Bukan Resesi, Chatib Basri Sebut Ada Risiko Perlambatan Ekonomi RI Meski Kini Tumbuh Kuat
Reporter
Riani Sanusi Putri
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Selasa, 7 Februari 2023 06:30 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Menteri Keuangan, Chatib Basri, menanggapi soal data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukan pertumbuhan ekonomi pada 2022 sebesar 5,31 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 2,61 persen year on year (YoY). Hal tersebut sesuai dengan prediksinya lantaran ekonomi Indonesia tumbuh kuat sepanjang 2022.
Kendati demikian, ia mengingatkan ada risiko perlambatan ekonomi bagi Indonesia ke depan. "Konsisten dengan prediksi ini pertumbuan ekonomi antar triwulan tumbuh 0,36 persen, dan YoY 5,01 persen, mulai melambat," tutur Chatib melalui akun Twitter pribadinya pada Senin, 6 Desember 2023.
Baca: BPS Sebut Pertumbuhan Ekonomi 2022 Ditopang Harga Komoditas, Airlangga: Masih Landai Relatif Tinggi
Ia manilai hal itu sejalan dengan menurunnya harga komoditas dan energi. Sehingga ekspor akan melambat dalam beberapa bulan ke depan. Chatib pun memprediksi hal yang sama pada pertumbuhan investasi. Menurutnya investasi di Indonesia akan melemah akibat kenaikan suku bunga.
Dengan demikian, kata dia, ada risiko perlambatan ekonomi tahun 2023. Sementara ekonomi akan tumbuh 4,5 sampai 5 persen.
"Melambat, namun bukan resesi. Situasi ekonomi Indonesia perkiraan saya tak seburuk yang banyak dibicarakan," tuturnya. Pasalnya, kontribusi ekspor Indonesia terhadap PDB hanya 25 persen.
Akibatnya, menurut Chatib, dampak negatif global terhadap perekonomian Indonesia akan terbatas. Dia menilai 2023 bukanlah tahun yang mudah, namun probabilitas Indonesia mengalami resesi relatif kecil.
Selanjutnya: "Sedari awal saya mengatakan..."
<!--more-->
"Sedari awal saya mengatakan risiko Indonesia masuk resesi kecil probabilitasnya," ucap Chatib.
Kemarin BPS mengumumkan pertumbuhan ekonomi pada 2022 mencapai 5,3 persen lantaran didorong oleh ekspor dan konsumsi rumah tangga. Kepala BPS Margo Yuwono menyatakan konsumsi rumah tangga mampu tumbuh 4,93 persen YoY pada 2022 atau lebih baik dari 2021 yang hanya tumbuh 2,02 persen YoY.
Selain itu, penyertaan modal tetap bruto (PMTB) alias investasi fisik menjadi sumber pertumbuhan tertinggi lainnya, yakni sebesar 1,24 persen. Margo menyebut ada net ekspor 0,81 persen, serta lainnya seperti konsumsi pemerintah dan konsumsi Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) sebesar 0,65 persen.
Pulihnya mobilitas masyarakat juga dinilai mendorong pertumbuhan ekonomi di Tanah Air. Hal tersebut ditunjukkan oleh kenaikan pajak penghasilan (PPh) Pasal 21 sebesar 18,36 persen.
Peningkatan mobilitas terlihat dari peningkatan jumlah penumpang di seluruh moda transportasi dan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara yang naik sebesar 251,28 persen pada 2022 YoY. Rata-rata tingkat penghunian kamar (TPK) hotel bintang meningkat 11,54 persen YoY.
Baca juga: BPS: Pertumbuhan Ekonomi RI pada 2022 Terkonsentrasi di Jawa dan Sumatera
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.