Mandiri Sekuritas Sebut Pasar Obligasi Tahun Ini Lebih Prospektif
Reporter
Amelia Rahima Sari
Editor
Grace gandhi
Rabu, 7 Juni 2023 14:45 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Anak usaha PT Bank Mandiri (Persero) Tbk., PT Mandiri Sekuritas, menyatakan pasar obligasi pada 2023 akan lebih prospektif. Apa sebabnya?
Hal ini diungkapkan Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas, Handy Yunianto, dalam jumpa pers Equity and Fixed Income Markets Outlook 2023 pada Rabu, 7 Juni 2023.
"Kalau ngikutin media mengenai outlook (prospek) di capital market (pasar modal), waktu itu kami sampaikan bahwa temanya kami melihat pasar obligasi ini memberikan prospek yang positif tahun ini," kata Anto, sapaan akrab Handy Yunianto, di Menara Mandiri, Sudiman, Jakarta.
Sebab, dia berasumsi pada awal 2023 bahwa tekanan inflasi sudah mulai turun. Selain itu, Mandiri Sekuritas pada awal tahun ini juga memperkirakan kenaikan suku bunga sudah mendekati peak level atau titik tertingginya.
"Dan tema ini masih. Jadi kalau kita lihat outlook di second half (semester II) ini temanya masih sama. Kami masih melihat bahwa prospek investasi di obligasi masih akan positif," ujar Anto.
Lebih lanjut, Anto menjelaskan empat poin mengapa Mandiri Sekuritas menilai investasi ke obligasi akan memberikan prospek positif. Pertama, kata dia, pada awal 2023 isu terbesar di makro bukan mengenai inflasi, tapi pertumbuhan ekonomi.
"Jadi di tahun 2022 kemarin, inflasi naik luar biasa di Amerika, bahkan sampai ke 9 persen sehingga the Fed (bank sentral AS) menaikkan suku bunga. Tapi kalau kita lihat tahun ini, story (cerita)-nya akan berbeda," tutur Anto.
Selanjutnya: Anto menjelaskan, ketika Covid-19 merebak....
<!--more-->
Anto menjelaskan, ketika Covid-19 merebak, semua bank sentral dan pemerintahan melakukan stimulus. Anto menilai, belum pernah Indonesia mengalami budget defisit sampai 6 persen dari produk domestik bruto (PDB). Selain itu, dia juga menilai belum pernah Amerika Serikat (AS) melakukan penurunan suku bunga yang besar.
Lebih jauh, Anto menilai stimulus yang diberikan banks sentral mupun pemerintah bisa menimbulkan dampak tertentu. Dampak tersebut biasanya ada waktunya.
"Jadi kalau kita lihat waktunya tahun 2020 mereka stimulus luar biasa, baru kita rasakan 2021 inflasi dan suku bunganya akan naik," jelas Anto,
Meski begitu, dia optimistis pada 2022 atau 2023 kejadiannya akan berubah. Sebab, pada 2022 suku bunga sudah dinaikkan dan beberapa negara sudah melakukan konsolidasi fiskal. Jadi, kata dia, fiskalnya tidak defisit besar-besaran.
"Nah, kami perkirakan ini akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi outlook tahun 2023, sehingga kami melihat tekanan kenaikan suku bunga sudah mulai terbatas. Lagi-lagi kalau kita bicara bahwa tekanan inflasi sudah turun, tekanan suku bunga sudah turun, obligasi harusnya lebih prospektif," tutur dia.
Pilihan Editor: Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, 'Bapak Infrastruktur' yang Masuk Bursa Cawapres Ganjar
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini