Kadin Tolak Impor Gula

Reporter

Editor

Senin, 31 Agustus 2009 20:28 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta - Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) menolak opsi impor gula untuk menyelesaikan kemelut harga gula putih konsumsi. "Kami tidak impor gula, seminimal mungkin harus dibatasi," kata Ketua Kadin M.S. Hidayat seusai acara penandatanganan nota kesepahaman Shell Indonesia-Kadin untuk program Shell LiveWire kemarin.

Menurut Hidayat, impor gula perlu dibatasi karena produksi sudah cukup. Impor, dia melanjutkan, tidak menyelesaikan masalah. Sebab, masalah gula merupakan persoalan permintaan dan pasokan. "Itu masalah klasik," ujarnya.

Hidayat menilai manajemen bahan pokok pemerintah lemah. Setiap Lebaran, masalah yang sama selalu terjadi. "Ini tiap tahun terulang, mestinya bisa dikelola," katanya.

Menurut Hidayat, pemerintah mestinya membuat pengelolaan bahan pokok. Kemudian mendata komoditas apa saja yang sering menjadi masalah pada saat menjelang Lebaran.

Selain itu, ujarnya, pemerintah juga bisa membuat stok penyangga melalui Badan Urusan logistik. Stok ini dikeluarkan ketika komoditas bermasalah, misalnya harga melambung atau menghilang dari pasar.

Hidayat melanjutkan, pemerintah pun mesti membenahi jaringan distribusi gula putih konsumsi. Upaya pemenuhan kebutuhan bahan pokok masyarakat juga mesti disertai dengan data konsumsi masyarakat.

Sementara itu, Menteri Pertanian Anton Apriantono menyatakan stok gula konsumsi lebih dari cukup saat ini. "Pergerakan hingga akhir tahun mencapai 1,4 juta ton," ujarnya di Bandar Udara Soekarno-Hatta kemarin.

Saat ini, kata dia, Dewan Gula sedang menghitung kembali gula untuk kebutuhan makan dan minum terkait dengan melonjaknya harga gula. "Masih terus dievaluasi," katanya.

Menurut mantan Sekretaris Jenderal Departemen Perdagangan 2005-2008, Hatanto Reksodipoetro, memprediksi harga gula sampai akhir tahun tidak akan turun. Tingginya harga gula, menurut Hatanto, karena gula memang langka. Tak hanya di pasar Indonesia, tapi juga pasar di luar negeri. Di dalam negeri, gula menjadi langka karena mahalnya harga gula di pasar internasional.

Kelangkaan ini membuat industri makanan dan minuman berhenti impor dan membeli produk gula di dalam negeri, termasuk gula putih yang dikonsumsi masyarakat.

Adapun di luar negeri, gula menjadi langka karena produksi gula di beberapa negara turun. Brasil, negara produsen gula nomor satu di dunia, selain produksinya turun, digunakan untuk memasok bahan baku bio-energi (ethanol) di negara itu. Padahal negara itu memasok sekitar 50 persen kebutuhan gula di dunia.

Selain Brasil, produksi gula di India turun karena ada kebijakan penurunan produksi di negara itu. Sedangkan Indonesia selalu membeli gula dari India dan Thailand. "Jadi barangnya memang tidak ada. Bukan karena ditimbun pedagang," kata Hatanto kepada <I>Tempo<I> kemarin.

NIEKE INDRIETTA I GRACE GANDHI I JONIANSYAH

Berita terkait

Alasan Bea Cukai Tahan 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Kenneth Koh

39 menit lalu

Alasan Bea Cukai Tahan 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Kenneth Koh

Alasan Bea Cukai menahan 9 supercar milik pengusaha Malaysia, Kenneth Koh

Baca Selengkapnya

82 Tahun Jusuf Kalla, Salah Satu Ikon Pengusaha Menjadi Politisi

1 hari lalu

82 Tahun Jusuf Kalla, Salah Satu Ikon Pengusaha Menjadi Politisi

Jusuf Kalla dikenal sebagai pengusaha keturunan Bugis yang memiliki bendera usaha Kalla Group, sebelum menjadi politisi, dua kali sebagai wapres.

Baca Selengkapnya

Jalan Nasional Sumatera Barat Putus Diterjang Banjir, Pasokan Logistik Terancam

2 hari lalu

Jalan Nasional Sumatera Barat Putus Diterjang Banjir, Pasokan Logistik Terancam

Banjir menyebabkan jalan nasional di Sumatera Barat terputus. Kadin khawatir akan terjadi ancaman pada pasokan komoditas.

Baca Selengkapnya

Kadin Indonesia Bentuk Lembaga Mediasi Sengketa Bisnis

8 hari lalu

Kadin Indonesia Bentuk Lembaga Mediasi Sengketa Bisnis

Kadin Indonesia fasilitasi penyelesaian sengketa bisnis lewat lembaga mediasi baru. Layanan ini gratis bagi UMKM.

Baca Selengkapnya

Kadin Sebut Swasembada Air Harus jadi Program Utama Pemerintah: Ada di Visi Misi Prabowo-Gibran

9 hari lalu

Kadin Sebut Swasembada Air Harus jadi Program Utama Pemerintah: Ada di Visi Misi Prabowo-Gibran

Waketum Kadin Indonesia Bidang Perindustrian, Bobby Gafur Umar, menyebut bahwa ketersediaan air harus jadi perhatian pemerintah.

Baca Selengkapnya

Jelang Singapore International Water Week, Kadin: Masih Banyak Populasi di RI yang Tak Punya Akses Air Bersih

9 hari lalu

Jelang Singapore International Water Week, Kadin: Masih Banyak Populasi di RI yang Tak Punya Akses Air Bersih

Kadin menggelar panel diskusi sebagai rangkaian dari SIWW 2024. Akses terhadap air bersih masih menjadi tantangan sejumlah wilayah di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Harga Gula Pasir Meroket, Zulhas: Gak Boleh Impor kalau Lagi Musim Giling

13 hari lalu

Harga Gula Pasir Meroket, Zulhas: Gak Boleh Impor kalau Lagi Musim Giling

Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan atau Zulhas angkat bicara soal tingginya harga gula saat ini.

Baca Selengkapnya

Kadin Ingatkan Pemerintah Hati-hati Membentuk Badan Otorita Penerimaan Negara

13 hari lalu

Kadin Ingatkan Pemerintah Hati-hati Membentuk Badan Otorita Penerimaan Negara

Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia meminta pemerintah agar berhati-hati dalam pembentukan Badan Otorita Penerimaan Negara.

Baca Selengkapnya

Solo Great Sale 2024 Targetkan Pengembangan Potensi Investasi Aglomerasi

14 hari lalu

Solo Great Sale 2024 Targetkan Pengembangan Potensi Investasi Aglomerasi

Gelaran Solo Great Sale atau SGS kembali hadir di Kota Solo, Jawa Tengah, menyemarakkan bulan Mei 2024 ini.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Airlangga dan Menteri Perdagangan Inggris Bahas Produk Susu, Gunung Ruang Erupsi 5 Bandara di Sulawesi Kemarin Masih Ditutup

15 hari lalu

Terpopuler: Airlangga dan Menteri Perdagangan Inggris Bahas Produk Susu, Gunung Ruang Erupsi 5 Bandara di Sulawesi Kemarin Masih Ditutup

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto saat melakukan kunjungan kerja di London, bertemu dengan Menteri Perdagangan Inggris The Rt. Hon. Greg Hands MP

Baca Selengkapnya