Batik Cina dan India Serbu Yogyakarta  

Reporter

Editor

Selasa, 19 Oktober 2010 13:27 WIB

TEMPO/Imam Sukamto
TEMPO Interaktif, Yogyakarta - Hampir separuh kain batik yang beredar di Yogyakarta merupakan produk impor dari Cina dan India. Padahal, provinsi tersebut merupakan salah satu sentra produsen batik terbesar di Tanah Air. Ironisnya, masyarakat banyak yang tak tahu itu produk impor.

“Selama dua tahun ini Yogyakarta sebagai produsen batik kebanjiran batik produk impor,” kata Nur Ahmad Affendi, Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Daerah Istimewa Yogyakarta, Selasa (19/10). Puncaknya sangat terasa saat musim Lebaran lalu.

Sebagian besar pedagang dan toko kain batik menjual produk-produk batik impor terutama dari Cina dan India. Justru batik produk-produk impor itulah yang dicari oleh masyarakat. Apalagi harganya juga lebih murah ketimbang batik lokal.

Padahal, motif batik lokal, misalnya batik Yogya, Pekalongan, Solo, berbeda dengan motif batik impor. Prosesnya pun sangat berlainan. Proses pembuatan batik impor biasanya jenis printing (cetak pabrik) dan waktu prosesnya sangat cepat. Sedangkan batik lokal ada yang batik cap dan batik tulis, yang proses pembuatannya lebih lama.

Selain itu di setiap motif batik lokal mempunyai makna filosofi. “Sangat beda antara batik lokal dengan impor, namun ironisnya masyarakat membeli kain batik asal murah meskipun impor,” kata Nur Ahmad.

Semakin membanjirnya batik impor, terutama di Yogyakarta, dikhawatirkan mengancam produksi batik lokal. Sebab itu Kadin telah mengampanyekan slogan mencintai produk dalam negeri termasuk supaya lebih memilih batik lokal daripada batik impor.

Nur Ahmad menjelaska, pihaknya juga memberi bantuan bimbingan managerial terhadap produsen batik di Daerah Istimewa Yogyakarta yang melibatkan kalangan akademisi. Dari sisi permodalan, ia mendesak perbankan lebih banyak memberi kredit modal bagi pengusaha kecil dan menengah ketimbang pengusaha kakap.

“Kami merekomendasikan kepada Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia (KPPI) untuk membuat regulasi tentang harga produk batik impor dengan safeguard (jaring pengaman),” kata Nur Ahmad.

Menurut Sekretaris Eksekutif KPPI, Djoko Mulyono untuk melakukan safeguard dilakukan jika terbukti adanya kerugian industri atau produsen diakibatkan lonjakan volume impor. “Pihak kami akan menerjunkan tim untuk evaluasi, kemudian hasinya akan diserahkan ke kementerian Perdagangan,” kata Djoko.

MUH SYAIFULLAH

Berita terkait

Bamsoet Dukung Fashion Show Kain Tradisional Indonesia di San Polo Italia

7 hari lalu

Bamsoet Dukung Fashion Show Kain Tradisional Indonesia di San Polo Italia

Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo atau Bamsoet, mendukung rencana pagelaran fashion show oleh Dian Natalia Assamady bertajuk "Keindahan Karya Kain. Tenun dan Batik Ku Indonesia".

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Pakai Kain Batik pada Hari Terakhir di Washington, Hadiri 3 Pertemuan Bilateral

8 hari lalu

Sri Mulyani Pakai Kain Batik pada Hari Terakhir di Washington, Hadiri 3 Pertemuan Bilateral

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengenakan kain batik pada hari terakhirnya di Washington DC, Amerika Serikat, 21 April kemarin.

Baca Selengkapnya

Jangan Lupakan 7 Destinasi Wisata Semarang, Kota Lama sampai Mangrove Edu Park

11 hari lalu

Jangan Lupakan 7 Destinasi Wisata Semarang, Kota Lama sampai Mangrove Edu Park

Kota Lama Semarang hingga Taman Lele, Semarang tak pernah kehabisan destinasi wisata.

Baca Selengkapnya

PNM Berikan Pelatihan Batik Ecoprint kepada Nasabah

36 hari lalu

PNM Berikan Pelatihan Batik Ecoprint kepada Nasabah

PT Permodalan Nasional Madani (PNM) mengadakan pelatihan untuk membantu pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) para nasabah.

Baca Selengkapnya

Kampung Karangkajen Yogyakarta Dipromosikan Sebagai Kampung Religius, Ini Daya Tariknya

38 hari lalu

Kampung Karangkajen Yogyakarta Dipromosikan Sebagai Kampung Religius, Ini Daya Tariknya

Kampung Karangkajen Kecamatan Mergangsan Kota Yogyakarta dikenalkan sebagai Kampung Religius jelang Ramadhan atau awal Maret 2024 ini.

Baca Selengkapnya

Begini Saran Didiet Maulana Merawat Batik agar Awet dan Tetap Otentik

55 hari lalu

Begini Saran Didiet Maulana Merawat Batik agar Awet dan Tetap Otentik

Desainer dan Direktur Kreatif IKAT Indonesia Didiet Maulana membeberkan cara menjaga kain batik agar tetap awet.

Baca Selengkapnya

KBRI Canberra Gelar Promosi Batik di Australia, Potensi Transaksi Capai Rp 200 Juta

28 Februari 2024

KBRI Canberra Gelar Promosi Batik di Australia, Potensi Transaksi Capai Rp 200 Juta

Kedutaan Besar RI di Canberra menggelar promosi batik di Balai Kartini, Australia. Agenda tersebut dilaksanakan melalui Atase Perdagangan Canberra bersama Asosiasi Pengusaha Perancang Mode Indonesia (APPMI).

Baca Selengkapnya

Piaggio Indonesia Umumkan Setop Produksi Vespa Batik

17 Februari 2024

Piaggio Indonesia Umumkan Setop Produksi Vespa Batik

Lini terakhir dari Vespa Batik ini akan berhenti diproduksi pada Oktober 2024 setelah mencapai total produksi sebanyak 1.920 unit.

Baca Selengkapnya

NMAA Kembali Tampil di Pameran Osaka Auto Messe, Pajang Lancer Evo Batik

11 Februari 2024

NMAA Kembali Tampil di Pameran Osaka Auto Messe, Pajang Lancer Evo Batik

NMAA kembali tampil dalam pameran modifikasi Osaka Auto Messe (OAM), Jepang, pada 10-12 Februari 2024 dengan memajang Lancer Evo Batik.

Baca Selengkapnya

Cerita Pengusaha Batik Yogyakarta Bertahan dari Pandemi Berkat Penjualan Online

6 Februari 2024

Cerita Pengusaha Batik Yogyakarta Bertahan dari Pandemi Berkat Penjualan Online

Pengusaha batik Yogyakarta selamat dari pandemi berkat penjualan online. Omsetnya juga naik.

Baca Selengkapnya