Industri Pengolahan Terus Terjepit

Reporter

Editor

Senin, 2 November 2009 23:17 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta - Industri pengolahan besar dan sedang terus mengalami pelambatan pertumbuhan. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan, produksi industri pengolahan pada triwulan ketiga hanya tumbuh 0,02 persen, merosot dibandingkan triwulan sebelumnya ketika pertumbuhannya mencapai 0,64 persen.

"Produksi pengolahan tumbuh 0,02 persen. Nyaris tidak ada pertumbuhan, artinya keadaan ekonomi dalam setahun terakhir tidak jauh berbeda," kata Kepala Badan Pusat Statistik, Rusman Heriawan, di Jakarta, Senin (2/11).

Rusman mengatakan, pelambatan itu mengindikasikan daya serap pasar nyaris tidak berubah dibandingkan kondisi tahun lalu. Tahun lalu, pertumbuhan produksi industri tercatat sebesar 3,01 persen, melambat dibandingkan pencapaian 2007 yakni 5,57 persen. "Krisis keuangan global yang terjadi menjelang akhir 2008 sampai awal 2009 ternyata memberikan dampak yang kuat terhadap kegiatan industri dalam negeri," ujarnya.

Dia memaparkan, industri pengolahan yang mengalami penurunan cukup tajam antara lain kendaraan bermotor sebesar minus 9,58 persen, pakaian jadi sebesar minus 7,53 persen, radio, televisi, peralatan komunikasi, dan perlengkapannya sebesar minus 7,36 persen, serta peralatan kedokteran, alat ukur, peralatan navigasi, peralatan optik, jam dan lonceng sebesar minus 6,25 persen.

Meski demikian, beberapa jenis industri pengolahan sebenarnya masih mampu mencatat pertumbuhan. Pengolahan tembakau, misalnya, mampu tumbuh 25,18 persen, makanan dan minuman tumbuh 11,79 persen, mesin dan perlengkapan tumbuh 10,66 persen, serta kulit, barang dari kulit, dan alas kaki tumbuh 4,29 persen.

Menurut Rusman, sebenarnya pemerintah telah berupaya untuk membangkitkan industri dengan meluncurkan kebijakan stimulus fiskal. Namun, nilai stimulus fiskal yang Rp 73,3 triliun tidak seberapa jika dibandingkan dengan keseluruhan aktivitas industri.

Apalagi, stimulus itu pun baru efektif berjalan menjelang kuartal ketiga 2009. “Penyerapan stimulus fiskal tidak terlalu cepat," ujarnya. Oleh sebab itu, dia berharap, penyerapan stimulus fiskal yang belakangan mulai digeber bakal mampu meredam pelambatan industri pada triwulan terakhir 2009.

AGOENG WIJAYA

Berita terkait

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

7 hari lalu

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

Indonesia memperpanjang rekor surplus neraca perdagangan dalam 47 bulan terakhir pada Maret 2024

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

7 hari lalu

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

Pembacaan putusan sengketa Pilpres di MK memengaruhi IHSG. Perdagangan ditutup melemah 7.073,82.

Baca Selengkapnya

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

7 hari lalu

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

BPS mencatat impor pada Maret 2024 turun 2,6 persen secara bulanan. Impor bahan baku dan bahan penolong turun, tapi barang konsumsi naik.

Baca Selengkapnya

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

7 hari lalu

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

Badan Pusat Statistik atau BPS mengungkapkan terjadi lonjakan impor serealia pada Maret 2024. BPS mencatat impor beras naik 2,29 persen. Sedangkan impor gandum naik 24,54 persen.

Baca Selengkapnya

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

7 hari lalu

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

BPS menilai dampak konflik geopolitik antara Iran dan Israel tak berdampak signifikan terhadap perdangan Indonesia. Begini penjelasan lengkapnya.

Baca Selengkapnya

Surplus Perdagangan Maret Tembus USD 4,47 Miliar, Ditopang Ekspor Logam Dasar dan Sawit

8 hari lalu

Surplus Perdagangan Maret Tembus USD 4,47 Miliar, Ditopang Ekspor Logam Dasar dan Sawit

Surplus perdagangan Indonesia pada Maret 2024 tembus US$ 4,47 miliar. Surplus 47 bulan berturut-turut.

Baca Selengkapnya

Timur Tengah Memanas, BPS Beberkan Sejumlah Komoditas yang Harganya Melonjak

8 hari lalu

Timur Tengah Memanas, BPS Beberkan Sejumlah Komoditas yang Harganya Melonjak

Badan Pusat Statistik atau BPS membeberkan lonjakan harga komoditas akibat memanasnya tekanan geopolitik di Timur Tengah.

Baca Selengkapnya

Penerbangan Internasional di Bandara Sultan Hasanuddin Airport Makassar Meningkat 8,29 Persen

26 hari lalu

Penerbangan Internasional di Bandara Sultan Hasanuddin Airport Makassar Meningkat 8,29 Persen

Aktivitas penerbangan internasional yang datang, berangkat, dan transit di Bandara Sultan Hasanuddin Airport Makassar pada Februari 2024 meningkat.

Baca Selengkapnya

BPS: Kenaikan Harga Beras Eceran 2024 Paling Tinggi Sejak 2011

28 hari lalu

BPS: Kenaikan Harga Beras Eceran 2024 Paling Tinggi Sejak 2011

Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia A. Widyasanti mengatakan harga beras eceran mengalami kenaikan sebesar 2,06 persen secara bulanan.

Baca Selengkapnya

Terkini: Harga Beras dan Gabah Turun Selama Ramadan, Jokowi Gelontorkan IFG LIfe Rp 3,5 Triliun untuk Bereskan Polis Jiwasraya

28 hari lalu

Terkini: Harga Beras dan Gabah Turun Selama Ramadan, Jokowi Gelontorkan IFG LIfe Rp 3,5 Triliun untuk Bereskan Polis Jiwasraya

BPS menyebut penurunan harga beras secara bulanan terjadi di tingkat penggilingan sebesar 0,87 persen. Namun secara tahunan, di penggiling naik.

Baca Selengkapnya