Curhat Gubernur BI Mati-matian Stabilkan Rupiah, Cadangan Devisa Turun jadi USD 130,1 M
Reporter
Bisnis.com
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Senin, 21 November 2022 23:57 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo blak-blakan menjelaskan bahwa pihaknya selama ini berupaya semaksimal mungkin agar bisa menstabilkan nilai tukar rupiah. Hal itu disampaikannya dalam rapat kerja bersama dengan Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat, Senin, 21 November 2022.
“Kami terus lakukan langkah mati-matian untuk melakukan stabilisasi nilai tukar agar imported inflation tidak terlalu tinggi, stabilitas moneter dan keuangan terjaga, kondisi korporasi juga baik,” kata Perry.
Baca: 4 Penyebab Kurs Rupiah Masih Melemah di Rentang 15.600-an per Dolar AS
Rupiah ditutup di level 15.628 per dolar AS pada akhir perdagangan Senin, 21 November 2022, atau melemah 0,13 persen atau 20 poin ketimbang akhir pekan lalu.
Depresiasi rupiah dibanding mata uang lain
Dalam catatan BI, kata Perry, nilai tukar rupiah hingga 16 November 2022 telah terdepresiasi hingga 8,6 persen. Meski begitu, penurunan kurs itu masih lebih rendah ketimbang mata uang negara lainnya.
Untuk menopang stabilitas nilai tukar rupiah tersebut, Perry menjelaskan, bank sentral melakukan intervensi pasar. Akibatnya, cadangan devisa Indonesia turun cukup signifikan hingga kuartal ketiga tahun 2022.
<!--more-->
Cadangan devisa tercatat turun hingga US$ 9,8 miliar pada periode tersebut. “Kami melakukan intervensi dalam jumlah yang besar, itulah kenapa cadangan devisa turun dari US$ 139,9 miliar menjadi sekitar US$ 130,1 miliar,” tutur Perry.
Cadangan devisa diupayakan tak terus turun
Ia pun memastikan BI akan terus mengupayakan agar posisi cadangan devisa Indonesia tidak kembali turun. Salah satunya adalah dengan menahan devisa hasil ekspor lebih lama di dalam negeri, melalui kebijakan devisa hasil ekspor (DHE).
“Kami akan terus memutar otak supaya (devisa) para eksportir bisa stay longer di dalam negeri dan mekanisme ini," ujar Perry. "Bu Destry terus bernegosiasi dengan para perbankan dan eksportir supaya meningkat dan mengupayakan cara lain agar cadangan devisa tidak turun."
Tak hanya itu, Perry memastikan, bank sentral juga terus berkoordinasi dengan pemerintah, perbankan, dan sektor riil. Koordinasi ini dilakukan untuk menyiapkan insentif, yang itu dengan menawarkan tingkat suku bunga yang lebih menarik.
“Kami sudah diskusikan, sehingga akan bisa direalisasikan, sehingga (hasil devisa ekspor) tidak hanya masuk sebentar lalu pergi, jadi bisa lebih lama dengan mekanisme suku bunga,” kata Perry lebih jauh ketika menjelaskan apa saja yang dilakukan BI untuk menjaga rupiah tak semakin tertekan.
BISNIS
Baca juga: Rupiah Tetap Jeblok Meski BI Naikkan Suku Bunga ke Level Tertinggi dalam 6 Tahun, Kenapa?
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini