Analis: Potensi Inflasi Masih Berlanjut, Nilai Tukar Rupiah Diperkirakan Makin Anjlok
Reporter
Annisa Febiola
Editor
Grace gandhi
Kamis, 4 April 2024 10:39 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memprediksi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (dolar AS) hari ini kembali melemah.
Dia memperkirakan, nilai tukar rupiah akan fluktuatif dan ditutup melemah menyentuh level Rp 15.910 sampai Rp 15.960 dalam perdagangan Kamis, 4 April 2024.
Pada perdagangan kemarin Rabu, 3 April 2024, rupiah ditutup melemah pada level Rp 15.920 per dolar AS.
Ibrahim menyebut tingkat inflasi Indonesia pada Maret 2024 tercatat sebesar 0,52 persen secara bulanan atau 3,05 persen secara tahunan. Menurut dia, para ekonom memprediksi tingkat inflasi April ini masih tinggi.
Realisasi inflasi pada Maret 2024 masih berada dalam kisaran target tahun ini, yakni 1,5 sampai 3,5 persen. Namun, angka ini merupakan taksiran tertinggi sejak Agustus 2023.
"Angka ini merupakan angka tertinggi sejak Agustus 2023, dengan harga-harga pangan mengalami kenaikan paling signifikan dalam 18 bulan terakhir, bertepatan dengan bulan Ramadan dan sebelum perayaan Lebaran," katanya dalam keterangan resmi yang dikutip Kamis, 4 April 2024.
Selanjutnya: Ibrahim menyatakan peningkatan inflasi pada Maret 2024.....
<!--more-->
Ibrahim menyatakan peningkatan inflasi pada Maret 2024 utamanya didorong oleh inflasi harga bergejolak. Khususnya harga makanan, yang dipengaruhi oleh faktor-faktor di sisi penawaran dan permintaan.
Selain itu, pasokan bahan makanan domestik juga terus terganggu akibat dampak El Nino yang masih berlangsung. Meskipun, sudah berada pada tingkat yang lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya.
Sementara itu, permintaan bahan makanan meningkat karena dampak musiman dari bulan Ramadan. "Ada potensi berlanjutnya risiko inflasi jangka pendek, terutama pada April 2024 yang bertepatan dengan momentum Idul Fitri."
Menurut Ibrahim, risiko inflasi terkait harga pangan akan berkurang seiring dengan berkurangnya efek El-Nino pada semester II 2024. Namun, tekanan inflasi pada semester II 2024 dapat muncul dari inflasi inti akibat penerapan cukai plastik dan minuman kemasan berpemanis.
Sementara dari faktor eksternal, Ibrahim menyebut ada sejumlah sentimen. Pertama, karena beberapa pejabat The Fed memperingatkan bahwa bank sentral dapat mempertahankan suku bunga lebih tinggi lebih lama dalam menghadapi inflasi yang tinggi dan kekuatan pasar tenaga kerja.
Selain itu, terkait dengan gempa bumi di Taiwan yang menghancurkan infrastruktur dan pabrik-pabrik pembuat chip terkemuka, hingga memicu peringatan tsunami di beberapa bagian wilayah Jepang.
Pilihan Editor: Longsor di Tol Bocimi, Bina Marga PUPR Sebut Penanganan Permanen Digarap Pasca Libur Lebaran