Pengamat Sebut Swasembada Pangan Bertujuan Penuhi Suplai Makan Bergizi Gratis
Reporter
Vedro Imanuel G
Editor
Aisha Shaidra
Sabtu, 26 Oktober 2024 06:43 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat pertanian dari Asosiasi Ekonomi dan Politik Indonesia (AEPI), Khudori, menyebut ada kerterkaitan antara program swasembada pangan dengan program makan bergizi gratis yang digagas Presiden Prabowo Subianto. Menurutnya, pelaksanaan program swasembada bertujuan memenuhi suplai pangan makan bergizi gratis.
“Swasembada pangan itu pasti terkait dengan pemenuhan kebutuhan makan bergizi gratis itu,” ujar Khudori ketika dihubungi Tempo pada Jumat, 25 Oktober 2024.
Dengan target sasaran 82 sampai 83 juta anak, program makan bergizi gratis disebut Khudori membutuhkan suplai yang sangat besar. Pemerintah setidaknya membutuhkan 1,9 juta ton beras. 5,6 juta ton protein, baik telur maupun daging ayam. Serta 3,3 juta ton buah-buahan dan 1,8 juta ton sayur mayur.
Sayangnya menurut Khudori, hingga saat ini pangan produksi lokal masih belum bisa sepenuhnya memenuhi kebutuhan pasokan program makan bergizi gratis. Ia mencontohkan, produksi beras yang harus dilipatgandakan terlebih dulu jumlah produksinya, baru bisa memenuhi kebutuhan makan bergizi gratis. “(Suplai) bisa dipenuhi dari produksi dalam negeri? Tidak seluruhnya,” ujar Khudori.
Namun, bila asumsi swasembada pangan bisa tercapai, menurutnya, suplai pangan untuk masyarakat juga bakal tercukupi, termasuk suplai untuk program makan bergizi gratis. Maka, potensi terjadinya inflasi harga pangan karena meningkatkan permintaan dan perebutan pasokan pangan bisa teratasi. “Kalau produksi dalam negeri sesuai dengan yang ditargetkan pak Prabowo, untuk mencapai swasembada itu bisa dicapai, mestinya tidak akan terjadi perebutan (pasokan),” ucapnya.
Sementara itu, ekonom Center of Reform on Economic (CORE), Eliza Mardian, menyebut swasembada pangan bisa dilakukan namun dengan catatan adanya perubahan pendekatan. Dibanding mencapai swasembada pangan lewat membangun food estate, ada baiknya meningkatkan produktivitas sentra petani yang sudah ada.
“Kalau setiap sentra produksi didorong peningkatkan produktivitas, ini kan secara agregat nasional akan bertambah jumlah produksi berasnya tanpa harus mengorbankan hutan,” ujar Eliza kepada Tempo, pada Jumat, 25 Oktober 2024.
Pilihan editor: Sritex Pailit, Analis Sebut Perusahaan Perlu Buyback Saham untuk Selamatkan Investor