TEMPO.CO, Jakarta - Juru Bicara Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Febri Hendri Antoni Arif menyampaikan belasungkawa atas insiden kecelakaan kerja pabrik smelter nikel milik PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS). Diberitakan sebelumnya, insiden yang terjadi di kawasan PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) itu menewaskan 13 pekerja.
"Kami menghaturkan rasa duka cita yang mendalam bagi para keluarga korban," kata Febri di Jakarta, dikutip dari siaran pers Kemenperin.
"Kami harap perusahaan dapat memastikan terpenuhinya hak-hak karyawan yang menjadi korban, baik yang meninggal maupun luka."
Febri juga mengatakan pemerintah, termasuk Kemenperin, akan mengirim tim ke lokasi. Ia pun berharap perusahaan dapat kooperatif dengan tim investigasi kecelakaan kerja yang diturunkan ke lokasi. Sebab, hasil investigasi itu tidak hanya untuk mengetahui penyebab kejadian, tapi bisa menjadi evaluasi perusahaan.
"Jadi, bisa lebih baik lagi dalam pengawasan dan pengendalian terkait penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)," kata Febri. "Dan semoga kejadian ini tidak terulang lagi."
Sebelumnya, Dirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kemnaker Haiyani Rumondang mengataan juga mengatakan pihaknya terus berkoordinasi dengan pemerintah daerah (Pemda) setempat untuk memantau perkembangan penanganan insiden tersebut. "Kami sudah menurunkan pengawas ketenagakerjaan," kata Haiyani melalui pesan WhatsApp kepada Tempo, Minggu, 24 Desember 2023.
Jika nanti terbukti ada kelalaian dari aspek kesehatan dan keselamatan kerja (K3), maka PT IMIP maupun PT ITSS berpotensi mendapat sanksi. "Ya, tentu," ujar Haiyani ketika dikonfirmasi.
Kronologis Kejadian
Media Relations PT IMIP Dedy Kurniawan mengatakan tungku 41 yang terbakar awalnya masih ditutup untuk operasi pemeliharaan. Saat tungku tersebut sedang tidak beroperasi dan dalam proses perbaikan, terdapat sisa slag atau terak dalam tungku yang keluar, lalu bersentuhan dengan barang-barang yang mudah terbakar di lokasi.
Dinding tungku lalu runtuh dan sisa terak besi mengalir keluar, sehingga menyebabkan kebakaran. Pekerja yang berada di lokasi pun mengalami luka-luka hingga menjadi korban jiwa. "Hasil identifikasi penyebab kecelakaan ini sekaligus menegaskan bahwa tidak ada tabung oksigen yang meledak seperti diinformasikan sebelumnya," kata Dedy.
Insiden ini menelan 13 korban jiwa, yang terdiri dari 9 orang tenaga kerja Indonesia dan 4 tenaga kerja asing asal Cina. Selain itu, ada 46 korban luka, dengan rincian 29 orang dirujuk ke RSUD Morowali, 12 orang diobservasi oleh Klinik IMIP, dan 5 orang menjalani rawat jalan.
Pilihan Editor: Sering Meledak, Seluruh Smelter Cina di Indonesia Diminta Diaudit