Curhat Gubernur BI Mati-matian Stabilkan Rupiah, Cadangan Devisa Turun jadi USD 130,1 M

Senin, 21 November 2022 23:57 WIB

Menteri Keuangan Sri Mulyani (kanan) dan Gubernur BI Perry Warjiyo (kiri) mengikuti rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis, 31 Mei 2018. Rapat kerja tersebut membahas kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal dalam RAPBN 2019. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A

TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo blak-blakan menjelaskan bahwa pihaknya selama ini berupaya semaksimal mungkin agar bisa menstabilkan nilai tukar rupiah. Hal itu disampaikannya dalam rapat kerja bersama dengan Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat, Senin, 21 November 2022.

“Kami terus lakukan langkah mati-matian untuk melakukan stabilisasi nilai tukar agar imported inflation tidak terlalu tinggi, stabilitas moneter dan keuangan terjaga, kondisi korporasi juga baik,” kata Perry.

Baca: 4 Penyebab Kurs Rupiah Masih Melemah di Rentang 15.600-an per Dolar AS

Rupiah ditutup di level 15.628 per dolar AS pada akhir perdagangan Senin, 21 November 2022, atau melemah 0,13 persen atau 20 poin ketimbang akhir pekan lalu.

Depresiasi rupiah dibanding mata uang lain

Advertising
Advertising

Dalam catatan BI, kata Perry, nilai tukar rupiah hingga 16 November 2022 telah terdepresiasi hingga 8,6 persen. Meski begitu, penurunan kurs itu masih lebih rendah ketimbang mata uang negara lainnya.

Untuk menopang stabilitas nilai tukar rupiah tersebut, Perry menjelaskan, bank sentral melakukan intervensi pasar. Akibatnya, cadangan devisa Indonesia turun cukup signifikan hingga kuartal ketiga tahun 2022.

<!--more-->

Cadangan devisa tercatat turun hingga US$ 9,8 miliar pada periode tersebut. “Kami melakukan intervensi dalam jumlah yang besar, itulah kenapa cadangan devisa turun dari US$ 139,9 miliar menjadi sekitar US$ 130,1 miliar,” tutur Perry.

Cadangan devisa diupayakan tak terus turun

Ia pun memastikan BI akan terus mengupayakan agar posisi cadangan devisa Indonesia tidak kembali turun. Salah satunya adalah dengan menahan devisa hasil ekspor lebih lama di dalam negeri, melalui kebijakan devisa hasil ekspor (DHE).

“Kami akan terus memutar otak supaya (devisa) para eksportir bisa stay longer di dalam negeri dan mekanisme ini," ujar Perry. "Bu Destry terus bernegosiasi dengan para perbankan dan eksportir supaya meningkat dan mengupayakan cara lain agar cadangan devisa tidak turun."

Tak hanya itu, Perry memastikan, bank sentral juga terus berkoordinasi dengan pemerintah, perbankan, dan sektor riil. Koordinasi ini dilakukan untuk menyiapkan insentif, yang itu dengan menawarkan tingkat suku bunga yang lebih menarik.

“Kami sudah diskusikan, sehingga akan bisa direalisasikan, sehingga (hasil devisa ekspor) tidak hanya masuk sebentar lalu pergi, jadi bisa lebih lama dengan mekanisme suku bunga,” kata Perry lebih jauh ketika menjelaskan apa saja yang dilakukan BI untuk menjaga rupiah tak semakin tertekan.

BISNIS

Baca juga: Rupiah Tetap Jeblok Meski BI Naikkan Suku Bunga ke Level Tertinggi dalam 6 Tahun, Kenapa?

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini

Berita terkait

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

22 jam lalu

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

Pada perdagangan Kamis, kurs rupiah ditutup melemah pada level Rp 16.187 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

1 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

1 hari lalu

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

1 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

1 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

1 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

1 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

2 hari lalu

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

BI mengungkapkan uang beredar dalam arti luas pada Maret 2024 tumbuh 7,2 persen yoy hingga mencapai Rp 8.888,4 triliun.

Baca Selengkapnya

Timnas AMIN Jelaskan Urgensi Pertemuan Jokowi dan Prabowo untuk Bahas RAPBN 2025

2 hari lalu

Timnas AMIN Jelaskan Urgensi Pertemuan Jokowi dan Prabowo untuk Bahas RAPBN 2025

Awalil menilai pertemuan dan koordinasi antara Jokowi dan Prabowo memang diperlukan dan sangat penting dilakukan saat ini.

Baca Selengkapnya

Alipay Beroperasi di Indonesia? BI: Belum Ada Pengajuan Formal

2 hari lalu

Alipay Beroperasi di Indonesia? BI: Belum Ada Pengajuan Formal

Para pemohon termasuk perwakilan Ant Group sebagai pemilik aplikasi pembayaran Alipay bisa datang ke kantor BI untuk meminta pre-consultative meeting.

Baca Selengkapnya