Kwik: Saya tidak Sepakat dengan Divestasi Indosat

Reporter

Editor

Jumat, 18 Juli 2003 11:34 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:Ketua Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional, Kwik Kian Gie, menegaskan sikapnya untuk tetap tidak sepakat dengan hasil divestasi Indosat. Saya tetap konsisten bahwa saya tidak setuju, kata dia pada wartawan, di sela-sela diskusi Menggugat Divestasi Indosat , Jakarta, Selasa (28/1). Lebih lanjut, ia menegaskan, dia tidak mengerti dengan program privatisasi BUMN oleh pemerintah. Kwik menjelaskan secara logika privatisasi itu masuk di akal. Titik tolak penjualan BUMN pada swasta, terutama swasta asing, menurut dia, karena BUMN selama ini dicap telah rusak merugi terus dan banyak korupsinya. Anda pilih mana, BUMN itu dipertahankan menjadi milik pemerintah tetapi rugi terus dan pemerintah nombok. Atau memilih BUMN itu dijual ke swasta asing karena manajemennya bagus dan serta-merta untung. Lalu dipajaki sehingga pemerintah mendapatkan uang, jelasnya. Ia menyatakan,Jadi sebenarnya apa? Dijual karena rugi? Menurut Kwik, dalam kasus Indosat ini sejak 1996 BUMN sektor telekomunikasi ini telah dibuat sehat kinerjanya oleh pemerintah. Telah sehat, kata Kwik, Kok malah dijual? Untuk apa dijual? Malah, tambahnya, pemerintah berkelit BUMN tidak sehat maka BUMN itu tidak laku dijual. Kwik tidak menyatakan bahwa hasil divestasi Indosat harus dibatalkan, karena mempertimbangkan implikasi yuridisnya. Saya minta tidak dibatalkan. Saya cuma mengemukakan keanehan-keanehan, ujarnya. Dalam sidang kabinet, Kwik mengaku tidak pernah dibicarakan secara khusus mengenai kasus divestasi Indosat ini. Mungkin dalam rakor ekonomi yang tidak saya hadiri, ujarnya menjelaskan. Dia juga menyatakan di tubuh partainya, PDI Perjuangan, tidak semua yang sepakat dengan pemikiran dia. Kwik menginformasikan saat hendak berbicara di forum ini saja, seorang anggota DPR dari Fraksi PDI Perjuangan memintanya tidak hadir. Dia bilang, jangan saya nanti ngomong begini, di sana (rapat gabungan pemerintah dan DPR) Laksamana ngomong begitu, katanya. Seperti diketahui, hasil divestasi 41,9 persen saham milik pemerintah di PT Indonesian Satelite Cooperation Tbk menuai protes dari sejumlah kalangan. Hasil yang memunculkan Singapore Technologies Telemedia sebagai pemenang dianggap sebagai ancaman masuknya asing ke Indonesia. Mereka yang menentang beranggapan aset negara telah tergadai dan terancamnya rahasia-rahasia negara. Bahkan, DPR saat ini tengah menggodok hak angket kepada pemerintah. (Yura Syahrul-Tempo News Room)

Berita terkait

Menghitung Cadangan Migas Kita, Masih Bisakah Optimistis?

1 menit lalu

Menghitung Cadangan Migas Kita, Masih Bisakah Optimistis?

Menteri ESDM Arifin Tasrif menegaskan bahwa sektor migas masih berperan penting, meskipun dunia berkomitmen untuk melakukan transisi energi bersih,

Baca Selengkapnya

Biaya Kuliah UNJ 2024 Jalur SNBP, SNBT, dan Seleksi Mandiri

2 menit lalu

Biaya Kuliah UNJ 2024 Jalur SNBP, SNBT, dan Seleksi Mandiri

Rincian tarif UKT dan IPI UNJ melalui jalur SNBP, SNBT, dan Seleksi Mandiri 2024.

Baca Selengkapnya

Kemendikbudristek Nilai Pandangan Subsidi Silang dalam UKT Tidak Tepat

5 menit lalu

Kemendikbudristek Nilai Pandangan Subsidi Silang dalam UKT Tidak Tepat

Mahasiswa mampu yang mendapatkan UKT kelompok terakhir artinya membiayai biaya secara mandiri. Ia tak membantu mahasiswa kurang mampu.

Baca Selengkapnya

KPK Tengah Telusuri Aliran Uang dalam Kasus Dugaan Proyek Fiktif di Telkomsigma

5 menit lalu

KPK Tengah Telusuri Aliran Uang dalam Kasus Dugaan Proyek Fiktif di Telkomsigma

KPK tengah menelusuri aliran uang dalam kasus dugaan korupsi di anak usaha PT Telkom, Telkomsigma.

Baca Selengkapnya

Sidang Kedua di ICJ, Afrika Selatan: Serangan Israel di Rafah Harus Dihentikan!

7 menit lalu

Sidang Kedua di ICJ, Afrika Selatan: Serangan Israel di Rafah Harus Dihentikan!

Afrika Selatan meminta ICJ untuk mendesak Israel agar segera menarik pasukannya dan menghentikan serangan militer mereka di Kota Rafah, Gaza

Baca Selengkapnya

Harga Emas Antam Hari Ini Turun Rp 11 Ribu, Jadi Rp 1.343.000 per Gram

9 menit lalu

Harga Emas Antam Hari Ini Turun Rp 11 Ribu, Jadi Rp 1.343.000 per Gram

Harga emas Antam hari ini naik Rp 17 ribu dibandingkan dengan harga dalam perdagangan Jumat pekan lalu, yakni Rp 1.326.000 per gram.

Baca Selengkapnya

6 Buah Penurun Hipertensi, Ini Kandungan yang Membuatnya Berkhasiat

11 menit lalu

6 Buah Penurun Hipertensi, Ini Kandungan yang Membuatnya Berkhasiat

Ada beragam cara menurunkan hipertensi. Rutin mengonsumsi sejumlah buah-buahan bisa jadi pilihan.

Baca Selengkapnya

Kala Jokowi Menjadi Sopir Gubernur Jenderal Australia Keliling Kebun Raya Bogor

14 menit lalu

Kala Jokowi Menjadi Sopir Gubernur Jenderal Australia Keliling Kebun Raya Bogor

Jokowi menjadi sopir Gubernur Jenderal Australia David Hurley saat mengendarai mobil golf mengelilingi Kebun Raya Bogor

Baca Selengkapnya

Jadwal dan Preview Liga Inggris Pekan Terakhir, Mengapa Manchester City Lebih Difavoritkan Meraih Gelar?

18 menit lalu

Jadwal dan Preview Liga Inggris Pekan Terakhir, Mengapa Manchester City Lebih Difavoritkan Meraih Gelar?

Arsenal setidaknya telah membawa perburuan gelar Liga Inggris musim ini hingga pekan terakhir. Bagaimana peluangnya?

Baca Selengkapnya

Rupiah Diprediksi Berada di Rentang Rp15.900 - Rp16.025 per Dolar AS Hari Ini

18 menit lalu

Rupiah Diprediksi Berada di Rentang Rp15.900 - Rp16.025 per Dolar AS Hari Ini

Pada awal perdagangan Jumat pagi, rupiah turun 60 poin atau 0,38 persen menjadi Rp15.984 per dolar AS.

Baca Selengkapnya