Serangan udara dari pasukan koalisi internasional dan pernyataan dari pemimpin Libya Moammar Gadhafi yang berjanji akan melakukan perlawanan yang panjang membuat harga minyak kembali menguat.
Serangan udara terjadi setelah Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa resmi menyataka resolusinya akan mengambil langkah yang diperlukan untuk menekan Libya, termasuk zona larangan terbang pada hari Jumat (18/3) lalu.
Harga minyak untuk jensi Light Sweet naik US$ 2,04 (2,02 persen) menjadi US$ 103,11 per barel, dan untuk jenis Brent juga naik US$ 1,86 (1,63 persen) menjadi US$ 116 per barel pada pukul 13:55 WIB siang ini.
Analis dari National Bank Australia mengemukakan, harga minyak akan tetap tinggi karena situasi di Timur Tengah kian memanas. Kuncinya tetap di Arab Saudi dimana dalam sepekan terakhir keadaannya kian memburuk. Protes pro-demokrasi yang menyebar ke Suriah yang dan terjadi bentrokan dengan pasukan pemerintah yang menyebabkan korban jiwa menambah kekhawatiran dikalangan para investor.
Mulai stabilnya reaktor pembangkit listrik tenaga nuklir di Fukushima dan rekonstruksi infrastruktur pasca gempa di Jepang juga turut menyulut kenaikan harga minyak. “Pembangunan di Jepang diperkirakan akan meningkatkan permintaan minyak mentah dunia,” ujar analis dari Nomura.
Demikan pula dengan logam mulia juga naik karena ketidakpastian di Libya. Harga komoditas emas untuk kontrak bulan April juga naik US$ 11,5 (0,81 persen) menjadi US$ 1.427,6 per troy ounce. Harga perak juga melonjak US$ 0,717 (2,05 persen) menjadi US$ 35,775 per troy ounce.
Sedangkan indeks dolar AS terhadap enam mata uang rival utamanya siang ini turun 0,136 poin (0,18 persen) ke level 75,582.
MARKETWATCH/ VIVA B. K