TEMPO.CO, Jakarta -Amerika Serikat dan Uni Eropa menginisiasi pertemuan Partnership for Global Infrastructure and Investment (PGII) untuk membantu memperkecil celah kesenjangan infrastruktur antara negara maju dan berkembang. Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan negara-negara G7 akan membantu menggalang dana US$ 600 miliar dalam bentuk pinjaman dan hibah yang ditujukan untuk pembangunan infrastruktur dan mempercepat transisi energi.
"Kami dari negara-negara G7 pada Juni lalu menyepakati kemitraan untuk investasi senilai US$ 600 miliar. Ini adalah suatu kewajiban bagi saya memberikan hasil nyata untuk semua orang," ujar Biden di The Apurva Kempinski, Nusa Dua Bali, di sela-sela KTT G20.
Biden melihat pembangunan infrastruktur yang berkualitas sangat penting untuk pertumbuhan ekonomi suatu negara, memastikan kelancaran rantai pasokan global, meningkatkan keamanan ekonomi dan nasional, dan menjamin kesehatan penduduk dunia serta kesetaraan gender. Dana ini akan dihimpun dan dikucurkan untuk negara-negara berkembang dalam lima tahun ke depan atau hingga 2027.
Sejalan dengan proyek PGII, Indonesia akan mendapatkan keuntungan investasi senilai US$ 20 miliar melalui proyek Kemitraan Transisi Energi Inonesia (JETP). Koalisi negara-negara G7+ bersepakat membantu Indonesia mempercepat transisi energi, termasuk untuk mendukung pensiun dini PLTU batu bara.
"Kami bersama Indonesia dan Jepang bersama-sama menciptakan kemitraan transisi energi yang berkeadilan. Bersama-sama kita memobilisasi US$ 20 juta dalam EBT dan mendukung pekerja transisi energi untuk batu bara," kata Biden.
Presiden Joko Widodo alias Jokowi menuturkan sebagai Presidensi G20 dan Ketua ASEAN tahun depan, Indonesia akan memastikan negara-negara berkembang mendapat manfaat dari inisiatif global transformasional. "Kami bekerja sama dengan mitra, termasuk di ASEAN dan kawasan Indo-Pasifik, untuk mewujudkan visi PGII," katanya.
Indonesia berupaya mempercepat transisi energi guna mencapai target net zero emission atau NZE pada 2060. Dalam peta jalan sebelumnya, Indonesia akan mempensiun-dinikan PLTU batu bara dan meningkatkan pemanfaatan energi baru terbarukan. Indonesia juga tengah membangun ekosistem kendaraan listrik untuk mengurangi emisi karbon.
Dalam enam bulan ke depan, Indonesia akan memimpin persiapan rencana aksi untuk mencapai tujuan kemitraan bersama ini. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengklaim Indonesia akan melaksanakan upaya-upaya yang konkret dan kolaboratif.
"Transisi energi ini akan dipimpin oleh Indonesia dengan memaksimalkan platform-platform dalam negeri yang dipimpin PT SMI," kata dia. Adapun dari dana sebesar US$ 20 miliar, sebanyak US$ 10 miliar berasal dari Internasional Partner Group (IPG) dan US$ 10 miliar dari The Glasgow Financial Alliance for Net Zero (GFANZ).
Climate Counselor to The Secretary at US Department of The Teasury John Morton menggambarkan inisiatif ini merupakan upaya kemitraan yang historis. Dia menyebut penggalangan dana itu menjadi kemitraan dengan nilai investasi terbesar untuk transisi energi.
"Dan kami sudah senang sekali bisa bekerja sama selama sembilan bulan terakhir ini dengan Indonesia. Ini menandai komitmen Indonesia untuk mempercepat transisi energi," katanya.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA | DANIEL AHMAD
Baca Juga: Joe Biden Tersandung saat Naik Tangga, Diselamatkan Jokowi
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.