Respons Luhut, Jokowi, hingga Ekonom soal Potensi Tak Tercapainya Komunike di KTT G20
Reporter
Moh. Khory Alfarizi
Editor
Martha Warta Silaban
Rabu, 16 November 2022 11:40 WIB
TEMPO.CO, Jakarta -Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 belum dapat dipastikan akan menghasilkan leaders communique atau komunike. Hal tersebut diamini oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dalam konferensi pers persiapan G20 di Nusa Dua Bali pada Sabtu, 12 November 2022.
Luhut mengaku tak bisa memastikan soal komunike sebagai hasil KTT G20 di Bali. Pasalnya, penyelenggaraan G20 kali ini berlangsung di tengah situasi geopolitik yang sangat kompleks. "Belum pernah ada G20 dengan situasi dunia sekompleks sekarang. Kalau nanti tidak menghasilkan leaders communique, ya sudah tidak apa-apa," kata Luhut.
Menurutnya, hal yang wajar apabila persamuhan para kepala negara anggota G20 itu tak menghasilkan komunike. Misalnya, eskalasi perang Rusia-Ukraina, krisis global setelah pandemi Covid-19, hingga ancaman krisis karena perubahan iklim.
Tetapi Luhut tetap memastikan ada banyak efek limpasan yang akan dihasilkan dari pertemuan tingkat tinggi itu. Menurutnya, dampak KTT G20 akan mengalir ke 361 titik yang nilainya jutaan dolar. Efek berentet yang ia maksud adalah kebijakan bersama untuk sektor kesehatan hingga dialog mengenai dekarbonisasi.
Luhut lebih melihat agenda internasional tersebut sebagai agenda untuk membangkitkan ekonomi Pulau Dewata. Apalagi dalam dua tahun ke belakang, ekonomi Bali ambruk karena pandemi Covid-19. "Sekarang kita berharap, ini akan mengobati luka yang dalam di Bali selama 2 tahun lalu," kata dia.
Presiden Joko Widodo alias Jokowi mengatakan KTT yang berlangsung pada 15-16 November 2022 harus berhasil. Pertemuan itu akan menghasilkan leaders communique atau komunike jika mencapai kesepakatan pada hari terakhir KTT.
"KTT G20 harus berhasil dan tidak boleh gagal," kata Jokowi saat membuka KTT G20 di Apurva, Nusa Dua, Bali, 15 November 2022.
Berbagai kekhawatiran atas tidak tercapainya kesepakatan dalam KTT G20 menguat lantaran memanasnya kondisi geopolitik global karena perang Rusia dan Ukraina. Indonesia sebagai Presidensi G20 bertugas menjembatani permasalahan itu agar mencapai hasil KTT yang diharapkan.
Namun, pemerintah tetap yakin ada komunike di Presidensi G20. Sekretaris Menko Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso mengatakan empat kali pertemuan Sherpa G20 telah berhasil dilalui.
“Dinamika pembahasannya cukup berkembang. Prosesnya alhamdulilah berjalan lancar,” kata Susiwijono dalam pertemuan para pemimpin redaksi media nasional di Bali, Rabu, 15 November 2022.
Mengutip siaran pers Kemenko Perekonomian, Pertemuan Sherpa G20 keempat yang sekaligus merupakan pertemuan terakhir menyongsong KTT G20 dalam Presidensi G20 Indonesia, telah dilangsungkan di Jimbaran, Bali, pada 11-14 November.
Pertemuan tersebut dibuka pada 11 November lalu oleh Co-Sherpa G20 Indonesia Edi Prio Pambudi dan dihadiri juga oleh Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso selaku Ketua Sekretariat Gabungan Sherpa Track dan Finance Track Presidensi G20 Indonesia.
Lebih lanjut ia mengatakan Sherpa menghasilkan dokumen luar bagi KTT G20 summit atau pertemuan puncak para pemimpin dunia yang berlangsung mulai hari ini hingga besok (15-16 November 2022).
Selanjutnya: Isu Komunike Sangat Sensitif<!--more-->
“Tadi malam Menko (Airlangga Hartarto) sudah jelas. Intinya kita bersyukur. Karena ada tahapan adopsi di tingkat leaders (pemimpin dunia). Sangat sensitif,” ujar dia.
Menurut dia, secara umum struktur dokumen sama. Terdiri dari paragraf pembuka dan substansi yang tertuang dalam declaration leaders. “Di paragraf awal sensitif, karena ada update soal makro ekonomi,” kata dia.
Adapun di leaders declaration terdiri dari 226 proyek multilateral dan 140 proyek bilateral. “Ini baru outcome document. Semoga bisa disetujui KTT G20 hari ini,” kata dia.
Sementara Presiden Dewan Eropa Charles Michel mengatakan pertemuan Sherpa menjelang Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 menunjukkan hasil positif. Pembahasan mengenai isu-isu strategis G20 di level menteri dan deputi akan dibawa dalam pertemuan para kepala negara dalam KTT pagi ini, Selasa, 15 November 2022.
"Soal komunike, kesepakatan di level Sherpa pada kemarin sore menghasilkan sesuatu yang positif," ujar Michel di Nusa Dua, Bali, Selasa pagi, 15 November. Sherpa track Presidensi G20 Indonesia mencakup 12 working groups dan sepuluh engagement groups.
Menanggapi pernyataan Luhut, Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira menjelaskan komunike selalu tercapai dalam setiap penyelenggaraan G20.
"Jadi kalau tidak terjadi komunike, ini merupakan salah satu G20 paling gelap sepanjang sejarah penyelenggaraan G20," ujar Bhima pada Minggu, 13 November 2022.
Ia menilai jika Presidensi G20 kali ini tak mencapai komunike, maka bisa dikatakan sebagai bentuk kegagalan. Sebab komunike adalah hal yang sangat penting. Meskipun G20 ini bersifat non-binding atau tidak mengikat, menurut Bhima, setidaknya akan ada arahan yang jelas dan gambaran bagaimana pemimpin dunia memandang isu-isu strategis ke depan.
Komunike itu, kata dia, akan memperlihatkan seperti apa dan bagaimana kerangka kebijakan multilateral di tengah berbagai tantangan global saat ini. Misalnya soal resesi atau krisis yang tidak bisa dihadapi oleh satu negara melainkan harus bekerja sama dengan negara-negara lainnya.
Pada penyelenggaraan G20 tahun sebelumnya di Roma, Italia pun, komunike tetap tercapai di tengah tensi perang dagang yang meningkat. Terlebih, saat itu tengah terjadi lonjakan kasus Covid-19 di Roma pada 2021. Bhima mengatakan saat itu G20 tetap menghasilkan leaders declaration yang memuat 61 poin pernyataan.
"Kalau tidak ada komunike di Bali artinya anggaran yang selama ini digunakan itu bisa dibilang sebagian terbuang percuma digunakan untuk penyelenggaraan presidensi G20," ucap Bhima.
Selain itu, tercapainya komunike semakin penting karena ada isu yang sentral seperti perang Rusia-Ukraina. Meski telah dipastikan Presiden Rusia Vladimir Putin tidak hadir secara fisik di Bali nanti. Bhima berharap kehadiran menteri luar negeri Rusia yang mewakili Putin dapat membuat komunike tetap tercapai, khususnya soal pengakhiran perang di Ukraina.
Meski kemungkinan besar perdebatan ihwal isu tersebut berlangsung alot, menurut Bhima, Indonesia harus bisa mendorong tercapainya suatu kesepakatan. Sehingga sebagai juru damai yang tidak punya kepentingan dengan perang di Ukraina, Indonesia seharusnya tetap bisa mendorong adanya komunike.
Sehingga, optimisme terhadap komunike itu yang menjadi catatan positif bagi penyelenggaraan presidensi G20 tahun ini. "Sekali lagi tanpa komunike, bisa dikatakan G20 tidak mencapai kesepakatan apapun," tuturnya.
MOH KHORY ALFARIZI | ANTON APRIANTO | RIANI SANUSI PUTRI
Baca Juga: Biden Cs Kucurkan USD 600 Miliar untuk Atasi Gap Kesenjangan Infrastruktur Negara Berkembang