Nilai Tukar Petani Naik 1,43 Persen pada Oktober 2023, BPS: Kenaikan Dipengaruhi Harga Gabah Hingga Karet

Kamis, 2 November 2023 06:30 WIB

Petani mengambil bibit padi yang akan di tanam di daerah Rorotan, Jakarta, Rabu, 1 November 2023. Sawah di kelurahan Rorotan merupakan sawah satu satunya di wilayah Provinsi daerah Jakarta yang memiliki lahan seluas 300 hektar. TEMPO/Magang/Joseph.

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat Nilai Tukar Petani (NTP) pada Oktober 2023 mengalami kenaikan sebesar 115,78 atau naik 1,43 persen dibandingkan NTP bulan sebelumnya.

NTP adalah indikator untuk mengukur kemampuan tukar produk pertanian yang dihasilkan petani dengan barang atau jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga petani dan barang atau jasa yang diperlukan dalam menghasilkan produk pertanian.

Deputi Bidang Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengatakan, kenaikan NTP dikarenakan Indeks Harga yang Diterima Petani (It) naik sebesar 1,67 persen. Angka itu lebih tinggi dibandingkan kenaikan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) yang naik sebesar 0,24 persen.

“Empat komoditas yang dominan mempengaruhi kenaikan indeks yang diterima petani adalah gabah, cabai rawit, jagung, dan karet,” ujar Pudji dalam konferensi pers di Kantor BPS pada Rabu, 1 November 2023.

Pudji juga mengatakan, peningkatan NTP tertinggi terjadi pada Subsektor Tanaman Pangan. NTP Subsektor Tanaman Pangan naik sebesar 2,68 persen. Hal ini terjadi karena kenaikan Indeks Harga yang Diterima Petani (It) sebesar 2,91 persen, lebih tinggi dari kenaikan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) sebesar 0,23 persen. "Komoditas yang dominan mempengaruhi indeks yang diterima petani pada subsektor tanaman pangan ini adalah gabah, jagung, ketela pohon, dan ketela rambat," ujar Pudji.

Advertising
Advertising

Selanjutnya: Sementara itu, penurunan NTP terdalam terjadi pada....

<!--more-->

Sementara itu, penurunan NTP terdalam terjadi pada Subsektor Perikanan. NTP Subsektor Perikanan turun sebesar 0,76 persen. Hal ini terjadi karena Indeks Harga yang Diterima Petani (It) turun sebesar 0,43 persen, sedangkan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) mengalami kenaikan sebesar 0,33 persen. "Empat komoditas yang dominan mempengaruhi adalah ikan cakalang, layang, kembung, dan tongkol," kata Pudji.

Pada Oktober 2023, NTP Provinsi Kalimantan Selatan mengalami kenaikan tertinggi (2,53 persen) dibandingkan kenaikan NTP provinsi lainnya. Sebaliknya, NTP Provinsi Kepulauan Riau mengalami penurunan terbesar (1,16 persen) dibandingkan penurunan NTP provinsi lainnya.

Di bulan yang sama, terjadi kenaikan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) di Indonesia sebesar 0,31 persen, yang utamanya disebabkan oleh kenaikan indeks pada seluruh kelompok pengeluaran.

Sementara itu, BPS juga melaporkan Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) nasional Oktober 2023 sebesar 116,79 atau naik 1,57 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya.

“Kenaikan NTUP terjadi karena indeks harga yang diterima petani naik 1,57 persen, lebih tinggi dari indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) yang mengalami kenaikan sebesar 0,10 persen,” kata Pudji.

Pilihan Editor: Ada Joki Pinjol, Masyarakat Diharapkan Lebih Sadar Pentingnya Perlindungan Data Pribadi

Berita terkait

Indef Minta Pemerintah Antisipasi Penurunan Konsumsi pada Triwulan II

4 hari lalu

Indef Minta Pemerintah Antisipasi Penurunan Konsumsi pada Triwulan II

Pemerintah diminta untuk mengantisipasi potensi menurunnya kinerja konsumsi rumah tangga terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan II 2024.

Baca Selengkapnya

Jokowi soal Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen: Menumbuhkan Sebuah Optimisme

5 hari lalu

Jokowi soal Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen: Menumbuhkan Sebuah Optimisme

Presiden Jokowi mengatakan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,11 persen di kuartal pertama tahun ini patut disyukuri.

Baca Selengkapnya

Wakil Sri Mulyani Harap Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen Bisa Gaet Investor

5 hari lalu

Wakil Sri Mulyani Harap Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen Bisa Gaet Investor

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara angka pertumbuhan ekonomi kuartal pertama 2024 bisa menjadi basis.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat ke Level Rp 16.025 per Dolar AS

5 hari lalu

Rupiah Menguat ke Level Rp 16.025 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat dalam penutupan perdagangan hari ini ke level Rp 16.025 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

BPS: Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I 2024 Tumbuh, Tertinggi Sejak 2015

6 hari lalu

BPS: Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I 2024 Tumbuh, Tertinggi Sejak 2015

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan I-2024 yang tercatat 5,11 persen secara tahunan

Baca Selengkapnya

Bulog Beberkan Alasan Penyerapan Jagung Belum Maksimal

8 hari lalu

Bulog Beberkan Alasan Penyerapan Jagung Belum Maksimal

Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi membeberkan alasan penyerapan jagung dari petani hingga kini masih terkendala.

Baca Selengkapnya

Mengapa Beras Tetap Mahal saat Harga Gabah Terpuruk? Ini Penjelasan Bulog

8 hari lalu

Mengapa Beras Tetap Mahal saat Harga Gabah Terpuruk? Ini Penjelasan Bulog

Diretur Utama Bulog, Bayu Krisnamurthi menjelaskan penyebab masih tingginya harga beras meskipun harga gabah di petani murah.

Baca Selengkapnya

Presiden Senang Produksi Jagung di Sumbawa Maju

9 hari lalu

Presiden Senang Produksi Jagung di Sumbawa Maju

Saat ini yang perlu dilakukan adalah menjaga keseimbangan harga di tingkat petani maupun di tingkat peternak.

Baca Selengkapnya

Terkini: Jokowi Dorong Penghiliran Industri Jagung, Uni Eropa Jajaki Peluang Investasi IKN

9 hari lalu

Terkini: Jokowi Dorong Penghiliran Industri Jagung, Uni Eropa Jajaki Peluang Investasi IKN

Terkini: Presiden Jokowi dorong penghiliran industri jagung, Uni Eropa jajaki peluang investasi di IKN.

Baca Selengkapnya

Presiden Jokowi Dorong Hilirisasi untuk Stabilkan Harga Jagung

9 hari lalu

Presiden Jokowi Dorong Hilirisasi untuk Stabilkan Harga Jagung

Harga Jagung di tingkat petani anjlok saat panen raya. Presiden Jokowi mendorong hilirisasi untuk menstabilkan harga.

Baca Selengkapnya