Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Jumat, 3 Mei 2024 21:33 WIB

Menteri Keuangan Sri Mulyani (kedua kiri) bersama Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (kedua kanan), Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar (kiri), Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa (kanan) memberikan keterangan pers terkait hasil rapat berkala KSSK tahun 2022 di Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin, 1 Agustus 2022. Namun KSSK juga mewaspadai sejumlah risiko dari perekonomian global yang dapat berdampak pada sistem keuangan dan ekonomi di dalam negeri. Tempo/Tony Hartawan'

TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia atau BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi bank sentral untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global. Dia mengatakan, BI akan terus memperkuat respons bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global.

"Dengan meningkatnya risiko global karena penundaan penurunan suku bunga The Fed maupun ketegangan geopolitik di Timur tengah, BI terus memperkuat bauran kebijakan untuk memperkuat ketahanan ekonomi Indonesia dari dampak rambatan global tadi," katanya dalam konferensi pers daring hasil rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) II 2024 pada Jumat, 3 Mei 2024.

Bauran kebijakan tersebut, kata Perry khususnya untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, portofolio outflow ke luar negeri maupun likuiditas di dalam negeri. Dalam hal ini, kebijakan moneter BI terus difokuskan menjaga stabilitas atau atau pro-stability.

Sementara kebijakan makroprudensial, sistem pembayaran, pendalaman pasar uang serta keuangan inklusif dan hijau terus diarahkan untuk mendorong pertumbuhan.

Selain menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate 25 basis poin menjadi 6,25 persen, BI mengeluarkan lima kebijakan moneter dalam menghadapi ketidakpastian pasar keuangan global.

Advertising
Advertising

Kebijakan pertama adalah kenaikan struktur suku bunga di pasar uang rupiah, termasuk suku bunga Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). Hal ini sejalan dengan kenaikan BI rate serta meningkatnya yield US Treasury dan premi risiko keuangan domestik, guna mendukung stabilitas nilai tukar rupiah.

"Langkah ini menunjukkan keberhasilan, dalam seminggu terakhir telah terjadi pembalikan yaitu masuknya kembali portofolio inflow dalam bentuk SRBI, demikian juga saham dan kita juga melihat inflow ke SBN sudah kemudian kembali naik," tuturnya.

Adapun langkah yang kedua untuk stabilitas nilai tukar rupiah dan menjaga ketahanan ekonomi dari dampak global adalah melakukan intervensi di pasar valas.

"Baik transaksi secara tunai spot, domestic non-delivery forward (DNDF) dan apabila diperlukan pembelian SBN dari pasar sekunder."

Ketiga, penguatan strategi transaksi tunai term repo SBN dan swap valas yang kompetitif guna menjaga kecukupan likuiditas perbankan. Strategi ini untuk memastikan agar bank-bank yang membutuhkan likuiditas dan mempunyai SBN dapat menggunakannya sebagai underlying term repo untuk mendapatkan likuiditas dari BI.

"Kami terus memperluas window itu agar bank-bank betul-betul terpenuhi kebutuhan likuiditasnya," tutur Perry.

Langkah keempat adalah terus memperkuat strategi operasi moneter yang pro-market untuk meningkatkan efektivitas kebijakan moneter. Termasuk peningkatan volume dan frekuensi SRBI.

"Lelang yang semula satu minggu sekali, mulai minggu depan akan dua kali seminggu, Rabu dan Jumat. Ini untuk mendorong aliran masuk modal asing sehingga memperkuat stabilitas nilai tukar, moneter, sistem keuangan maupun makroekonomi."

Hal yang sama juga berlaku untuk Sekuritas Valuta Asing Bank Indonesia (SVBI) dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI) yang terus sikeluarkan.

Kelima, penguatan koordinasi dengan pemerintah, perbankan dan dunia usaha. Adapun tujuannya adalah mendukung implementasi instrumen penempatan valas devisa hasil ekspor sumber daya alam (DHE-SDA).

Sementara itu, kebijakan makro makroprudensial longgar semakin dilonggarkan untuk mendorong pertumbuhan kredit pembiayaan. Pada akhirnya, dapat mendukung pertumbuhan ekonomi sekaligus menjaga stabilitas sistem keuangan. "Nah, kebijakan makroprudensial longgar yang selama ini sudah longgar, kami terus perlonggar."

Pilihan Editor: Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Berita terkait

Terkini: Hippindo Minta Pembatasan Impor Ditujukan ke Impor Ilegal, Margono Djojohadikusumo Pendiri BNI dan Hubungannya dengan Prabowo

7 jam lalu

Terkini: Hippindo Minta Pembatasan Impor Ditujukan ke Impor Ilegal, Margono Djojohadikusumo Pendiri BNI dan Hubungannya dengan Prabowo

Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) meminta kebijakan pembatasan impor oleh pemerintah ditujukan kepada impor ilegal.

Baca Selengkapnya

Siapa Margono Djojohadikusumo Pendiri BNI, Apa Hubungannya dengan Prabowo?

8 jam lalu

Siapa Margono Djojohadikusumo Pendiri BNI, Apa Hubungannya dengan Prabowo?

Bank Negara Indonesia hari ini berusia 78 tahun. Mengenal Margono Djojohadikusumo pendiri Bank BNI, apa hubungannya dengan Prabowo?

Baca Selengkapnya

78 Tahun BNI, Perjalanan Bank Negara Indonesia Berdiri Setahun Setelah Kemerdekaan RI

8 jam lalu

78 Tahun BNI, Perjalanan Bank Negara Indonesia Berdiri Setahun Setelah Kemerdekaan RI

Berikut perjalanan dan sejarah Bank Negara Indonesia atau BNI yang telah berusia 78 tahun. Siapa yang berperan dalam pendiriannya?

Baca Selengkapnya

Jalan-jalan ke Museum Bank Indonesia, Ini Sejarah Museum di Jalan Pintu Besar Jakarta Barat

9 jam lalu

Jalan-jalan ke Museum Bank Indonesia, Ini Sejarah Museum di Jalan Pintu Besar Jakarta Barat

Museum Bank Indonesia dikenal menjadi salah satu wisata menarik di Jakarta Barat. Apa daya tariknya?

Baca Selengkapnya

Apa Saja Tugas Dewan Gubernur Bank Indonesia?

9 jam lalu

Apa Saja Tugas Dewan Gubernur Bank Indonesia?

Bank Indonesia merupakan bank sentral Republik Indonesia yang bersifat independen dan memiliki peran vital. Apa tugas Dewan Gubernur Bank Indonesia.

Baca Selengkapnya

Rupiah Melemah Sektor Ekonomi Terancam, HIPMI Sarankan Pemerintah Lakukan Hal-hal Ini

9 jam lalu

Rupiah Melemah Sektor Ekonomi Terancam, HIPMI Sarankan Pemerintah Lakukan Hal-hal Ini

HIPMI menyebut melemahnya nilai tukar rupiah berdampak pada sejumlah sektor ekonomi di Indonesia. Sektor industri terkena imbas.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 8,34 Triliun Modal Asing Masuk RI di Pekan Pertama Juli

11 jam lalu

BI Catat Rp 8,34 Triliun Modal Asing Masuk RI di Pekan Pertama Juli

BI mencatat aliran modal asing yang masuk ke Indonesia pada pekan pertama Juli 2024 mencapai Rp 8,34 triliun.

Baca Selengkapnya

Akhir Pekan Rupiah Ditutup Menguat, Analis Prediksi Senin Depan Bergerak Fluktuatif

1 hari lalu

Akhir Pekan Rupiah Ditutup Menguat, Analis Prediksi Senin Depan Bergerak Fluktuatif

Rupiah sempat menguat 55 poin di level Rp16.277 dari penutupan sebelumnya di level Rp 16.330.

Baca Selengkapnya

Hari Bank Indonesia Diperingati Tiap 5 Juli, Simak Fakta dan Sejarahnya

1 hari lalu

Hari Bank Indonesia Diperingati Tiap 5 Juli, Simak Fakta dan Sejarahnya

71 tahun Bank Indonesia diperingati setiap 5 Juli. Begini sejarahnya, apa hubungan dengan HUT BNI?

Baca Selengkapnya

Cadangan Devisa per Akhir Juni Naik Menjadi US$ 140,2 Miliar

1 hari lalu

Cadangan Devisa per Akhir Juni Naik Menjadi US$ 140,2 Miliar

BI mencatat posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Juni 2024 naik menjadi US$ 140,2 miliar dari US$ 139,2 miliar pada bulan sebelumnya.

Baca Selengkapnya