Sektor Logistik Bisa Kurangi Dampak Resesi Global, SCI: Harus Fokus pada Transportasi
Reporter
Moh. Khory Alfarizi
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Sabtu, 12 November 2022 11:01 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Chairman Supply Chain Indonesia (SCI) Setijadi mengatakan sektor logistik berperan penting dalam mengurangi dampak resesi global yang disebut-sebut bakal terjadi pada 2023. Karena pada akhirnya, logistik yang efisien bisa membantu mencegah pelemahan daya beli masyarakat.
“Efisiensi biaya logistik dapat mengurangi potensi kenaikan harga produk dan komoditas yang akan dibeli masyarakat,” ujar Setijadi lewat keterangan tertulis yang dikutip Sabtu, 12 November 2022.
Pernyataan tersebut merespons proyeksi sejumlah lembaga nasional dan internasional soal potensi resesi global tahun 2023 berdasarkan sejumlah indikator. Salah satunya Dana Moneter Internasional (IMF) yang telah menurunkan prediksi pertumbuhan ekonomi global menjadi hanya 2,9 persen pada 2023.
Baca: Erick Thohir Yakin RI Tahan dari Ancaman Krisis: Ekonomi Tumbuh 5 Persen sampai 2025
Upaya peningkatan efisiensi logistik, Setijadi mengatakan, perlu difokuskan pada proses transportasi karena biaya transportasi berkontribusi sekitar 70 persen dari biaya logistik total. Komponen biaya logistik lainnya pada proses pergudangan lebih terkendali dalam lingkup internal perusahaan.
Menurut dia, perbaikan transportasi perlu memperhatikan jenis produk dan komoditas karena perbedaan kontribusi biaya transportasi terhadap harganya. Berdasarkan pengamatan di perusahaan pada beberapa sektor, biaya transportasi terhadap harga jual produk minuman, misalnya, sekitar 3-8 persen.
Sementara, untuk makanan ringan sekitar 10-25 persen, dan semen mencapai 15-20 persen. Untuk produk yang bernilai tinggi, nilai perbandingan itu relatif kecil. “Misalnya, untuk produk otomotif sekitar 0,5-2 persen dan produk farmasi sekitar 0,5-1 persen,” ucap dia.
Setijadi menjelaskan upaya peningkatan efisiensi transportasi dapat dilakukan pada tiga aspek, yaitu people (kompetensi personel), proses dan teknologi. Kompetensi personil tidak hanya mencakup kompetensi teknis untuk aktivitas operasional harian (day-to-day operations), tapi juga kemampuan manajerial dan strategis.
Selanjutnya: “Seperti mengidentifikasi dan mengeksekusi..."
<!--more-->
“Seperti mengidentifikasi dan mengeksekusi peluang bisnis,” kata Setijadi.
Efisiensi juga sangat tergantung dari proses yang harus dipahami secara end-to-end dan komprehensif. Proses konsolidasi, misalnya, sering tidak dipahami sehingga tidak menjadi peluang peningkatan efisiensi itu.
“Selanjutnya, penggunaan teknologi, termasuk teknologi informasi, tidak dapat ditawar lagi dalam meningkatkan produktivitas dan efisiensi operasional transportasi,” tutur dia.
Upaya peningkatan efisiensi transportasi yang dilakukan oleh pelaku industri juga menurut dia, harus didukung dengan perbaikan dan pengembangan sistem transportasi secara nasional. Dan melibatkan semua pemangku kepentingan.
Setijadi berharap pemerintah terus meningkatkan pembangunan infrastruktur untuk lebih meratakan penyebaran dan meningkatkan kapasitas infrastruktur, termasuk pelabuhan, serta jaringan jalan dan rel. Lainnya termasuk operator infrastruktur logistik harus meningkatkan fasilitas, kapabilitas, dan layanannya.
“Dalam jangka panjang, dengan memperhatikan kondisi geografis Indonesia, harus dikembangkan sistem transportasi multimoda dengan transportasi laut sebagai backbone-nya,” ucap Setijadi. “Yang terintegrasi dengan transportasi hinterland setiap wilayah.”
Baca juga: Bahlil: Pertumbuhan Ekonomi 5,72 Persen, Jangan Kita Terbuai
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini