Pesanan Menurun Akibat Resesi Global, Industri Aneka Melambat
Reporter
Amelia Rahima Sari
Editor
Agung Sedayu
Minggu, 30 April 2023 11:34 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Perindustrian atau Kemenperin buka suara mengenai industri pengolahan lainnya atau industri aneka yang terus mengalami kontraksi mulai November tahun lalu.
Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka Kemenperin, Reni Yanita, menjelaskan industri aneka terdiri dari industri: permata, barang logam mulia, perhiasan, alat musik, alat olahraga, mainan anak, peralatan kedokteran, kacamata, alat tulis, dan lainnya. Dia menilai, beberapa di antaranya adalah sektor industri yang memiliki potensi ekspor tinggi.
"Terkait IKI (Indeks Kepercayaan Industri) bulan April ini, industri aneka mengalami kontraksi, tapi kontraksi sudah lebih baik dibandingkan dari bulan Januari," ujar Reni di Gedung Kemenperin, Jakarta pada Jumat, 28 April 2023.
Dia memaparkan, dari Januari hingga April industri aneka sudah mengalami peningkatan, namun masih melambat. Menurutnya hal tersebut tergolong kontraksi.
Lebih jauh, dia menjelaskan untuk variabel pesanan baru mengalami kontraksi akibat penurunan pesanan dari luar negeri. Begitu pula variabel produksi yang menurun akibat penurunan pesanan.
"Penurunan permintaan disebabkan resesi global di negara tujuan ekspor, terutama di US (Amerika Serikat) dan Eropa," ungkap Reni.
Dia mencontohkan, industri bulu mata palsu yang berorientasi ekspor ke pasar US dan Eropa telah mengalami penurunan permintaan pasar sejak beberapa bulan yang lalu.
"Diperkirakan sampai dengan pertengahan tahun ini mengalami penurunan. Ini juga proses produksi industri bulu mata palsu terkendala bahan baku yang masih impor, yaitu rambut asli karena pemasok dalam negeri belum memenuhi standar," jelas Reni.
Sementara pada industri alat tulis, tren permintaan pasar tergolong musiman yaitu ketika masuk sekolah. Jadi, kata dia, permintaan meningkat pada pertengahan tahun sekitar Juni, kemudian akan berulang di tahun ajaran baru berikutnya.
"Kemudian industri mainan anak Ini merupakan industri yang sangat bergantung pada bahan baku plastik, terutama yang mainan plastik," tuturnya dalam acara Rilis IKI April 2023 itu.
Hal tersebut tergantung dengan harga minyak bumi. Ketika harga minyak dunia meningkat, lanjut dia, pasti bahan baku meningkat. Menurutnya, ini menyebabkan permintaan menjadi signifikan.
"Selain itu, saat ini konsumen dalam negeri lebih memilih (membeli) pangan daripada membeli mainan," ujar Reni.
Oleh sebab itu, pihaknya akan meningkatkan produk binaan Ditjen Ikma supaya bisa ekspansi. Dengan kondisi pasar Eropa dan Amerika yang terkontraksi, pihaknya berupaya mencari pasar baru.
"Disamping itu, kami juga giat melakukan edukasi maupun literasi digital agar bsa berjualan dengan marketplace yang ada," tuturnya.
Pihaknya juga berupaya menjaga pangsa pasar domestik dengan meningkatkan penetrasi IKM dalam negeri, melalui kebijakan tingkat komponen industri dalam negeri industri kecil atau TKDN IK.
Lebih lanjut, pihaknya juga akan menjaga daya saing produk dengan kualitas. Tak hanya itu, Kemenperin juga akan memfasilitasi pelaku IKM yang produknya wajib memiliki SNI, seperti mainan anak dan kain bayi.
"Kami juga mendorong pemasaran secara online atau digital melalui marketplace, serta fasilitasi pameran di dalam dan luar negeri, seperti pameran perhiasan di Hongkong, pameran mainan di Jerman dan alat musik di Amerika," tuturnya.
Baca juga: Gudang Solar Ilegal AKBP Achiruddin Hasibuan, Pertamina: Kami Dukung Penyelidikan Kepolisian
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.