Harga Beras Masih Tinggi, Pedagang Salahkan Bulog karena...
Reporter
Riani Sanusi Putri
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Minggu, 5 Februari 2023 10:37 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) menyatakan harga beras saat ini masih tinggi. Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat IKAPPI Reynaldi Sarijowan mengungkapkan masalah ini karena kesalahan Perum Bulog.
"Masih tinggi karena memang ini bermula dari kesalahan Bulog yang tidak melakukan penyerapan di awal tahun lalu," kata Reynaldi, Sabtu, 3 Februari 2023.
Baca: Ada Pedagang Diduga Oplos Beras Bulog dengan Beras Lain, Harga Rp 8.300 Jadi Rp 12 Ribu
Menurut dia, kesalahan itu yang mempengaruhi harga beras di pasaran saat ini. Sehingga, kata dia, harga beras masih melonjak walaupun sudah Bulog sudah melakukan impor beras sejak akhir tahun lalu.
Adapun, Reynaldi mengatakan komoditas ini sudah mengalami kenaikan lebih dari dua bulan yang lalu. Namun, kenaikan harga beras di atas harga eceran tertinggi (HET) melonjak tajamnya pada di dua bulan terakhir.
"Dan memang tidak bisa dipungkiri tidak bisa dihindari bahwa harga beras tetap di atas HET sampai panen raya akan terjadi," kata dia.
Karena itu, ia meminta Bulog sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bidang pangan untuk menyelesaikan persoalan beras dengan sungguh-sungguh. Artinya, melakukan penyerapan yang maksimal ketika sedang terjadi panen dan memastikan penyaluran cadangan beras pemerintah (CBP) tepat sasaran ketika harga sedang melonjak. Sehingga, stok dan harga beras bisa stabil di pasaran.
Dia berharap Bulog dapat melaksanakan tugasnya untuk melakukan penyerapan terhadap beras petani pada panen raya bulan depan. "Fokus saja soal beras tidak usah ngurus yang lain. Walaupun begitu kami tetap mengapresiasi langkah Bulog untuk melakukan operasi harga sehingga harga tidak melambung tinggi dan stok tetap ada di pasar," ucapnya.
Selanjutnya: Perum Bulog sebelumnya melaporkan...
<!--more-->
Perum Bulog sebelumnya melaporkan mendapatkan pinjaman dari himpunan bank negara (Himbara) sebanyak Rp 7 triliun untuk pengadaan cadangan beras pemerintah (CBP) tahun ini. Dana tersebut juga dialokasikan untuk impor beras yang kini masih berlangsung hingga pertengahan Februari mendatang.
Adapun Bulog mendapatkan tugas dari Badan Pangan Nasional (Bapanas) untuk menyerap hasil panen petani sebanyak 2,4 juta ton.Sedangkan target penyaluran CBP untuk program Stabilisasi harga tahun ini sebesar 1,2 juta ton.
Sehingga diharapkan Bulog memiliki cadangan sebanyak 1 juta ton di gudangnya pada akhir tahun. Bulog pun berencana menyerap beras dari sentra produksi di Makassar, Sulawesi Selatan, NTB, Lampung, dan beberapa wilayah produksi di Pulau Jawa.
“Saya komitmen 2,4 juta ton ini kita serap dari produksi dalam negeri. Jadi produksi petani akan diambil Bulog,” ujar Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso alias Buwas.
Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi mengatakan target penyerapan beras Bulog naik dua kali lipat menjadi 2,4 juta ton untuk menghindari potensi impor beras di akhir tahun. Pasalnya, berdasarkan data BPS, panen dalam negeri akan mencapai 1,9 juta ton.
Kemudian, pada Desember 2022 diperkirakan bakal ada hasil panen sebanyak 1,4 juta ton, Januari diperkirakan panen 1,3 juta ton, dan panen di Februari meningkat sebanyak 4,3 juta ton. Sementara kebutuhan beras nasional adalah 2,5 juta ton per bulan, sehingga ada potensi Indonesia kekurangan stok pada akhir tahun.
Baca juga: Buwas Usul Tunjangan PNS Kembali dalam Bentuk Beras: Kualitasnya Bagus, Saya Berani Jamin
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.