TEMPO.CO, Jakarta - Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti mengungkapkan produksi komoditas beras terus menurun. Secara historis, ia menjelaskan tren produksi beras pada periode 2021 hingga 2023 menurun. BPS mencatat pada periode tersebut, mulai September hingga Desember, produksi beras selalu turun.
"Tetapi ada catatan bahwa 2023 terjadi penurunan produksi beras kalau dibandingkan tahun sebelumnya selama periode September-Desember terjadi penurunan 0,06 juta ton," kata Amalia dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi di kantor Kementerian Dalam Negeri, Jakarta Pusat pada Senin, 6 November 2023.
Sedangkan untuk periode Oktober sampai Desember terjadi penurunan produksi beras sebanyak 0,59 juta ton. Sementara sepanjang 2023, BPS memperkirakan penurunan produksi beras mencapai 0,65 juta ton. Oleh sebab itu, ia mengatakan sejak Juli 2023 ini memang terjadi defisit produksi beras. Namun, data tersebut belum mencakup data impor, di mana di Desember diperkirakan terjadi defisit tertinggi yaitu 1,45 juta ton.
Akan tetapi apabila dijumlahkan dengan data impor, ia berujar sepanjang 2023 masih tercatat surplus produksi beras. Mamun jumlah surplusnya dibandingkan tahun lalu mengalami penurunan. Pada 2022, tercatat beras di Indonesia surplus beras 1,34 juta ton. Sedangkan pada 2023 diperkirakan hanya 0,28 juta ton.
Tahun ini, menurut Amalia, memang terjadi keunikan dalam perdagangan beras dunia. Pasalnya, beberapa negara menerapkan restriksi ekspor beras. Salah satunya adalah India yang merupakan salah satu sumber utama impor beras Indonesia.
Negara tersebut menerapkan kebijakan restriksi ekspor untuk mengamankan stok beras di negaranya. Kebijakan restriksi ekspor beras India mulai dilakukan sejak Juli 2022 dan diperkirakan akan berlanjut sampai Desember 2023.
Berdasarkan catatan BPS, impor beras Indonesia dari India pun mulai menghilang digantikan dari negara lainnya. Ia menyebutkan pangsa nilai impor beras Indonesia berdasarkan negara 2023 berubah. Yakni 74,06 persen beras impor Indonesia berasal dari Vietnam, lalu 24,35 persen dari Thailand, dan 0,39 persen dari india.
Adapun per Oktober 2023, masih jadi penyumbang utama inflasi tertinggi. Disusul andil komoditas cabai rawit, dan cabai merah. "Beras yang inflasinya 1,72 persen secara bulanan, memberikan andil inflasi sebesar 0,06 persen dari 0,17 persen inflasi bulanan," ucap Amalia.
Amalia menuturkan inflasi beras terjadi di 87 kota. Sementara hanya dua kota yang mengalami deflasi beras. Hal ini pun, menurutnya, terjadi lantaran kondisi penurunan produksi beras di Tanah Air.
Pilihan Editor: Tes Seleksi Kompetensi Dasar CPNS 2023, Ini Jadwal dan Tahapan Lengkapnya