Optimisme Pelaku Bisnis Tertinggi Setelah India dan Arab

Reporter

Editor

Kamis, 30 September 2010 15:20 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta -Optimisme pelaku perdagangan di Indonesia merupakan salah satu yang tertinggi setelah India dan Uni Emirat Arab.

Hal ini merupakan hasil survei HSBC (Hongkong and Shanghai Banking Corporation) Trade Confidence Monitor tengah tahun kedua tahun 2010. Survey tersebut dilakukan oleh perusahaan independen TNS (Taylor Nelson Sofres) terhadap 5.124 eksportir dan importir di 17 negara, dari tanggal 19 Juli 2010 hingga 1 September 2010.

Khusus di Indonesia, survei dilakukan terhadap 300 responden . Survei ini bertujuan untuk mengukur sentimen dan ekspektasi terhadap aktivitas perdagangan ineternasional dan pertumbuhan bisnis dalam 6 bulan mendatang.

Dari ke-17 negara tersebut, secara umum berpandangan positif terhadap prospek perdagangan internasional pada semester II 2010, namun negara yang dinilai mempunyai tingkat kepercayaan tertinggi adalah India, Uni Emirat Arab, Indonesia, dan Mexico.

Sedangkan tingkat kepercayaan di Cina dan Vietnam justru merosot dibandingkan semester I 2010. Sebelumnya, pada semester I 2010 yang tercatat sebagai negara paling optimistis adalah Uni Emirat Arab, India, dan Vietnam. Indonesia pada semester I menduduki posisi ke-5.

Menurut Head of Trade and Supply Chain HSBC Indonesia Vincent C. Sugianto, ada dua faktor fundamental yang menjadi pendorong para responden berpandangan positif terhadap prospek perdagangan Indonesia di antaranya kestabilan ekonomi dan politik di Indonesia.

"Indonesia, sebagaimana pandangan global akan perdagangan internasional, akan tetap berada dalam zona positif, meskipun ketidakpastian ekonomi di negara maju tetap berlanjut dan ekonomi negara berkembang masih fluktuatif," kata Vincent, Kamis (30/9), di gedung Balai Kartini.

Hasil survey menunjukkan, responden berpandangan bahwa volume perdagangan Indonesia akan meningkat (51 persen), resiko transaksi dari penjual (30 persen) maupun pembeli (31 persen) akan berkurang, dan perekonomian global akan terus tumbuh (51 persen).

Responden juga menilai kebutuhan pembiayaan perdagangan akan meningkat (60 persen), dan akses kepada pembiayaan perdagangan internasional juga meningkat (50 persen). Menurut Vincent, Bank menjadi salah satu sarana untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan tersebut. Namun berdasarkan survei, tidak banyak responden yang memprioritaskan bank sebagai salah satu sumber pembiayaan (26 persen).

Fluktuasi nilai tukar (46 persen) serta regulasi perdagangan (44 persen) dinilai merupakan kendala utama dalam pertumbuhan bisnis ekspor dan impor. Khusus untuk fluktuasi nilai tukar, walaupun menjadi salah satu kendala dalam perkembangan usaha, namun reponden justru berpandangan bahwa nilai tukar akan berdampak positif pada mereka (31 persen). Sedangkan untuk regulasi pemerintah, hanya sedikit responden yang berpandangan akan memberikan dampak positif bagi kegiatan dagang yang mereka lakukan (12 persen).

Untuk negara yang berpotensi menjadi tujuan perdagangan internasional bagi pengusaha Indonesia dalam 6 bulan mendatang adalah Cina (27 persen) dan Asia Tenggara (27 persen) berpotensi menjadi negara tujuan utama. Selanjutnya, Eropa Timur/Tengah kecuali Jerman (8 persen), negara Asia lainnya (6 persen), dan USA atau Kanada (5 persen) juga berprospek menjadi negara tujuan perdagangan. Mata uang dollar AS masih menjadi mata uang utama dalam transaksi perdagangan internasional (89 persen).

Vincent berharap adanya tindak lanjut pemerintah terhadap hasil survei tersebut. "Karena pengusaha di Indonesia mempunyai tingkat kepercayaan yang lebih tinggi dari pengusaha yang berada di kawasan Asia terhadap perdagangan internasional," katanya.

Pemerintah diharapkan memfasilitasi pengusaha dengan menyiapkan fasilitas-fasilitas yang memadai bagi kegiatan perdagangan para pengusaha. Misalkan dengan memperbaiki fasilitas perdagangan di pelabuhan Tanjung Priok. Menurut Vincent, hal tersebut sangat fundamental mengingat Tanjung Priok merupakan salah satu pintu ekspor dan impor Indonesia.

Selain pelabuhan, transportasi publik di Indonesia, khususnya Jakarta juga menjadi faktor yang krusial bagi kelancaran arus barang. "Kalau kita bandingkan dengan Malaysia, Singapura, dan Thailand, transportasi publik di Indonesia sejauh ini masih menjadi hambatan," kata Vincent.

EVANA DEWI

Advertising
Advertising

Berita terkait

Tingkatkan Ekspor ke Amerika Selatan, Kemendag Akan Pakai Perjanjian Perdagangan Bilateral dengan Cile

3 jam lalu

Tingkatkan Ekspor ke Amerika Selatan, Kemendag Akan Pakai Perjanjian Perdagangan Bilateral dengan Cile

Kemendag berencana memanfaatkan perjanjian dagang bilateralnya dengan Cile untuk meningkatkan ekspor ke Amerika Selatan.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat ke Level Rp 15.923 per Dolar AS

20 jam lalu

Rupiah Menguat ke Level Rp 15.923 per Dolar AS

Kurs rupiah hari ini ditutup menguat 104 poin ke level Rp 15.923 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi Pertama Kembali Menguat, Ditutup di 7,245,1

23 jam lalu

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi Pertama Kembali Menguat, Ditutup di 7,245,1

Analis PT Samuel Sekuritas Indonesia menyebutkan Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG melanjutkan pergerakan positifnya

Baca Selengkapnya

Kementerian Perdagangan Antisipasi Fenomena Alih Mitra Dagang di Pasar Global

1 hari lalu

Kementerian Perdagangan Antisipasi Fenomena Alih Mitra Dagang di Pasar Global

Kementerian Perdagangan mengungkapkan saat ini fenomena alih mitra dagang sejumlah negara telah mempengaruhi ekonomi global.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat Setelah Rilis Indeks Harga Produsen Amerika Serikat Membaik

1 hari lalu

Rupiah Menguat Setelah Rilis Indeks Harga Produsen Amerika Serikat Membaik

Rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Rabu ditutup menguat setelah rilis data inflasi Indeks Harga Produsen (PPI) Amerika Serikat menguat.

Baca Selengkapnya

Terkini: Jokowi Sebut Bantuan Beras Patut Disyukuri, Besaran Iuran BPJS Kesehatan Terbaru Setelah Diganti KRIS

1 hari lalu

Terkini: Jokowi Sebut Bantuan Beras Patut Disyukuri, Besaran Iuran BPJS Kesehatan Terbaru Setelah Diganti KRIS

Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebut bantuan beras merupakan langkah konkret untuk meringankan beban masyarakat.

Baca Selengkapnya

RI-China Bahas Kerja Sama Riset di Bidang Pengolahan Nikel

2 hari lalu

RI-China Bahas Kerja Sama Riset di Bidang Pengolahan Nikel

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI Airlangga Hartarto dan Duta Besar China untuk Indonesia Lu Kang bertemu untuk membahas penguatan kerja sama

Baca Selengkapnya

Harga Emas Antam Naik ke Angka Rp 1,33 Juta per Gram

2 hari lalu

Harga Emas Antam Naik ke Angka Rp 1,33 Juta per Gram

Harga emas Antam pada Rabu pagi, naik sebesar Rp 8.000 per gram, sehingga menjadi Rp 1.332.000 (Rp 1,33 juta) per gram.

Baca Selengkapnya

IHSG Berpotensi Mendatar, Pasar Wait and See Data Inflasi AS

2 hari lalu

IHSG Berpotensi Mendatar, Pasar Wait and See Data Inflasi AS

IHSG pada Rabu berpotensi bergerak mendatar seiring pelaku pasar sedang bersikap wait and see terhadap data inflasi Amerika Serikat (AS)

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Perdagangan Indonesia-Israel hingga Dubes Israel Robek Piagam PBB

5 hari lalu

Top 3 Dunia: Perdagangan Indonesia-Israel hingga Dubes Israel Robek Piagam PBB

Berita Top 3 Dunia pada Sabtu 11 Mei 2024 diawali oleh tanggapan Dubes Palestina Zuhair Al-Shun soal perdagangan antara Indonesia-Israel

Baca Selengkapnya