TEMPO Interaktif, Jakarta - Pemerintah Republik Indonesia mendorong Perserikatan Bangsa Bangsa untuk mengatasi lanun Somalia yang mengganggu pelayaran di perairan timur Afrika itu.
Menteri Perhubungan Freddy Numberi mengatakan, perlu kerja sama internasional yang lebih kokoh. Kalau bergerak sendiri sendiri sulit. Masuk perairan Somalia saja sulit dan melanggar kedaulatan negara. Makanya perlu kerja sama. “Perlu kerjasama dengan PBB,secara kontinu agar tuntas,” kata Freddy di Jakarta Senin 2 Mei 2011.
Selain bekerja sama, tiap negara yang kepentingannya diganggu lanun, juga melakukan usaha sendiri. Singapura, kata dia, juga melakukan sendiri. Selain itu, kerja sama antar negara juga dijalin.
Kerja sama ini termasuk atas pembebasan kapal MT Gemini, milik sebuah perusahaan Singapura yang membawa 13 awak kapal dari Indonesia. 'Kami kerja sama dengan Singapura,' ujarnya. Kapal milik perusahaan Kapal Glory dari Singapura itu membawa 25 awak, 13 diantaranya orang Indonesia.
Kapal itu membawa 28.000 ton minyak sawit dari Indonesia menuju Kenya. Kapal itu dibajak saat meninggalkan perairan Kenya menuju Somalia. Kapal itu membawa 25 awak yang terdiri dari 13 orang Indonesia, tiga orang Myanmar, lima orang Cina, dan empat orang Korea Selatan.
Freddy menyatakan sedang menimbang pengawalan oleh TNI atas kapal Indonesia yang berlayar di jalur rawan. “Kami lagi cari pola,untuk mengawal kapal Indonesia. Tapi nanti lihat Menkopolhukkam,” kata dia.
Usai kapal Sinar Kudus dibebaskan, Kapal MT Gemini dibajak oleh perompak Somalia di perairan yang sama. Freddy menyatakan tak bisa melarang kapal melalui jalur rawan itu. 'Itu rute paling pendek dan efisien. Kalau memutar ke selatan hingga tanjung harapan, lama dan mahal biayanya,' kata dia.