Sri Mulyani Perkirakan Ekonomi Global Masih Melemah Tahun Ini, Apa Sebabnya?

Kamis, 22 Februari 2024 17:50 WIB

Menteri Keuangan Sri Mulyani saat memberikan keterangan kepada media hasil Kinerja dan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa 2 Januari 2024. Sri Mulyani menyebutkan realisasi APBN 2023 defisit sebesar Rp347,6 triliun atau 1,65 persen dari produk domestik bruto (PDB), sementara penerimaan negara ditutup pada angka Rp2.774,3 triliun atau 105,2 persen dari target, yang terdiri dari perpajakan Rp2.155,4 triliun dan PNBP Rp605,9 triliun dan hibah Rp13 triliun. Tempo/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan ekonomi global masih mengalami pelemahan pada 2024. Apa sebabnya?

"Perekonomian global 2024 diperkirakan masih dalam posisi yang lemah, meskipun inflasi mengalami moderasi atau penurunan, namun belum serta merta menurunkan suku bunga yang melonjak cukup tinggi dalam 18 bulan terakhir," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita secara daring pada Kamis, 22 Februari 2024.

Dia lantas menunjukkan sejumlah proyeksi ekonomi global pada 2024. Dana Moneter Internasional atau IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini hanya sebesar 3,1 persen.

Sedangkan Bank Dunia alias World Bank memproyeksikan pertumbuhan ekonomi dunia sebesar 2,4 persen. Angka ini bahkan lebih rendah dibandingkan proyeksi 2023 yang sebesar 2,6 persen.

"Indonesia yang mencatatkan pertumbuhan 5 persen masih relatif dalam posisi yang cukup baik, dilihat dari negara-negara G-20 maupun di ASEAN," tutur Sri Mulyani.

Advertising
Advertising

Dia melanjutkan, perkembangan inflasi global yang mulai menurun. Ini memberikan harapan akan terjadi penurunan suku bunga. Namun, ini diperkirakan baru terjadi pada semester kedua.

Di sisi resiko, kata Sri Mulyani, pihaknya memantau ada berbagai negara yang mengalami keterbatasan ruang untuk menggunakan kebijakan fiskal maupun moneter.

Sebab, negara-negara tersebut menggunakan instrumen fiskalnya untuk menghadapi pandemi Covid-19 dan kemudian menghadapi situasi inflasi dan suku bunga tinggi dalam jangka panjang.

"Tentu ini tidak dalam posisi yang menguntungkan, karena perekonomian global dan berbagai perekonomian domestik berbagai negara justru sedang dalam posisi lemah yang biasanya membutuhkan intervensi atau respons, baik instrumen fiskal maupun moneter," ucap Sri Mulyani.

Dia menegaskan, keterbatasan ruang dari kebijakan moneter dan fiskal di berbagai negara ini patut menjadi perhatian. Meski Indonesia berada dalam situasi yang baik, kata dia, tapi hal itu tetap perlu diperhatikan untuk menavigasi situasi yang rentan dan risiko dari sisi global.

Pilihan Editor: Sri Mulyani Bebaskan Pajak Impor Mobil Listrik, Begini Simulasi Perhitungannya

Berita terkait

Terkini: Jokowi dan Sri Mulyani Rapat Pembatasan Impor, Sertifikat Tanah di Bekasi Beralih ke Elektronik

2 jam lalu

Terkini: Jokowi dan Sri Mulyani Rapat Pembatasan Impor, Sertifikat Tanah di Bekasi Beralih ke Elektronik

Berita terkini bisnis: Presiden Jokowi dan Sri Mulyani rapat membahas pembatasan impor, sertifikat tanah di Kabupaten Bekasi beralih ke elektronik.

Baca Selengkapnya

Perhutanan Sosial Indonesia Jadi Contoh Mitigasi Iklim Berbasis Masyarakat

3 jam lalu

Perhutanan Sosial Indonesia Jadi Contoh Mitigasi Iklim Berbasis Masyarakat

Bank Dunia menggelar Konferensi Lahan 2024 yang mengangkat topik perhutanan sosial sebagai penopang manajemen lahan dan ketahanan iklim.

Baca Selengkapnya

BI Beberkan Langkah Sinergi Pengendalian Inflasi

4 jam lalu

BI Beberkan Langkah Sinergi Pengendalian Inflasi

Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti menyatakan pihaknya terus memperkuat sinergi dan mendukung upaya pengendalian inflasi daerah.

Baca Selengkapnya

Jokowi, Sri Mulyani, dan Airlangga Gelar Rapat tentang Pembatasan Impor

5 jam lalu

Jokowi, Sri Mulyani, dan Airlangga Gelar Rapat tentang Pembatasan Impor

Presiden Joko Widodo atau Jokowi menggelar rapat dengan Sri Mulyani, Airlangga Hartarto, dan Agus Gumiwang tentang pembatasan impor.

Baca Selengkapnya

Rupiah Diprediksi Berada di Rentang Rp15.900 - Rp16.025 per Dolar AS Hari Ini

10 jam lalu

Rupiah Diprediksi Berada di Rentang Rp15.900 - Rp16.025 per Dolar AS Hari Ini

Pada awal perdagangan Jumat pagi, rupiah turun 60 poin atau 0,38 persen menjadi Rp15.984 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

TImbulkan Opini Negatif Masyarakat, Pakar Nilai Informasi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai ke Publik Tak Rinci

23 jam lalu

TImbulkan Opini Negatif Masyarakat, Pakar Nilai Informasi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai ke Publik Tak Rinci

Pakar menilai komunikasi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai kepada publik belum optimal, kerap memicu opini negatif masyarakat

Baca Selengkapnya

Penyebab Rupiah Melemah, Ini Analisis Direktur Laba Forexindo Berjangka

23 jam lalu

Penyebab Rupiah Melemah, Ini Analisis Direktur Laba Forexindo Berjangka

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memberikan analisis soal nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS belakangan ini.

Baca Selengkapnya

6 Penyebab Rupiah Melemah, Ini Pemicu dari Faktor Domestik dan Global

1 hari lalu

6 Penyebab Rupiah Melemah, Ini Pemicu dari Faktor Domestik dan Global

Rupiah melemah dipengaruhi oleh berbagai faktor global dan domestik, apa saja?

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat ke Level Rp 15.923 per Dolar AS

1 hari lalu

Rupiah Menguat ke Level Rp 15.923 per Dolar AS

Kurs rupiah hari ini ditutup menguat 104 poin ke level Rp 15.923 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Staf Sri Mulyani Beberkan Rencana Perbaikan Bea Cukai, Apa Saja?

1 hari lalu

Staf Sri Mulyani Beberkan Rencana Perbaikan Bea Cukai, Apa Saja?

Yustinus Prastowo mengatakan Kementerian sudah menyiapkan beberapa rencana untuk menangani masalah di Bea Cukai.

Baca Selengkapnya