TEMPO Interaktif, Jakarta -Kopi Kapal Api menguasai pangsa pasar kopi domestik. atau sekitar 40 persen. "Kami nomor satu di pasar," kata Marketing Manager PT Santos Jaya Abadi, Soegiono yang memasarkan kopi Kapal Api tersebut bangga.
Selain Kopi Kapal Api, kata Soegiono, perusahaan ini juga memasarkan kopi dengan merek ABC Susu. Kopi ini merek ini pun laris di pasar domestik. "Kami menggunakan kopi robusta," jelasnya.
Sedangkan pabrik kopi milik perusahaan ini dibangun di Surabaya, Jawa Timur dan Karawang, Jawa Barat. Ekspansi di Karawang ini dimulai sejak tahun lalu dengan nilai investasi sekitar Rp 269 miliar. Ekspansi ini meningkatkan utilisasi sehingga produksi kopi mencapai 16 ribu ton per bulan.Hanya saja, konsumsi kopi di Indonesia memang masih kecil dibanding negara lain. Setiap orang hanya mengkonsumsi dua sampai tiga gelas per hari. "Jepang yang paling besar, lebih dari dua gelas per hari," ujarnya.
Menteri Perindustrian Fahmi Idris mengatakan sektor industri kopi termasuk salah satu andalan dalam perolehan devisa nasional. Nilai ekspor kopi meningkat dari US$ 52,5 juta pada 2007 menjadi US$ 88,2 pada 2008. "Indonesia penghasil kopi nomor empat di dunia," kata Fahmi.Negara produsen kopi lainnya antara lain, Brazil, Vietnam dan Kolumbia.
Indonesia memproduksi rata-rata 600 ribu ton per tahun atau 8,3 persen dari produksi kopi dunia (7,2 juta ton). Dari produksi itu, ekspor dalam bentuk biji kopi 390 ribu ton dan 210 ribu ton diolah di dalam negeri. Di Indonesia, terdapat 79 perusahaan yang bergerak di bisnis kopi dengan penyerapan tenaga kerja sekitar 18 ribu orang.
Fahmi melanjutkan, Indonesia memiliki berbagai jenis kopi unggulan yang telah menembus pasar internasional. Jenis kopi tersebut akan dijadikan "icon" dalam pengembangan usaha kopi Indonesia. Misalnya, kopi Gayo, Mandailing, Lampung, Jawa, Kintamani, dan Toraja. "Jenis kopi itu punya prospek untuk memenuhi permintaan pasar domestik juga. Apalagi bisnis coffee shop berkembang. Kopi Starbucks juga menggunakan kopi Indonesia," tutur Fahmi.
Sedangkan Departemen Pertanian menyiapkan dana Rp 27,6 miliar untuk mengembangkan kopi unggulan. Direktur Jenderal Perkebunan Achmad Manggabarani mengatakan prioritas pengembangan untuk kopi saat ini adalah yang punya pasar bagus di pasar internasional. "Kami akan melakukan pembinaan dan pemupukan atas kopi yang jadi unggulan," kata Manggabarani.
Harga kopi unggulan tersebut cukup bagus di pasar internasional."Kopi Luwak saja harganya US$ 150-160 per kilogram," katanya.
NIEKE INDRIETTA