Ingatkan Dunia dalam Bahaya, Sri Mulyani Minta Menkeu dan Gubernur Bank Sentral G20 Kompak Cari Solusi
Reporter
Arrijal Rachman
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Kamis, 13 Oktober 2022 08:04 WIB
TEMPO.CO, Washington - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati meminta para menteri keuangan dan gubernur bank sentral negara-negara anggota G20 kompak dan saling mendengarkan suara satu sama lain untuk menyelesaikan permasalahan ekonomi dunia yang saat ini dalam kondisi bahaya.
Saat memberikan kata sambutan dalam acara 4th Finance Ministers and Central Bank Governor (FMCBG) Meeting’ di Washington D.C., Amerika Serikat, Rabu, waktu setempat. Sri mengatakan kondisi ekonomi dunia yang dalam situasi sulit ini akan berkepanjangan hingga 2023 jika tidak ada penyelesaian yang diperoleh dari pertemaun G20 hari ini.
"Dunia menyaksikan kita. Kita dihadapkan pada ekspektasi tinggi untuk kerja sama dan membangun jembatan menunjukkan kepemimpinanya kenapa G20 pantas dikenal dengan reputasinya sebagai forum utama kerja sama internasional," kata Sri Mulyani dalam tayangan YouTube Kementerian Keuangan, Kamis, 13 Oktober 2022.
Baca: Sri Mulyani Ingatkan Menkeu dan Gubernur Bank Sentral Anggota G20: Dunia dalam Bahaya
Dalam Presidensi G20 yang saat ini dipegang oleh Indonesia, Sri Mulyani mengatakan, Indonesia memiliki hak untuk menavigasi negara-negara anggota G20 untuk terus menjaga solidaritasnya menyelesaikan permasalahan ekonomi dunia yang tengah menghadapi krisis tak berujung.
"Tapi, ini semua bisa diselesaikan dengan dialog yang membangun, didasari pada spirit kerja sama, kolaborasi, dan konsensus. Kita harus terus bersama-sama dan komitmen menyelesaikan permasalahan ekonomi global ini," ujar bendahara negara ini.
Secara pribadi, Sri Mulyani mengaku yakin bahwa G20 memiliki solusi untuk menyelesaikan permasalahan krisis berkepanjangan ini. Menurutnya, pertemuan G20 berdasarkan fakta empirisinya mampu menavigasi semua negara di dunia untuk kembali bangkit dan pulih dari setiap permasalahan krisis.
"Keyakinan saya ini didasari pada sejarah sukses G20 dalam merespons krisis keuangan global dan tebaru membawa aksi-aksi nyata terhadap solusi bagi negara-negara dunia selama pandemic Covid-19," katanya.
Sri Mulyani menekankan kerja sama ini karena 4th Finance Ministers and Central Bank Governor (FMCBG) Meeting yang digelar merupakan pertemuan terakhir antara menteri keuangan dan bank sentral dunia. Karena itu, dia meminta harus adanya solusi kolektif dari pertemuan ini untuk menyelesaikan krisis.
Pada awal kata sambutannya, Sri Mulyani juga menekankan bahwa kondisi dunia saat ini dalam posisi bahaya. Terutama akibat permasalahan tingginya angka inflasi dunia, pertumbuhan ekonomi yang lemah, krisis energi dan pangan, serta terpecah belahnya geopolitik.
Selanjutnya: Dunia dalam bahaya awalnya dipicu oleh perang di Ukraina.
<!--more-->
Semua ini, kata Sri Mulyani, dipicu oleh peperangan yang terjadi di Ukraina. Peperangan itu membuat rantai pasokan dunia terganggung sehingga perdagangan pangan dan energi mengalami permasalahan dan berujung pada minimnya pasokan dari dua komoditas itu sehingga harganya melambung tinggi.
Padahal, Sri Mulyani melanjutkan, dunia baru saja dalam tahap pemulihan dari dampak pandemi Covid-19 yang telah terjadi sejak 2019. Negara-negara dunia pun belum selesai menyelesaikan permasalahan keuangan negaranya yang terlilit utang demi menuntaskan permasalahan pandemi yang menekan kondisi ekonomi dan sosial masyarakatnya.
"Banyak dari kita yang memulainya dari tingginya posisi utang untuk membuat langkah yang luar biasa demi menyelamatkan ekonomi kita dari pandemi. Risiko ini telah membuat semakin buruk inflasi global dan mengancam stabilitas flobal," kata Sri Mulyani.
Risiko inflasi ini pun mau tidak mau harus direspons dengan kebijakan pengetatan moneter oleh bank sentral berbagai negara. Akibatnya, saat perekonomian baru tumbuh setelah terkontraksi saat pandemi, lajunya terhambat karena likuditas semakin mengetat.
"Ini membuat ancaman kepada pemulihan yang tengah berlangsung dan masih fregile. Kita bisa perkirakan situasi global masih akan sulit hingga akhir 2022 dan berkpenajangan hingga 2023," ujar Sri Mulyani.
Dengan kondisi itu, Sri Mulyani mengatakan kepada para menteri keuangan dan gubernur bank sentral negara-negara anggota G20 bahwa risiko resesi dunia tidak bisa dikesampingkan. Maka, tagline Presidensi G20 Indonesia Recover Stronger, Recover Together dinilai kian relevan.
"Kepemipian yang kuat dan kerja sama yang kuat dibutuhkan untuk melindungi kehidurpan orang-orang yang dalam bahaya dan juga membawa ekonomi masyarakat kembali kuat, mencapai keseimbangan yang berkelanjutan, dan pertumbuhan yang inklusif," ujar dia.
Baca juga: Luhut Gunakan Istilah Perang Rakyat Semesta untuk Antisipasi Resesi, Apa Artinya?
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.