Meski Turun, Ekonom Sebut Cadangan Devisa Indonesia Masih Aman

Minggu, 9 Oktober 2022 14:21 WIB

Presiden Joko Widodo atau Jokowi saat meresmikan program mandatori penggunaan B30 di SPBU Pertamina MT Haryono, Jakarta, Senin 23 Desember 2019. Penerapan mandatori B30 memang menjadi satu dari sekian program quick win untuk menghemat devisa. TEMPO/Subekti.

TEMPO.CO, Jakarta -Ekonom Center of Reform on Economics (CORE), Mohammad Faisal, menyebut cadangan devisa Indonesia masih aman. Meskipun tercatat turun sebesar US$1,4 miliar menjadi US$130,8 miliar pada September 2022.

“Itu tidak jeblok walaupun lebih rendah dibanding bulan-bulan sebelumnya,” ujar Faisal ketika dihubungi Tempo, Minggu, 9 Oktober 2022. “Karena dengan cadangan devisa sebesar itu bisa membiayai enam bulan impor. Jauh di atas batas aman minimal tiga bulan impor,” kata Faisal.

Cadangan devisa yang menurun ini, kata Faisal, tidak lepas dari kondisi global. Khususnya pergerakan capital outflow akibat penaikan tingkat suku bunga acuan The Fed yang menyebabkan pelemahan nilai tukar rupiah. Sehingga, Bank Indonesia meredam pelemahan nilai tukar rupiah dengan menggelontorkan cadangan devisa.

Sebelumnya, Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI), Erwin Haryono, memang menyampaikan bahwa penurunan posisi cadangan devisa periode tersebut dipengaruhi pembayaran utang luar negeri pemerintah. Selain itu, juga terdapat kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar rupiah sejalan dengan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.

Erwin mengataka posisi cadangan devisa tersebut masih setara dengan pembiayaan 5,9 bulan impor atau 5,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Angka ini masih berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.

Advertising
Advertising

“BI menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,” katanya dalam keterangan resmi, Jumat, 7 Oktober 2022.

Bank Sentral Amerika Serikat atau The Fed tercatat telah menaikkan suku bunga sebesar 300 basis poin untuk mengatasi inflasi yang masih tinggi. Kenaikan suku bunga acuan yang agresif ini mendorong keluarnya aliran aliran modal asing dari negara berkembang. Sehingga, menekan nilai tukar mata uang di negara-negara tersebut, termasuk Indonesia.

Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Wahyu Agung Nugroho, mengatakan BI terus berupaya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah tekanan yang tinggi di pasar keuangan global. Tidak hanya melalui intervensi di pasar spot, BI juga melakukan intervensi melalui Domestic Non-deliverable Forward (DNDF), serta dengan pembelian/penjualan SBN.

“Posisi cadangan devisa Indonesia mengalami penurunan yang cukup besar jika dibandingkan dengan posisi tahun lalu,” kata Wahyu, dikutip dari Bisnis. Namun menurutnya, posisi cadangan devisa masih mampu mendukung ketahanan eksternal Indonesia.

RIRI RAHAYU | BISNIS

Baca Juga: Sindiran Jokowi untuk Pejabat: Krisis Malah ke Luar Negeri, Dipamerin di Instagram

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Berita terkait

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

1 jam lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

3 jam lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

9 jam lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Viral Pria Robek Tas Hermes di Depan Petugas Bea Cukai Karena Tolak Bayar Pajak: Saya Gak Terima..

1 hari lalu

Viral Pria Robek Tas Hermes di Depan Petugas Bea Cukai Karena Tolak Bayar Pajak: Saya Gak Terima..

Viral seorang pria yang merobek tas Hermes mewah miliknya di depan petugas Bea Cukai. Bagaimana duduk persoalan sebenarnya?

Baca Selengkapnya

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

1 hari lalu

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

Data inflasi bulan April dinilai bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah bila hasilnya masih di kisaran 3,0 persen year on year.

Baca Selengkapnya

Kemendag Sosialisasikan Permendag Nomor 7 Tahun 2024 Soal Pengaturan Impor

1 hari lalu

Kemendag Sosialisasikan Permendag Nomor 7 Tahun 2024 Soal Pengaturan Impor

Permendag nomor 3 tahun 2023 diklaim belum sempurna.

Baca Selengkapnya

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

1 hari lalu

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

IHSG turun cukup drastis dan menutup sesi pertama hari Ini di level 7,116,5 atau -1.62 persen dibandingkan perdagangan kemarin.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

2 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Penerimaan Bea Cukai Turun 4,5 Persen

2 hari lalu

Penerimaan Bea Cukai Turun 4,5 Persen

Penerimaan Bea Cukai Januari-Maret turun 4,5 persen dibanding tahun lalu.

Baca Selengkapnya

Mendag Zulkifli Hasan Kembalikan Aturan Impor Bahan Baku Industri ke Aturan Lama, Ini Alasannya

2 hari lalu

Mendag Zulkifli Hasan Kembalikan Aturan Impor Bahan Baku Industri ke Aturan Lama, Ini Alasannya

Mendag Zulkifli Hasan kembalikan aturan impor bahan baku industri. Apa alasannya? Begini bunyi Permendag 25/2022.

Baca Selengkapnya