OJK Beberkan Kondisi Terkini Perbankan: Kredit Tumbuh jadi Rp 6.965,9 Triliun, Mayoritas dari Bank BUMN
Reporter
Defara Dhanya Paramitha
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Rabu, 10 Januari 2024 09:26 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan industri perbankan Indonesia yang tetap resilien dan berdaya saing hingga akhir November 2023. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, mengatakan hal ini didukung oleh tingkat profitabilitas (ROA) dan permodalan (CAR).
“(Keduanya) relatif tinggi masing-masing sebesar 2,73 persen (untuk ROA) dan 27,89 persen (untuk CAR),” ujar Dian dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Komisioner (RDK) Bulanan Desember pada Selasa, 9 Januari 2023.
Dari sisi kinerja intermediasi, kata Dian, pada November 2023, secara yoy kredit meningkat Rp 618,43 triliun atau tumbuh 9,74 persen (year-on-year/yoy) menjadi Rp 6.965,90 triliun. “Pertumbuhan tertinggi terjadi pada kredit modal kerja sebesar 10,14 persen (yoy),” tuturnya.
Jika ditinjau dari kepemilikan bank, Bank BUMN menjadi pendorong utama pertumbuhan kredit yaitu tumbuh sebesar 12,13 persen, dengan porsi kredit sebesar 45,81 persen dari total kredit perbankan.
Sementara itu, OJK mencatat pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) pada November 2023 sebesar 3,04 persen (yoy). Angka ini lebih rendah dari Oktober 2023 sebesar 3,43 persen (yoy), sehingga menjadi sebesar Rp 8.216,21 triliun, dengan deposito menjadi kontributor pertumbuhan terbesar yaitu sebesar 3,50 persen (yoy).
Sejumlah faktor mempengaruhi perlambatan pertumbuhan DPK di antaranya yaitu pertumbuhan DPK yang tinggi pada masa pandemi Covid-19 yang mengakibatkan high base effect pada pertumbuhan DPK setelahnya. Perlambatan pertumbuhan DPK ini juga karena penggunaan dana internal untuk operasional dan ekspansi perusahaan, konsumsi masyarakat yang kembali meningkat dengan berakhirnya status pandemi, serta dampak semakin banyaknya alternatif instrumen penempatan dana selain DPK.
Lebih lanjut, OJK mencatat pembelian obligasi korporasi non-bank dan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) tercatat sebesar Rp 269,46 triliun dan Rp 1.436,31 triliun per November 2023.
Adapun OJK telah menerima Rencana Bisnis Bank Umum (RBB) tahun 2024-2026 yang berisi proyeksi pertumbuhan kredit, DPK, rencana penerbitan produk dan aktivitas baru perbankan, rencana pengembangan infrastruktur teknologi informasi untuk meningkatkan layanan digital perbankan, rencana pengembangan organisasi dan SDM, serta rencana perubahan jaringan kantor.
Selanjutnya: “Terkait dengan RBB tersebut, OJK akan..."
<!--more-->
“Terkait dengan RBB tersebut, OJK akan melakukan prudential meeting dengan masing-masing bank untuk melakukan fine tuning terhadap RBB,” kata Dian. Hal ini bertujuan agar kontribusi perbankan bagi perekonomian nasional semakin meningkat.
Dian juga menyebutkan OJK bakal mempertimbangkan faktor-faktor lain proyeksi perkembangan kondisi makro ekonomi secara global dan domestik. Dengan kondisi makro domestik yang diperkirakan masih terjaga baik di tahun 2024, serta kredit dan dana pihak ketiga (DPK) yang juga diproyeksikan tetap tumbuh dengan sehat, maka Loan to deposit ratio (LDR) diperkirakan berada pada rentang 84-86 persen.
OJK pun memperkirakan risiko kredit relatif terjaga dengan non-performing loan (NPL) gross sekitar 2-2,5 persen. Tingkat profitabilitas perbankan diproyeksikan melanjutkan pertumbuhan positif dengan laba bersih dapat meningkat sekitar 9-10 persen secara year on year, dan capaian Net Interest Margin (NIM) perbankan diperkirakan berada di rentang 4-5 persen.
Hal tersebut didukung oleh tingkat profitabilitas atau Return on Assets (ROA) dan permodalan atau Capital Adequacy Ratio (CAR) yang relatif tinggi pada November 2023, masing-masing sebesar 2,73 persen dan 27,89 persen secara year on year (yoy).
Dari sisi kinerja intermediasi, pada November 2023 kredit meningkat sebesar Rp618,43 triliun atau tumbuh sebesar 9,74 persen (yoy), lebih tinggi dibanding Oktober 2023 sebesar 8,99 persen (yoy), sehingga menjadi sebesar Rp 6.965,9 triliun. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada kredit modal kerja sebesar 10,14 persen (yoy).
Ditinjau dari kepemilikan bank, bank badan usaha milik negara (BUMN) menjadi pendorong utama pertumbuhan kredit yaitu sebesar 12,13 persen dengan porsi kredit sebesar 45,81 persen dari total kredit perbankan.
DEFARA DHANYA | ANTARA
Pilihan Editor: Bos OJK Ungkap Kondisi Sektor Keuangan RI di Tengah Perlambatan Ekonomi Global