Konflik Iran-Israel Disebut Perparah Nilai Tukar Rupiah, BI Diminta Naikkan Suku Bunga

Senin, 22 April 2024 14:35 WIB

Karyawan pabrik menunjukkan jenis gandum dalam proses produksi tepung terigu.di PT. Indofood Sukses Makmur Tbk., Bogasari, Tanjung Priok, Jakarta, Jumat 19 April 2024. Ketua Umum Asosiasi Tepung Terigu Indonesia (APTINDO), Franciscus Welirang, mengatakan pelemahan nilai tukar rupiah akan mengerek harga terigu nasional. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat pasar uang Ariston Tjendra menyebut konflik Iran-Israel yang memanas beberapa waktu lalu menjadi salah satu pemicu melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Ia menilai konflik Timur Tengah ini dikhawatirkan akan bereskalasi menjadi perang yang lebih besar, sehingga dapat mengganggu pasokan barang.

"Terutama minyak mentah dari kawasan Timur Tengah yang bisa memicu pelambatan ekonomi global," katanya saat dihubungi pada Senin, 22 April 2024.

Menurut dia, konflik yang memicu pelemahan nilai tukar rupiah ini bersifat insidental. Ia berharap agar kondisi tersebut tidak bertahan lama dan bisa mereda.

Faktor lain melemahnya rupiah, ujar Ariston, soal ekspektasi penundaan kebijakan pemangkasan suku bunga acuan Amerika Serikat. Berdasarkan data-data ekonomi Amerika Serikat yang dirilis, menunjukkan bahwa ekonomi negeri Paman Sam itu masih solid. Ariston juga menilai bahwa inflasi di Amerika Serikat masih sulit turun ke target 2 persen.

"Sehingga The Fed merasa tidak perlu terburu-buru memangkas suku bunga acuannya," ucapnya.

Advertising
Advertising

Dengan penundaan kebijakan pemangkasan suku bunga acuan itu mendorong penguatan dolar Amerika Serikat terhadap nilai tukar lainnya, termasuk rupiah. Ariston mengatakan, bahwa pemerintah perlu menunjukkan ke pasar atau investor bahwa di tengah melemahnya nilai tukar rupiah, ekonomi Indonesia masih kuat. Dengan keyakinan itu, ia menilai investor tetap tertarik memasukkan modal atau investasinya ke Indonesia.

"Sehingga suplai dolar cukup dan rupiah bisa menguat lagi," ujarnya.

Ia juga mendukung upaya yang dilakukan Bank Indonesia, dengan mengintervensi langsung ke perdagangan, agar pelemahan rupiah ini tidak menjadi liar.

Senada, Pengamat komoditas dan mata uang, Lukman Leong menilai konflik perang menyebabkan investor menghindari aset dan mata uang beresiko. Ia juga mengatakan bahwa penguatan dolar Amerika Serikat ini terjadi karena menurunnya ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed.

Menurut dia, penguatan dolar Amerika Serikat diperkirakan masih bakal berlanjut dalam beberapa bulan ke depan. Karena itu, ia mengungkapkan bahwa Bank Indonesia perlu mengintervensi dan menaikkan suku bunga untuk mencegah depresiasi rupiah.

"Sedangkan kementerian akan menjaga harga dengan operasi pasar dan subsidi," katanya.

Dolar Amerika Serikat sendiri menguat dalam perdagangan akhir pekan, Jumat, 19 April 2024, melanjutkan penguatannya dalam beberapa hari terakhir. Nilai tukar rupiah ditutup melemah 81 poin ke level Rp 16.260 per dolar AS. Pada perdagangan hari sebelumnya, rupiah ditutup pada level Rp 16.179 per dolar AS.

Pilihan Editor: Kopi Robusta Indonesia Favorit di Mesir, Jadi Campuran Turkish Coffee

Berita terkait

6 Penyebab Rupiah Melemah, Ini Pemicu dari Faktor Domestik dan Global

1 hari lalu

6 Penyebab Rupiah Melemah, Ini Pemicu dari Faktor Domestik dan Global

Rupiah melemah dipengaruhi oleh berbagai faktor global dan domestik, apa saja?

Baca Selengkapnya

Nilai Tukar Rupiah Kembali Melemah

4 hari lalu

Nilai Tukar Rupiah Kembali Melemah

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah dalam penutupan perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Nilai Tukar Rupiah Hari Ini Diperkirakan Menguat hingga Rp 15.990 Terhadap Dolar AS

4 hari lalu

Nilai Tukar Rupiah Hari Ini Diperkirakan Menguat hingga Rp 15.990 Terhadap Dolar AS

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 15.990 sampai Rp 16.070

Baca Selengkapnya

Bank Danamon Belum Berencana Naikkan Suku Bunga KPR

9 hari lalu

Bank Danamon Belum Berencana Naikkan Suku Bunga KPR

Bank Danamon Indonesia belum berencana menaikkan suku bunga KPR meski suku bunga acuan BI naik menjadi 6,25 persen

Baca Selengkapnya

Gubernur BI: Kami Upayakan Nilai Tukar Rupiah Turun di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

9 hari lalu

Gubernur BI: Kami Upayakan Nilai Tukar Rupiah Turun di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

BI optimistis rupiah akan terus menguat sesuai fundamental.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat di Akhir Pekan, Sentuh Level Rp 16.083 per Dolar AS

14 hari lalu

Rupiah Menguat di Akhir Pekan, Sentuh Level Rp 16.083 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah ditutup menguat Rp 16.083 terhadap dolar AS pada perdagangan Jumat, 3 Mei.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

14 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

14 hari lalu

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di angka Rp 16.088 pada perdagangan akhir pekan ini.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Nilai Tukar Rupiah Terus Melemah, Astra Tebar Dividen Rp 21 T

17 hari lalu

Terkini Bisnis: Nilai Tukar Rupiah Terus Melemah, Astra Tebar Dividen Rp 21 T

Nilai tukar rupiah ditutup melemah pada levep Rp 16.259 per dolar AS pada perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

18 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya