Badan Usaha Penyedia BBM Ramai Turunkan Harga Awal Juli, Pakar Sebutkan Alasan Harga Pertamina Masih Tetap
Reporter
Bagus Pribadi
Editor
Aisha Shaidra
Senin, 1 Juli 2024 19:57 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Energy Watch Daymas Arrangga menganggap kebijakan PT Pertamina (Persero) tidak turut menyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi pada awal Juli 2024 karena harga minyak dunia belum stabil.
Meskipun, pada waktu bersamaan badan usaha penyedia BBM seperti Shell Indonesia melakukan penyesuaian harga jual seluruh produk BBM per 1 Juli 2024. Hari ini, produk BBM Shell mengalami penurunan harga, kecuali jenis Shell Diesel Extra. Mengutip laman resmi Shell Indonesia, Senin 1 Juli 2024, kali ini Shell melakukan penyesuaian harga berkisar Rp 20-Rp 770 per liter. “Kalau berdasarkan hitung-hitungan, ternyata ada keputusan yang lain, kemungkinan strategi pemerintah dengan menahan naik/turunnya harga karena masih melemahnya kurs rupiah terhadap USD dan juga situasi politik global yang belum membaik saat ini,” katanya saat dihubungi, Senin, 1 Juli 2024.
Penyesuaian harga BBM non subsidi ini biasanya memang berlangsung tiap tanggal 1 setiap bulannya oleh masing-masing badan usaha seperti Pertamina, Shell, BP AKR juga Vivo. Penyesuaian harga BBM non-subsidi mengikuti mekanisme pasar dengan melihat harga minyak dunia, kurs dolar Amerika Serikat hingga inflasi.
Menurut Daymas, penetapan harga BBM non-subsidi sudah diatur berdasarkan ketentuan Kepmen ESDM No.245.K/MG.01/MEM.M/2022 sebagai perubahan atas Kepmen No 62/K/12/MEM/2020 tentang Formulasi Harga JBU atau BBM Non Subsidi, sehingga aturan itu menjadi acuan Pertamina. “Tentunya penetapan harga akan berpengaruh, namun ada faktor-faktor lain seperti pelayanan, antrian yang lebih sedikit, dan lainnya, yang akan menentukan pilihan masyarakat,” ujar Daymas.
Pengamat energi sekaligus Rektor Institut Teknologi PLN Jakarta atau ITPLN, Iwa Garniwa Mulyana, mengatakan keputusan Pertamina tak menurunkan harga BBM non subsidi karena pertimbangan rupiah yang melemah secara global. Sehingga, kata dia, harga BBM di Pertamina saat ini sudah sesuai harga keekonomiannya. “Harga tersebut dapat bertahan dengan menurunkan volume edar BBM bersubsidi. Namun kalau nilai rupiah naik terus di kisaran Rp 17 ribu, maka dipastikan harga tersebut tidak dapat bertahan lagi,” ujarnya.
Menurut dia, harga BBM akan melonjak naik seiring posisi rupiah yang kian melemah terhadap dollar. Sementara kemungkinan menurunkan harga, kata Iwa, kecil kemungkinannya karena masih punya tanggungjawab BBM bersubsidi. “Sedangkan Shell dan BPP tidak punya tanggung jawab BBM subsidi, sehingga perhitungannya murni harga keekonomiannya,” katanya.
Sebelumnya, selain Pertamina, Shell Indonesia dan BP-AKR menurunkan harga beberapa produk bakar minyak (BBM) dalam penetapan harga baru per 1 Juli 2024. Kendati demikian, dampaknya terhadap keramaian konsumen belum signifikan di hari pertama ini.
Pantauan Tempo, SPBU Pertamina masih jauh lebih ramai dibandingkan SPBU Shell. Misalnya, di SPBU Pertamina 34.11405 di Jalan Palmerah Utara, mobil silih berganti memasuki kawasan SPBU untuk mengisi BBM meski antreannya tak terlalu panjang. Begitu pula dengan antrean 10 sepeda motor untuk mengisi BBM jenis Pertalite.
Hal itu berbanding terbalik dengan SPBU Shell yang berada di Jalan Letjen S. Parman Nomor 38-39, rata-rata antrean sepeda motor hanya dua-tiga sepeda motor saja untuk mengisi BBM jenis Shell Super. Sementara untuk mobil sama sekali tak mengantri, sehingga langsung dilayani petugas Shell.
Shift Manager Shell, Abdul Basit, mengonfirmasi per hari ini Shell resmi menetapkan harga baru. Adapun harga yang ditetapkan, yakni masing-masing grade atau jenis BBM Shell turun harga sekitar Rp 700. “Kalau secara signifikan belum terlalu kelihatan dampak turunnya harga ini dengan banyaknya konsumen, untuk hari ini. Karena lokasi kami juga itu termasuk lokasi transit, artinya meskipun pom bensin tapi bukan konsumen yang ada di sekitar sini, jadi semacam rest area dalam kota,” kata Abdul saat ditemui Tempo, Senin, 1 Juli 2024.
Pilihan editor: Pertamina Monitor Pergerakan Harga Minyak Dunia dan Kurs Rupiah, BBM Nonsubsidi Naik?