Profil Budi Arie, yang di Tengah Kemelut Judi Online dan Peretasan PDNS Diminta Mundur
Reporter
Tempo.co
Editor
Yudono Yanuar
Senin, 1 Juli 2024 19:57 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Muncul seruan di situs petisi online change.org agar Budi Arie mundur dari jabatannya sebagai Menteri Komunikasi dan Informatika karena dinilai gagal mengatasi peretasan Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2, hingga berdampak pada ratusan kementerian dan lembaga penggunanya.
Budi Arie belum mengeluarkan tanggapan atas seruan dari SAFEnet, yang diunggah 26 Juni 2024 tersebut. Sampai Senin malam, 1 Juli 2024, sudah lebih dari 18.500 orang mendukung petisi dengan target minimal 25 ribu suara.
“Pak Menteri, cukuplah semua kelalaian ini. Jangan jadikan data pribadi kami sebagai tumbal ketidakmampuan Anda. Mundurlah!,” tulis SAFEnet dalam petisinya di change.org.
Nama Budi Arie banyak mendapat sorotan akhir-akhir ini. Hal itu karena maraknya judi online dan kemudian peretasan Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 yang menyebabkan ratusan kementerian dan lembaga negara kehilangan data mereka. Terparah adalah Imigrasi yang tidak bisa melayani warga selama beberapa hari sejak serangan 24 Juni 2024.
Ketika Kementerian Kominfo sedang sibuk memberantas ribuan situs judi online, tiba-tiba ada serangan siber ke PDNS 2 yang berpusat di Surabaya. Tak kurang dari 282 instansi yang terimbas insiden ini.
Ada 44 instansi yang siap untuk melakukan pemulihan data, sementara sisanya masih dalam proses. Namun baru lima instansi telah melayani kembali masyarakat setelah melakukan migrasi data.
Siapa Budi Arie. Banyak yang mengaitkan jabatan sebagai Menkominfo adalah sebagai balasan atas dukungan fanatiknya kepada Presiden Jokowi melalui Projo atau Pro-Jokowi, kelompok pendukung Jokowi.
Mantan wartawan ini sebenarnya bukan orang yang ujug-ujug muncul di gelanggang politik. Ia sebelumnya aktif di partai politik termasuk menjadi Kepala Balitbang PDI Perjuangan DKI pada 2005-2010, dan Wakil Ketua PDIP DKI.
Budi Arie Setiadi lahir di Jakarta pada 20 April 1969. Budi mengenyam pendidikan sekolah dasarnya di SD Marsudirini Koja, Jakarta. Setelah lulus, Budi melanjutkan ke SMP Marsudirini Koja Jakarta. Kemudian pada 1988, ia bersekolah di Kolese Kanisius Jakarta.
Usai lulus SMA, ia kuliah di Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Indonesia. Selama berkuliah, Budi Arie memiliki kiprah cukup panjang sebagai aktivis di antaranya menjadi Ketua Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM) FISIP UI 1994 dan Presidium Senat Mahasiswa UI 1994-1995.
Dia juga mendirikan Forum Studi Mahasiswa dan Kelompok Pembela Mahasiswa (KPM) UI. Ia juga merupakan Ketua ILUNI UI Jakarta pada 1998-2001, mendirikan Gerakan Sarjana Jakarta (GSJ) dan Masyarakat Profesional Indonesia (MPI).
Budi Arie juga aktif di dunia jurnalistik. Dia pernah menjadi redaktur pelaksana Majalah Suara Mahasiswa UI pada 1993-1994. Kemudian saat Reformasi bergejolak pada 1998, Budi Arie juga menginisiasi surat kabar kritis, Bergerak. Ia mengelola edisi minggu Media Indonesia pada 1994-1996. Ia ikut dalam pendirian Mingguan Ekonomi Kontan dan menjadi jurnalisnya sejak 1996 hingga 2001. Pada 2008-2009, dia menjadi Pemimpin Umum Tabloid Bangsa.
Dikutip dari Kemendesa.go.id, Budi Arie telah menerbitkan dua bukunya yang berjudul Menjemput Takdir Sejarah (2015) dan Berubah Demi Rakyat (2004).
Menjelang Pemilihan Presiden 2014, Budi mendirikan Projo untuk mendukung Jokowi. Projo didirikan pada Agustus 2013 dan di saat yang bersamaan Budi Arie menjabat sebagai Ketua Umum Projo periode 2013-2014.
Budi Arie menggalang aspirasi dan dukungan bagi Jokowi sebelum PDIP secara resmi mendeklarasikan pencalonannya. Organisasi ini tetap konsisten dalam mendukung Jokowi pada Pemilihan Presiden 2019.
Budi Arie kemudian dilantik oleh Jokowi sebagai Wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (PDTT) pada 25 Oktober 2019. Puncak karier politik Budi Arie Setiadi terjadi ketika dia ditunjtuk sebagai Menkominfo menggantikan Johnny G Plate yang terjerat kasus dugaan korupsi pengadaan Menara BTS 4G BAKTI.
Dia dilantik oleh Presiden Jokowi pada Senin, 17 Juli 2023 di Istana Negara, Jakarta.
HATTA MUARABAGJA | KAKAK INDRA PURNAMA | TIKA AYU | M JULNIS FIRMANSYAH | ANDIKA DWI