Harga minyak untuk kontrak bulan April naik US$ 1,67 (1,63 persen) menjadi US$ 104 per barel, kontrak satu bulan kedepan ini berakhir Selasa kemarin. Sedangkan untuk antaran bulan Mei naik US$ 1,88 (1,82 persen) menjadi US$ 104,97, dan pagi ini dipasar Asia kembali naik US$ 0,2 (0,19 persen) ke level US$ 105,17.
“Harga minyak kembali merangkak naik ditengah kekhawatiran terhadap keadaan di Libya dan kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara lainnya,” kata Peter Beutel, kepala penasehat perdagangan Cameron Hanover di Connecticut. Volume perdagangan berjalan moderat sehingga memberikan kontribusi bagi kenaikan harga minyak.
Konflik di Libya terus mendominasi perhatian investor ditambah lagi kerusuhan di Yaman dan Suriah menambah kecemasan pasar sehingga dikhawatrikan bisa menurunkan produksi minyak kawasan tersebut.
Para investor akan menanti laporan persediaan minyak dari American Petroleum Institute dan Adminsitrasi Energy information Administration yang dijadwalkan akan dirilis hari ini.
Analisis yang dilakukan oleh Platt memprediksikan persediaan minyak akan meningkat 2 juta barel hingga tanggal 18 Maret lalu. Sedangkan pasokan produk sulingan yang meliputi minyak pemanas dan minyak disel turun 1,5 juta barel. Produksi minyak tidak banyak berubah banyak, namun harganya terus melonjak.
Harga gasoline (premium) untuk kontrak bulan April harganya juga naik 1 sen menjadi US$ 3 per galon. Harga ini merupakan penutupan tertinggi sejak 10 Maret lalu.
Harga minyak pemanas untuk kontrak bulan April juga menguat 2 sen menjadi US$ 3,08 per galon yang juga level tertingginya sejak 4 Maret lalu. Harga gas alam untuk kontrak bulan April juga menguat 9 sen (2,2 persen) menjadi US$ 4,25 per mBtu.
MARKETWATCH/ VIVA B.K