarto dalam sidang sengketa Mahkamah Konstitusi yang menyebut produksi beras di Indonesia turun karena El Nino.

Baca Selengkapnya

Mentan Amran Khawatir Produksi Padi Februari Anjlok: Ini Menjadi Darurat Pangan

51 hari lalu

Mentan Amran Khawatir Produksi Padi Februari Anjlok: Ini Menjadi Darurat Pangan

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman khawatir soal hasil produksi beras sepanjang Juni hingga Oktober 2024. Kenapa?

Baca Selengkapnya

Panen Maret 2024 Diprediksi Hasilkan 3,4 Juta Ton Beras, Tiga Provinsi di Jawa Pasok Separuh

2 Maret 2024

Panen Maret 2024 Diprediksi Hasilkan 3,4 Juta Ton Beras, Tiga Provinsi di Jawa Pasok Separuh

Berdasarkan survei Kerangka Sampel Area (KSA), 10 provinsi memiliki potensi produksi beras nasional pada panen Maret hingga 3,54 juta ton.

Baca Selengkapnya

Harga Beras Melonjak, Direktur IDEAS: Pemerintah Terlalu Membesar-besarkan karena El Nino

28 Februari 2024

Harga Beras Melonjak, Direktur IDEAS: Pemerintah Terlalu Membesar-besarkan karena El Nino

Harga beras meroket, pemerintah meyakini satu alasan karena El Nino. Bersebrangan dengan para ahli yang menyatakan dampak El Nino tidak signifikan.

Baca Selengkapnya

Jokowi Sebut Indonesia Sulit Berhenti Impor Beras, Apa Penyebabnya?

3 Januari 2024

Jokowi Sebut Indonesia Sulit Berhenti Impor Beras, Apa Penyebabnya?

Jokowi menyebut keinginan Indonesia untuk tidak impor beras, sangat sulit diwujudkan. Begini penjelasan kepala negara tersebut.

Baca Selengkapnya

Produksi Beras Terus Menurun, IDEAS: Lahan Sawah Hilang 150 Ribu Hektare dalam 3 Tahun

30 Desember 2023

Produksi Beras Terus Menurun, IDEAS: Lahan Sawah Hilang 150 Ribu Hektare dalam 3 Tahun

Salah satu penyebab turunnya produksi beras adalah hilangnya lahan sawah sebagai imbas kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada pertanian.

Baca Selengkapnya

Profil Bendungan Mbay Senilai Rp 1,47 Triliun yang Disebut Jokowi Bakal Turut Dongkrak Produksi Beras

5 Desember 2023

Profil Bendungan Mbay Senilai Rp 1,47 Triliun yang Disebut Jokowi Bakal Turut Dongkrak Produksi Beras

Jokowi optimistis pembangunan Bendungan Mbay di Kabupaten Nagekeo, NTT, akan turut mewujudkan kedaulatan pangan nasional.

Baca Selengkapnya

Bapanas Sebut Panen Raya Padi Akan Mundur, Bagaimana Persediaan Stok Beras?

14 November 2023

Bapanas Sebut Panen Raya Padi Akan Mundur, Bagaimana Persediaan Stok Beras?

Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi memperkirakan panen raya padi mundur menjadi sekitar Mei dan Juni 2024 mendatang. Bagaimana dampak ke stok beras?

Baca Selengkapnya

Amran Sulaiman Targetkan Swasembada Pangan pada 2026: Kejayaan Itu Harus Terwujud

6 November 2023

Amran Sulaiman Targetkan Swasembada Pangan pada 2026: Kejayaan Itu Harus Terwujud

Mentan Amran Sulaiman menyatakan pemerintah menargetkan optimalisasi produksi padi di dalam negeri agar bisa mewujudkan swasembada pangan pada 2026.

Baca Selengkapnya

BPS Ungkap Produksi Beras Indonesia Terus Menurun pada 2021 sampai 2023

6 November 2023

BPS Ungkap Produksi Beras Indonesia Terus Menurun pada 2021 sampai 2023

Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti mengungkapkan produksi komoditas beras terus menurun.

Baca Selengkapnya