Gelar RECSIN 2023, Kementerian ESDM Prioritaskan Program Dekarbonisasi untuk Capai Target Net Zero Emission
Reporter
Yohanes Maharso Joharsoyo
Editor
Grace gandhi
Selasa, 10 Oktober 2023 11:33 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (Menteri ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, pemerintah memprioritaskan program dekarbonisasi sebagai strategi untuk percepatan mencapai Net Zero Emission (NZE).
Hal ini disampaikan dalam acara Renewable Energy and Climate Summit Indonesia-Netherlands (RECSIN) yang diselenggarakan Kementerian ESDM bersama Kedutaan Besar Belanda pada Senin, 9 Oktober 2023.
Arifin mengatakan, beberapa program dekarbonisasi itu di antaranya pengembangan proyek EBT tarif yang lebih menarik, pengenalan perdagangan, dan pertukaran karbon di sektor pembangkit listrik.
"Kita juga akan melakukan konversi pembangkit listrik tenaga diesel menjadi gas dan energi baru dan terbarukan (EBT) serta mempensiunkan secara dini PLTU batu bara," ujar Arifin dalam keterangan tertulisnya pada Senin, 9 Oktober 2023.
Selain itu, pemerintah juga akan menerapkan cofiring biomassa pada PLTU, menyiapkan pendanaan untuk pengeboran panas bumi, menerapkan biodiesel B35, dan melakukan konversi motor listrik.
Menurut Arifin, dengan program itu, bukan berarti pemerintah hanya berfokus terhadap EBT saja, tapi pemerintah juga fokus terhadap sumber daya mineral, seperti nikel, karena akan dimanfaatkan untuk bahan baku baterai dan penyimpanan. Selain itu, juga ada elemen tanah jarang yang bisa digunakan sebagai komponen untuk turbin angin, panel surya, dan kendaraan listrik.
Arifin juga mengungkapkan pemerintah telah membuat peta jalan transisi energi menuju NZE pada tahun 2060 atau lebih cepat. Peta jalan itu akan dilakukan dengan pengembangan EBT yang dimiliki oleh Indonesia, di antaranya adalah sumber dari energi matahari, air, angin, dan panas bumi.
Sebagai informasi, Arifin menyebut bahwa terjadi tren peningkatan suhu udara di Indonesia sekitar 0,03 derajat Celcius per tahun pada periode 1981-2018 dan diikuti dengan kenaikan permukaan air laut sebesar 0,8-1,2 cm per tahun.
"Perubahan iklim telah mempengaruhi cuaca ekstrem di setiap wilayah di seluruh dunia. Wilayah pesisir mengalami penurunan permukaan tanah akibat naiknya permukaan air laut. Situasi ini mengharuskan kita untuk segera mengubah sistem energi menjadi lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan," ujar Arifin.
Pilihan Editor: Begini Penampakan Desain Prototipe Kereta Cepat Jakarta - Surabaya yang Sedang Dibuat