TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia atau BPP HIPMI, Anggawira, menyatakan melemahnya nilai tukar rupiah berdampak pada sejumlah sektor ekonomi di Indonesia. Sejumlah sektor industri terkena imbas akibat kurs dolar Amerika Serikat (dolar AS) meningkat.
Anggawira menyebutkan di antaranya impor dan perdagangan. Menurut dia, sektor ini paling terkena dampak karena barang impor menjadi lebih mahal. "Ini termasuk bahan baku dan barang modal yang penting untuk industri domestik," kata dia, saat dihubungi melalui aplikasi perpesanan pada Jumat malam, 5 Juli 2024.
Imbas itu menyasar juga ke sektor energi dan bahan bakar. Anggawira mengatakan, sebagian besar energi, terutama bahan bakar, diimpor. Pelemahan rupiah akan meningkatkan biaya impor energi, yang kemudian dapat meningkatkan biaya produksi dan transportasi.
Selanjutnya sektor manufaktur. Industri tersebut bergantung pada bahan baku impor akan mengalami peningkatan biaya produksi. Bertambahnya biaya produksi, kata Tim Ahli Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal ini, dapat mengurangi margin keuntungan dan daya saing produk di pasar internasional.
Sektor lain yang terkena imbas adalah transportasi dan logistik. Menurut Anggawira, biaya operasional sektor ini dapat meningkat karena kenaikan harga bahan bakar dan komponen impor lainnya. Juga sektor pariwisata, kata dia, meski wisatawan domestik lebih cenderung berlibur di dalam negeri karena mahalnya biaya berlibur ke luar negeri. "Sektor ini harus memperhatikan harga tiket pesawat dan jasa wisata mungkin naik," tutur Anggawira.
Sektor lain yang terdampak dari melemahnya rupiah adalah perbankan dan keuangan. Dia menjelaskan, fluktuasi nilai tukar dapat mempengaruhi stabilitas keuangan perusahaan dan kemampuan mereka membayar utang dalam mata uang asing.
Akibat melemahnya nilai rupiah dan berdampak ke sejumlah sektor ekonomi tersebut, Anggawira mengatakan pemerintah perlu menempuh sejumlah langkah. Pertama, intervensi pasar valuta asing. "Bank sentral dapat melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk menstabilkan nilai tukar rupiah," ucap Anggawira.
Selanjutnya: Berikutnya, Anggawira menyarankan, meningkatkan cadangan devisa....