Kapal Selam Titan Hilang, Indonesia Punya Kisah Kapal Kargo MV Nur Allya yang Belum Ditemukan

Jumat, 23 Juni 2023 17:35 WIB

Kapal MV Nur Allya, antaranews.com

TEMPO.CO, Jakarta - Kapal selam Titan dinyatakan hilang kontak setelah 1 jam 45 menit berada di bawah air. Submarine untuk melihat bangkai kapal Titanic itu diluncurkan pada Minggu pagi, 18 Juni 2023 dari St. John’s, Newfoundland.

Kapal itu membawa miliarder Inggris Hamish Harding dan taipan Pakistan Shahzada Dawood serta putranya Suleman. Di sana ada pula CEO perusahaan OceanGate, Stockton Rush, dan operator kapal selam asal Prancis, Paul-Henri Nargeolet, yang dijuluki “Mr Titanic” karena sering menyelam di lokasi.

Melansir dari Antara, Pada Agustus 2019, Indonesia juga pernah kehilangan kapal MV Nur Allya. Kapal kargo berbendera Indonesia yang membawa nikel itu hilang kontak di perairan Utara Pulau Buru, Maluku. Bahtera milik PT Gurita Lintas Samudra itu diawaki 25 orang, berlayar dari rute Pulau Weda, Maluku Utara menuju Pelabuhan Morosi, Sulawesi Tenggara.

Kilas Balik Hilangnya Kapal MV Nur Allya

MV Nur Allya adalah kapal kargo raksasa buatan perusahaan Jepang Sanoyas Hishino Meiso Corp pada 2002. Kapal ini berkapasitas 52.400 deadweight tonnes atau dwt. Artinya, kapal mampu mengangkut beban hingga 52.400 ton. Berat tersebut belum termasuk berat kapal yang mencapai 8.394 metrik ton.

Advertising
Advertising

Kapal MV Nur Allya Tenggelam hilang kontak pada 21 Agustus 2019 pukul 15.56 WIT. Kapal itu bijih nikel sebanyak 51.500 metrik ton. Kapal direncanakan tiba di Pelabuhan Morosi pada 23 Agustus 2019. Pada 21 Agustus 2019 pukul 03.25 WIT berdasarkan data AIS, kapal berlayar dengan kecepatan 9,5 knot dengan arah haluan 183 derajat dengan koordinat 01°06’0.30” LS / 128°36’0.68” BT.

Kemudian pukul 03.56 WIT dari data AIS diketahui kecepatan kapal berubah menjadi satu knot. Haluan kapal mengarah ke 188 derajat. Pada saat itu kapal berada di koordinat 01°10’1.33” LS / 128°35’1.25” BT. Itu merupakan data AIS terakhir Kapal MV Nur Allya yang terdeteksi, setelah itu perusahaan kehilangan kontak dengan kapal mereka.

Pemerintah telah mengerahkan sekitar 21 lembaga dan instansi terkait seperti Basarnas Ternate, Direktorat Komunikasi Basarnas Pusat, Direktorat Polairud Polda Maluku Utara, perusahaan pemilik kapal, dan Bakamla Pusat. Untuk mencari keberadaan kapal selama 13 hari. Area pencarian dipusatkan di perairan Maluku Utara, yang menjadi titik koordinat awal kapal tersebut terpantau.

Tim juga menyisir perairan laut Obi, Maluku Utara dan perairan Pulau Buru, Maluku. Termasuk juga menyisir jalur pelayaran kapal di perairan Poge Sanana, Taliabo, dan perairan Morosi. Pencarian juga dilakukan melalui udara, namun tidak membuahkan hasil.

Misteri keberadaan kapal kargo MV Nur Allya sedikit terkuak saat tim SAR menemukan sekoci rusak dari kapal tersebut di pesisir Desa Gambaru, Kecamatan Obi Selatan. Perusahaan pemilik MV Nur Allya telah mengkonfirmasi sekoci tersebut merupakan bagian dari kapal yang tenggelam. Pada 30 Agustus 2019, tumpahan minyak ditemukan di bagian selatan perairan Pulau Obi, Maluku Utara.

Tim Komisi Nasional Keselamatan Transportasi atau KNKT berhasil menemukan titik lokasi tenggelamnya kapal kargo pengangkut nikel MV Nur Allya di Laut Halmahera bagian utara Pulau Buru, Maluku pada penghujung September. Mereka dibantu tenaga profesional dan peralatan dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (P3GL), Badan Litbang ESDM.

Tim KNKT bersama P3GL menggunakan alat Pinger Locater di lokasi yang diduga terdapat nilai anomali tertinggi data magnetometer. Di lokasi itu tim menangkap suara dari peralatan di kapal yang tenggelam. Sehingga dapat diperkirakan bahwa titik tersebut adalah lokasi tenggelamnya kapal MV Nur Allya. Konfirmasi penemuan tersebut akan disampaikan KNKT kepada pihak keluarga.

Pada 2021, KNKT mengungkap penyebab tenggelamnya Kapal MV Nur Allya berdasarkan hasil investigasi mereka. Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono mengatakan, pihaknya menyimpulkan bahwa muatan Kapal MV Nur Allya mengalami likuefaksi. Kesimpulan tersebut berdasarkan analisis kerusakan lifeboat, data sistem informasi otomatis (AIS), dan adanya sinyal Emergency Position Indicating Radio Beacon (EPIRB).

Selain itu juga berdasarkan analisis dari data hasil survei bawah air, keadaan laut yang cukup bergelombang, dan khususnya data keadaan kadar air dari muatan pada bijih nikel yang melebihi batas kadar air yang diizinkan dalam pengangkutan, serta terjadinya hujan saat pemuatan.

“Dari hasil analisis stabilitas yang telah dilakukan, maka tenggelamnya Kapal Nur Allya di Perairan Halmahera, Maluku Utara, pada 21 Agustus diakibatkan likuefaksi muatan bijih nikel dengan nilai momen likuefaksi 474.630,996 ton,” Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono di Jakarta, Sabtu, 6 Februari 2021.

Soerjanto menambahkan nilai lengan penegak negatif dalam momen likuefaksi yang besar, berakibat kapal secara spontan terbalik dalam periode yang sangat singkat. “Kapal kehilangan stabilitas akibat terjadinya free surface dari muatannya. Selanjutnya kapal terbalik dan tenggelam,” katanya.

Pilihan Editor: Kapal di Halmahera Hilang Misterius, Korban Sempat Kirim Email

Berita terkait

Terpopuler: Jokowi Dinilai Lemah terhadap Freeport, Keluarga Prabowo Bangun Pabrik Timah

2 hari lalu

Terpopuler: Jokowi Dinilai Lemah terhadap Freeport, Keluarga Prabowo Bangun Pabrik Timah

Terpopuler: Pemerintah Jokowi dinilai lemah terhadap Freeport, keluarga Prabowo Subianto bangun pabrik timah di Batam.

Baca Selengkapnya

Diincar Jerman, Penghiliran Nikel Jalan Terus

3 hari lalu

Diincar Jerman, Penghiliran Nikel Jalan Terus

Pemerintah Jerman masih menginginkan produk nikel mentah Indonesia. Namun pemerintah Indonesia tetap akan jalankan penghiliran industri nikel.

Baca Selengkapnya

Ramai Kritik Hilirisasi Nikel Dianggap Lebih Untungkan Cina, Ini Tanggapan Stafsus ESDM

3 hari lalu

Ramai Kritik Hilirisasi Nikel Dianggap Lebih Untungkan Cina, Ini Tanggapan Stafsus ESDM

Pengamat Ekonomi Energi UGM Fahmy Radhi mengatakan keuntungan nilai tambah hilirisasi nikel di Indonesia selama ini lebih banyak tersalur ke Cina.

Baca Selengkapnya

Ceria Berkomitmen Kembangkan Industri Nikel Berkelanjutan

7 hari lalu

Ceria Berkomitmen Kembangkan Industri Nikel Berkelanjutan

Ceria menegaskan komitmennya dalam mendukung industri nikel berkelanjutan dan memperkuat posisinya dalam rantai pasokan global baterai EV.

Baca Selengkapnya

Kaya Aktivitas Perikanan dan Tambang, Teluk Kendari Mendangkal dengan Cepat

8 hari lalu

Kaya Aktivitas Perikanan dan Tambang, Teluk Kendari Mendangkal dengan Cepat

Teluk Kendari di kota Kendari mengalami pendangkalan yang dramatis selama sekitar 20 tahun terakhir. Ini kajian sedimentasi di perairan itu oleh BRIN.

Baca Selengkapnya

Faisal Basri Sebut Industri Nikel Merugikan Indonesia, Perkirakan 90 Persen Keuntungan Dinikmati Cina

8 hari lalu

Faisal Basri Sebut Industri Nikel Merugikan Indonesia, Perkirakan 90 Persen Keuntungan Dinikmati Cina

Faisal Basri menyebut industrialisasi nikel lebih memberikan keuntungan kepada investor asing tanpa memerhatikan kerugian bagi Indonesia

Baca Selengkapnya

Tiga Karyawan Tambang Nikel di Halmahera Selatan Dipecat usai Aksi Hari Buruh

9 hari lalu

Tiga Karyawan Tambang Nikel di Halmahera Selatan Dipecat usai Aksi Hari Buruh

Tiga karyawan PT Wanatiara Persada, perusahaan tambang nikel di Halmahera Selatan dipecat usai melakukan aksi Hari Buruh.

Baca Selengkapnya

Koalisi Masyarakat Sipil Gelar Nobar Bloody Nickel, Ungkap Sisi Gelap Kendaraan Listrik

10 hari lalu

Koalisi Masyarakat Sipil Gelar Nobar Bloody Nickel, Ungkap Sisi Gelap Kendaraan Listrik

Diskusi film itu ditujukan untuk merespons program pemerintah yang masif mendorong kendaraan listrik (EV) beserta sisi gelap hilirisasi nikel.

Baca Selengkapnya

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

10 hari lalu

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata mengaku tidak mengetahui ihwal penyidik meminta Bea Cukai untuk paparan dugaan ekspor nikel ilegal ke Cina.

Baca Selengkapnya

Eks Relawan Jokowi Windu Aji Sutanto Divonis 8 Tahun dalam Perkara Tambang Nikel Ilegal Konawe Utara

19 hari lalu

Eks Relawan Jokowi Windu Aji Sutanto Divonis 8 Tahun dalam Perkara Tambang Nikel Ilegal Konawe Utara

Windu Aji Sutanto terbukti korupsi dalam kerja sama operasional (KSO) antara PT Antam dan PT Lawu Agung Mining 2021-2023 di pertambangan nikel

Baca Selengkapnya