Mengenal Lebih Jauh Arti Resesi, Pemicu dan Ciri-cirinya

Sabtu, 15 Oktober 2022 11:00 WIB

Ilustrasi Resesi. shutterstock.com

TEMPO.CO, Jakarta - Belakangan kata resesi muncul usai sejumlah lembaga internasional dan para pejabat menyebutkannya sebagai ancaman yang bakal muncul pada tahun 2023. Resesi adalah kondisi ekonomi negara sedang memburuk dan terlihat dari Produk Domestik Bruto (PDB) negatif, pengangguran meningkat, hingga pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal berturut-turut.

Adapun resesi terjadi saat aktivitas ekonomi mengalami penurunan yang signifikan dalam waktu stagnan dan lama, mulai dari berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Keadaan tersebut terus menimbulkan dampak dalam kehidupan masyarakat.

Secara umum resesi terjadi saat ekonomi disuatu negara tumbuh negatif pada dua kuartal beruntun. Seperti yang diketahui, pada tahun 2020 lalu dunia mengalami resesi akibat terjadinya pandemi Covid-19. Walhasil, lapangan pekerjaan berkurang dan tidak sedikit pegawai yang dirumahkan.

Baca: Luhut Gunakan Istilah Perang Rakyat Semesta untuk Antisipasi Resesi, Apa Artinya?

Berikut ini beberapa hal pemicu resesi yang sudah dilansir dari berbagai sumber:

Advertising
Advertising

1. Guncangan Ekonomi

Pemicu resesi salah satunya adalah guncangan ekonomi yang mendadak, seperti saat dunia dilanda pandemi Covid-19. Hal tersebut ditandai dengan lemahnya daya beli masyarakat akibat kesulitan finansial.

2. Perkembangan Teknologi

Resesi bukan hanya faktor ekonomi saja, tapi juga berkaitan dengan berkembangnya teknologi. adanya revolusi industri membuat Artificial Intelligence (Al) dan juga robot akan menggantikan banyak dari pekerjaan manusia. Bila hal ini terjadi, akan banyak pekerja yang berpotensi dirumahkan dan menjadi pengangguran sehingga resesi tidak dapat dihindarkan.

3. Inflasi

Jika tahun 2020 lalu dunia mengalami resesi akibat Covid-19, sekarang resesi ekonomi dapat terjadi karena tingginya angka inflasi akibat harga sejumlah komoditas energi yang melambung.

4. Deflasi

Resesi tak hanya dipicu inflasi, tapi juga karena deflasi. Deflasi ini ditandai dengan menurunnya harga barang ataupun jasa. Sepintas, deflasi dapat meningkatkan daya beli masyarakat, akan tetapi jika terjadi secara berlebih maka akan merugikan penyedia jasa dan barang.

5. Tingginya suku bunga

Berikutnya adalah inflasi yang melambung tinggi dan akhirnya mendorong bank sentral menaikkan suku bunganya. Permasalahannya, dua hal tersebut dapat diperparah dengan daya beli yang mulai menurun dan dapat menjadi pemantik terjadinya resesi ekonomi.

Lalu bagaimana mendeteksi ciri-ciri resesi ekonomi? Berikut sedikitnya tiga ciri terjadinya resesi ekonomi dari berbagai sumber:

1. Pertumbuhan ekonomi yang negatif

Resesi ekonomi dapat terjadi saat pertumbuhan ekonomi di suatu negara berlangsung secara negatif hingga pada angka dua kuartal berturut-turut. Umumnya hal ini terjadi karena dipengaruhi oleh ketidakstabilan dari investasi, pendapatan nasional, konsumsi, pengeluaran, hingga ekspor-impor. Jika hal tersebut terjadi terus-menerus dalam jangka waktu yang lama, maka resesi akan sulit untuk dihindari.

2. Produksi dan konsumsi yang tidak seimbang

Bila kegiatan produksi berlebih, maka stok sebuah barang akan terus menumpuk. Padahal jumlah konsumsi yang lebih banyak dengan produksi akan berpotensi mendorong impor yang besar-besaran. Kondisi produksi dan konsumsi yang tidak seimbang ini membuat pengeluaran melambung tinggi dan laba perusahaan di dalam negeri semakin menipis.

3. Menurunnya lapangan kerja

Ciri resesi ekonomi lainnya adalah menurunnya lapangan pekerjaan membuat meningkatnya angka pengangguran dan menunjukkan lemahnya pertumbuhan ekonomi dari suatu negara. Jika hal ini terjadi, maka tingkat kriminalitas bakal naik tinggi. Akibat kian banyak perbuatan kriminal negara, maka dapat membuat investor kehilangan kepercayaan untuk menanamkan modal dan pada akhirnya suatu negara berpeluang untuk jatuh ke jurang resesi.

Baca juga: Pertemuan Menkeu dan Bank Sentral, Sri Mulyani: G20 Perlu Hasilkan Aksi Konkret

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Berita terkait

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

1 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

2 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Penjelasan Kemenkeu soal Prediksi Kenaikan Rasio Utang jadi 40 Persen pada 2025

3 hari lalu

Penjelasan Kemenkeu soal Prediksi Kenaikan Rasio Utang jadi 40 Persen pada 2025

Kemenkeu merespons soal kenaikan rasio utang pemerintah terhadap produk domestik bruto (PDB) pada 2025.

Baca Selengkapnya

BI Naikkan Suku Bunga Acuan Jadi 6,25 Persen, Perry Warjiyo: Untuk Perkuat Stabilitas Rupiah

3 hari lalu

BI Naikkan Suku Bunga Acuan Jadi 6,25 Persen, Perry Warjiyo: Untuk Perkuat Stabilitas Rupiah

BI akhirnya menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate menjadi 6,25 persen. Apa alasan bank sentral?

Baca Selengkapnya

Nilai Rupiah Ditutup Menguat pada Perdagangan Akhir Pekan

4 hari lalu

Nilai Rupiah Ditutup Menguat pada Perdagangan Akhir Pekan

PT Laba Forexinfo Berjangka Ibrahim Assuaibi mencatat, mata uang rupiah ditutup menguat dalam perdagangan akhir pekan.

Baca Selengkapnya

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

5 hari lalu

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

Didik mengingatkan agar pemerintah tidak menganggap enteng konflik Iran-Israel. Kebijakan fiskal dan moneter tak boleh menambah tekanan inflasi.

Baca Selengkapnya

Menkeu Sri Mulyani Siapkan Strategi Jaga Rupiah di Tengah Konflik Iran-Israel

6 hari lalu

Menkeu Sri Mulyani Siapkan Strategi Jaga Rupiah di Tengah Konflik Iran-Israel

Menteri Keuangan atau Menkeu Sri Mulyani Indrawati menyiapkan strategi untuk menjaga nilai tukar rupiah di tengah konflik Iran-Israel.

Baca Selengkapnya

Indeks Pembangunan Manusia Jakarta 2023 Meningkat, Angka Harapan Hidup 75,81 Tahun

9 hari lalu

Indeks Pembangunan Manusia Jakarta 2023 Meningkat, Angka Harapan Hidup 75,81 Tahun

Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono menyebut Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jakarta menjadi yang tertinggi di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Penjualan Eceran Maret Meningkat, Indeks Penjualan Riil Tumbuh 3,5 Persen

9 hari lalu

Penjualan Eceran Maret Meningkat, Indeks Penjualan Riil Tumbuh 3,5 Persen

BI memprediksi kinerja penjualan eceran bulan Maret 2024 tetap tumbuh. Indeks Penjualan Riil Maret 2024 tercatat sebesar 222,8 atau tumbuh 3,5 persen secara tahunan.

Baca Selengkapnya

Rupiah Tergelincir, Analis: Perputaran Besar saat Ramadan dan Idul Fitri Tak Mampu Membendung Dolar AS

10 hari lalu

Rupiah Tergelincir, Analis: Perputaran Besar saat Ramadan dan Idul Fitri Tak Mampu Membendung Dolar AS

Rupiah tergelincir 76 poin atau 0,47 persen menjadi Rp16.252 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.176 per dolar AS.

Baca Selengkapnya