Uganda Mengaku Miliki Cadangan Emas 320 Ribu Ton, Ekonom: Harga Emas Bisa Turun
Reporter
Riani Sanusi Putri
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Minggu, 23 Oktober 2022 10:59 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira menanggapi penyataan pemerintah Uganda yang mengaku memiliki cadangan emas lebih dari 320 ribu ton. Klaim Uganda akan mempengaruhi psikologi pasar yang membuat harga emas akan turun.
Menurutnya hasil eksplorasi Uganda tersebut masih berupa cadangan dan proyeksi sehingga belum terbukti atau belum menjadi emas yang siap dijual belikan. "Efeknya lebih ke psikologis di pasar emas. Penemuan cadangan emas dalam skala besar bisa menurunkan harga emas," tuturnya saat dihubungi Tempo pada Ahad, 23 Oktober 2022.
Ia memperkirakan pasokan emas dunia akan naik. Terlebih di tengah ancaman resesi ini, banyak investor yang lebih tertarik membeli dolar Amerika Serikat sebagai safe haven. Artinya, investor cenderung memilih jenis investasi yang diharapkan nilainya tetap bertahan atau meningkat di tengah turbulensi di pasar.
Baca: Mengenal Pegadaian Tabungan Emas, Kini Sudah Ada Layanan Digitalnya
Bhima merujuk pada data RTI, harga emas di pasar spot turun sebesar 12,4 persen dalam enam bulan terakhir. Nilainya menjadi US$ 1.657 per ons. Sementara pada saat puncak pandemi di 2020, tuturnya, harga emas mencapai US$ 2.069 per ons.
Sebelumnya, Juru Bicara Kementerian Energi dan Pengembangan Mineral Uganda, Solomon Muyita mengatakan kepada Reuters bahwa negaranya memiliki 320.158 ton emas olahan dapat diekstraksi dari 31 juta ton bijih.
Selanjutnya: Cina Bangun Pabrik Emas di Uganda
Total jumlah emas tersebut berdasarkan hasil eksplorasi udara yang dua tahun terakhir di seluruh negeri dan diikuti oleh survei dan analisis geofisika dan geokimia.
<!--more-->
Ia mengungkapkan sebagian besar ditemukan di Karamoja, daerah luas yang kering di sudut timur laut negara itu di perbatasan dengan Kenya. Cadangan besar juga ditemukan di wilayah timur, tengah dan barat negara Afrika Timur.
Muyita mengatakan Wagagai, sebuah perusahaan China, telah mendirikan tambang di Busia di Uganda timur. Produksi diharapkan bisa dimulai pada tahun ini. Wagagai telah berinvestasi senilai US$200 juta dan tambangnya akan memiliki unit pemurnian.
Sementara itu, Presiden Uganda Yoweri Museveni tengah berusaha untuk meningkatkan investasi di pertambangan untuk mengembangkan sumber daya seperti tembaga, bijih besi, emas, kobalt dan fosfat. DPR Uganda pada awal 2022 telah memberlakukan undang-undang pertambangan baru. Alhasil, pemerintah Uganda akan membuka jalan bagi pembentukan perusahaan pertambangan negara.
Perusahaan pertambangan tersebut diwajib mengakuisisi 15 persen saham di setiap operasi penambangan. Kemudian investor akan diminta untuk menandatangani perjanjian bagi hasil dengan pemerintah. Sebelumnya, investor diberikan izin produksi pertambangan dengan prinsip siapa cepat dia dapat.
RIANI SANUSI PUTRI | REUTERS
Baca: Belum Mampu Beli Emas Batangan, Bisa Beli Emas Logam Mulia Gram Kecil
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini