Ekonom Anggap Perpanjangan DP Nol Persen Kredit Otomotif dan Properti BI 2023 Tepat

Jumat, 21 Oktober 2022 10:55 WIB

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo saat melakukan sambutan dalam gelaran Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) ke-9 tahun 2022 yang diselenggarakan di Jakarta Covention Center (JCC) pada Kamis, 6 Oktober 2022. TEMPO/ Khory Alfarizi

TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom senior dan Dewan Pakar Institute of Social, Economic and Digital (ISED) Ryan Kiryanto setuju dengan kebijakan Bank Indonesia yang memperpanjang pelonggaran ketentuan uang muka kredit atau pembiayaan bagi sektor properti maupun sektor kendaraan bermotor hingga akhir tahun depan.

Kata Ryan, di tengah tren kenaikan suku bunga acuan bank sentral, termasuk BI-Day Reverese Repo Rate yang terus dinaikkan Bank Indonesia hingga kini di level 4,75 persen. Maka stimulus untuk masyarakat mudah mendapatkan pembiayaan dari sektor perbankan harus tetap di berikan demi menggeliatkan sektor ekonomi itu.

"Perpanjangan kebijakan terkait properti sangat tepat di masa pemulihan ekonomi untuk menggairahkan kembali sektor properti yang di masa pandemi tertekan," kata Ryan saat dihubungi, Jumat, 21 Oktober 2022.

Menurut Ryan kedua sektor tersebut juga turut akan menjaga pergerakaan perekonomian Indonesia karena memiliki efek pengganda atau multiplier effect yang luas. Mulai dari besarnya penyerapan tenaga kerja sektor itu hingga kebutuhan bahan baku yang kompleks.

Baca: BI Sebut Pertumbuhan Kredit Masih Tinggi Meski Suku Bunga Acuan Dinaikkan, Ini Buktinya

Advertising
Advertising

"Bangkitnya sektor properti berdampak positif bagi perekonomian krn sektor ini memiliki dampak pengganda yang luar biasa besar," ujar Ryan.

Apalagi, Ryan melanjutkan, daya beli masyarakat Indonesia selama masa pemulihan akibat dampak Pandemi Covid-19 ini sebetulnya masih sangat bagus, yaitu terjaga di atas 5 persen dalam tiga kuartal terakhir. Makanya, kebijakan stimulus ini penting di tengah tren kenaikan suku bunga acuan.

Selain itu, keputusan BI yang kembali menaikkan suku bunga acuan untuk Oktober 2022 sebesar 50 basis poin kemarin menurutnya juga ditujukan untuk menjagkar ekspektasi inflasi pelaku ekonomi yang sudah terlalu tinggi terhadap Indonesia, yaitu 6-7 persen.

Di sisi lain, juga ditujukan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang terus melemah saat ini. Ryan berpendapat penguatan dolar AS yang menyebabkan mata uang banyak negara saat ini melemah, termasuk rupiah, lebih disebabka sentimen ketimbang faktor fundamental. Makanya, BI terpaksa merespons permasalahan ini.

"Faktor sentimen global yang membuat Rupiah dan mata uang lainnya baik di negara maju maupun negara berkembang terkoreksi oleh dolar AS yang menciptakan fenomena baru, yakni super strong US Dollar saat ini," kata Ryan.

Baca: Suku Bunga Dasar Kredit Mulai Naik, tapi Belum Imbangi Bunga Acuan BI

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini

Berita terkait

Pemerintah Dorong Lembaga Keuangan Prioritaskan Kredit untuk Difabel

2 jam lalu

Pemerintah Dorong Lembaga Keuangan Prioritaskan Kredit untuk Difabel

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mendorong lembaga keuangan penyalur Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk memprioritaskan kalangan difabel.

Baca Selengkapnya

Chandra Asri Raih Pendapatan Bersih US$ 472 Juta

13 jam lalu

Chandra Asri Raih Pendapatan Bersih US$ 472 Juta

PT Chandra Asri Pacific Tbk. (Chandra Asri Group) meraih pendapatan bersih US$ 472 juta per kuartal I 2024.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Tekankan Pentingnya Kekuatan APBN untuk Efektivitas Transisi Energi

1 hari lalu

Sri Mulyani Tekankan Pentingnya Kekuatan APBN untuk Efektivitas Transisi Energi

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menekankan pentingnya kekuatan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) untuk efektivitas transisi energi.

Baca Selengkapnya

OCBC NISP Cetak Laba Bersih Rp 1,17 Triliun di kuartal I 2024

1 hari lalu

OCBC NISP Cetak Laba Bersih Rp 1,17 Triliun di kuartal I 2024

PT Bank OCBC NISP Tbk. mencetak laba bersih yang naik 13 persen secara tahunan (year on year/YoY) menjadi sebesar Rp 1,17 triliun pada kuartal I 2024.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

1 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Realisasi Kredit Bank Mandiri Kuartal I 2024 Tembus Rp 1.435 Triliun

1 hari lalu

Realisasi Kredit Bank Mandiri Kuartal I 2024 Tembus Rp 1.435 Triliun

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. telah menyalurkan kredit konsolidasi sebesar Rp 1.435 triliun pada kuartal I 2024.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

2 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

2 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

2 hari lalu

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

Tiga bulan pertama 2024, kredit BNI utamanya terdistribusi ke segmen kredit korporasi swasta.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

3 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya